Selasa, 30 Juni 2015

Assalamualaikum Wr.Wb
Yth. Bapak/Ibu, Saudara/I.
Marilah kita bersama-sama memanjatkan puji dan syukur kita ke hadirat Allah SWT karena berkah dan karunianya kita semua dapat berkumpul dalam keadaan sehat wal’afiat pada hari yang cerah ini.


KEJUJURAN adalah tanda bukti keimanan. Orang mukmin pasti jujur. Jikalau tidak jujur, berarti keimanannya sedang diserang penyakit munafik. Sebagaimana kita ketahui munafik itu orang bermuka dua, yang di luar berkata iya, di dalam berkata tidak.
Suatu hari salah satu sahabat Nabi bertanya padanya. “Apakah mungkin orang mukmin itu pelit?, dan Rasul menjawab “Mungkin saja”, lalu ia bertanya lagi “Apakah mungkin orang mukmin itu pengecut?” Nabi menjawab lagi “Mungkin saja”. Tapi ketika sahabat Nabi itu bertanya “Apakah mungkin seorang mukmin berbohong? Nabi menjawab “Tidak” (HR Imam Malik dalam kitab Al-Muwaththa)


Apa yang bisa kita pelajari dari Hadist tersebut? Hadist tersebut mengajarkan kita untuk berkata jujur. Karena orang mukmin tidak mungkin berbohong. Karena kejujuran adalah pangkal semua perbuatan baik manusia. Tidak ada perbuatan dan ucapan baik kecuali kejujuran.
Oleh sebab itu, Allah menyuruh orang-orang mukmin agar selalu berkata benar dan berlaku jujur. Ini diperintah oleh Allah melalui firman-Nya, yang artinya.
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang jujur dan benar”. (al-Ahzab: 70)


Sebagai penutup, Kejujuran adalah tiang agama, sendi akhlak, dan pokok rasa kemanusiaan manusia. Tanpa kejujuran, agama tidak lengkap, akhlak tidak sempurna, dan seorang manusia tidak sempurna menjadi manusia. Di sinilah pentingnya kejujuran bagi kehidupan. Rasulullah SAW telah bersabda :
“Tetap berpegang eratlah pada kejujuran. Walau kamu seakan-akan melihat kehancuran dalam berpegang teguh pada kejujuran, tapi yakinlah bahwa di dalam kejujuran itu terdapat keselamatan.” (HR Abu Dunya).
Nunwalkolami Wamayasthurun.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
 
 
Assalamu’alaikum Wr.Wb


Yang kami hormati ……….., beserta ……………, dan para hadirin sekalian yang berbahagia.
Puji syukur kita sanjungkan kehadirat Allah swt, karena dengan limpahan karunianya kita bisa berkumpul disini. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad saw, karena beliau menyiarkan agama yang haq, yakni agama islam, agama yang diridhoi oleh Allah swt. Semoga kita sekalian termasuk kedalam umatnya yang diberkahi. Amin ya rabbal alamin

Hadirin sekalian yang berbahagia!
Dirasa amat penting sekali jiwa social untuk diterapkan dilingkungan keluarga, sanak saudara, bahkan juga di masyarakat luas. Karena dengan jiwa social, maka terjalinlah di antara kita saling tolong menolong, dan kasih sayang. Sehingga orang-orang yang butuh akan pertolongan kita, akan mendapatkan haq nya.

Seseorang yang mempunyai jiwa social maka akan tertanam rasa senasib sepenanggungan. Bila kita berada dalam keadaan yang berlebih, maka hendaklah menjadin orang yang murah tangan. Suka memberikan sesuatu kepada orang lain yang membutuhkan. Dengan sedekah yang
kita berikan kepada pengemis, orang miskin, dan kepada orang-orang yang amat membutuhkan pertolongan kita dengan rasa tulus dan ikhlas, maka perbuatan semacam ini akan mampu memadamkan kesalahan-kesalahan, bagaikan air memadamkan api.

Sehubungan dengan masalah diatas, maka Nabi Muhammad saw, menjelaskan dalam sabdanya:
“Apakah engkau mau saya tunjukan engkau kepada pintu-pintu kebajikan? Saya (sahabat) menjawab: Baik ya Rasulullah. Nabi berkata: Ketahuilah bahwa puasa itu sebagai perisai dan sedekah itu memadamkan kesalahan, bagaikan air memadamkan api. (HR. TURMUDZI)

Tentang pemberian sedekah hendaknya terlebih dahulu diberikan kepada orang-orang yang kita nafkahi, seperti memberikan nafkah kepada keluarga. Dan ini merupakan langkah yang terbaik sekalipun harta benda yang dimiliki itu sangat sedikit, tetapi lebih diutamakan kepada orang-orang yang dinafkahinya.

Hadirin sekalian yang berbahagia!
Sehubungan dengan ini pula, Nabi saw. Bersabda
“Sedekah yang diberikan kepada orang miskin hanya merupakan shadaqah saja, sedang yang diberikan kepada kerabat karib itu merupakan sedekah dan penghubung silaturahmi”.

Demikianlah yang bisa kami sampaikan saat ini, mudah-mudahan kita termasuk orang yang gemar bersedekah dengan semata-mata mencari ridho Allah swt. Cukup sekian materi yang bisa kami sampaikan, IHDINASH SHIROOTHOL MUSTAQIIM, WABILLAAHIT TAUFIQ WALHIDAYAT WASSALAMU’ALAIKUM WAROHMATULLOOHI WABARAKAATUHU.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar