Kamis, 02 Juli 2015

Rasulullah SAW pernah memberikan tiga buah nasehat kepada kedua sehabatnya Abu Dzar Jundub bin Junadah dan Abu Abdurrahman bin Jabal:
“Bertakwalah kamu kepada Allah dimanapun kamu berada, dan ikutilah kesalahanmu dengan kebaikan niscaya ia dapat menghapuskannya. Dan pergaulilah manusia dengan akhlak terpuji.”HR. Tirmidzi
Tiga pesan Rasulullah SAW tersebut layak untuk kita perhatikan karena sangat berkaitan erat dengan kehidupan kita sehari-hari.
1- BERTAQWA DIMANA SAJA
Definisi dari kata taqwa dapat dilihat dari percakapan antara sahabat Umar dan Ubay bin Ka’ab ra. Suatu ketika sahabat Umar ra bertanya kepada Ubay bin Ka’ab apakah taqwa itu? Dia menjawab;“Pernahkah kamu melalui jalan berduri?”Umar menjawab; “Pernah!”Ubay menyambung,“Lalu apa yang kamu lakukan?”Umar menjawab;“Aku berhati-hati, waspada dan penuh keseriusan.”Maka Ubay berkata;“Maka demikian pulalah taqwa!”
Sedang menurut Sayyid Qutub dalam tafsirnya—Fi Zhilal al-Qur`an—taqwa adalah kepekaan hati, kehalusan perasaan, rasa khawatir yang terus menerus dan hati-hati terhadap semua duri atau halangan dalam kehidupan.
Kalau ada suatu iklan minuman ringan: “Dimana saja dan kapan saja …”, maka nasehat Nabi SAW ini menunjukkan bahwa kita harus bertaqwa dimana saja. Sedang perintah taqwa kapan saja terdapat dalam surat Ali Imron 102:
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam”
Jadi dimanapun dan kapanpun kita harus menjaga ketaqwaan kita. Taqwa dimana saja memang sulit untuk dilakukan dan harus usaha yang dilakukan harus ekstra keras. Akan sangat mudah ketaqwaan itu diraih ketika kita bersama orang lain, tetapi bila tidak ada orang lain maka maksiyat dapat dilaksanakan. Sebagai contoh, ketika kita berkumpul di dalam suatu majelis zikir, pikiran dan pandangan kita akan terjaga dengan baik. Tetapi ketika kita berjalan sendirian di suatu tempat perbelanjaan, maka pikiran dan pandangan kita bisa tidak terjaga. Untuk menjaga ketaqwaan kita dimanapun saja, maka perlunya kita menyadari akan pengawasan Allah SWT baik secara langsung maupun melalui malaikat-Nya.
2- KEBAIKAN YANG MENGHAPUSKAN KESALAHAN
Setiap orang selalu melakukan kesalahan. Hariini mungkin kita sudah melakukan kesalahan baik yang kita sadari maupun yang tidak kita sadari. Oleh sebab itu, segera setelah kita melaksanakan kesalahan, lakukan kebaikan. Kebaikan tersebut dapat menghapuskan kesalahan yang telah dilakukan.
Untuk dosa yang merugikan diri sendiri, maka salah satu cara untuk menghapusnya adalah dengan bersedekah. Rasulullah SAW bersabda “sedekah itu menghapus kesalahan sebagaimana air memadamkan api”. Maka ada orang yang ketika dia sakit maka dia akan memberikan sedekah agar penyakitnya segera sembuh. Hal ini dikarenakan segala penyakit yang kita miliki itu adalah karena kesalahan yang kita pernah lakukan.
Sedang dosa yang dilakukan terhadap orang lain maka yang perlu dilakukan adalah memohon maaf yang bagi beberapa orang sangat sulit untuk dilakukan. Padahal Rasulullah SAW selalu minta maaf ketika bersalah bahkan terhadap Ibnu Ummi Maktum beliau memeluknya dengan hangat seraya berkata “Inilah orangnya, yang membuat aku ditegur oleh Allah… (QS. Abasa)”. Setelah minta maaf kemudian bawalah sesuatu hadiah atau makanan kepada orang tersebut, maka kesalahan tersebut insya Allah akan dihapuskan.
3- AKHLAQ YANG TERPUJI
Akhlaq terpuji adalah keharusan dari setiap muslim. Tidak memiliki akhlaq tersebut akan dapat mendekatkan seseorang dalam siksaanapi neraka. Dari beberapa jenis akhlaq kita terhadap orang lain, yang perlu diperhatikan adalah akhlaq terhadap tetangga.
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka jangan menyakiti tetangganya.”(HR. Bukhari, Muslim dan Ibnu Majah)
Dari Abu Syuraih ra, bahwa Nabi Muhammad saw bersabda:“Demi Allah seseorang tidak beriman, Demi Allah seseorang tidak beriman,Demi Allah seseorang tidak beriman.”Ada yang bertanya:“Siapa itu Ya Rasulullah?”Jawab Nabi:“Yaitu orang yang tetangganya tidak aman dari gangguannya.”(HR. Bukhari)
Dari hadits tersebut, peringatan Allah sangat keras sampai diulangi tiga kali yaitu tidak termasuk golongan orang beriman bagi tetangganya yang tidak aman dari gangguannya. Maka terkadang kita perlu instropeksi dengan menanyakan kepada tetangga apakah kita mengganggu mereka.
Wallahua’lam bish showab.

TAFSIR SURAT AT-THOLAQ AYAT 2-3

(Taqwa Sebagai Kunci Rizki) 
 faidah dari tafsir surat At-Tholaq ayat 3-4, namun sebelum itu, alangkah baiknya kita mengetahui apa itu taqwa.
Pembaca yang berbahagia, sering kali kita mendengar kata taqwa, bahkan kata taqwa tersebut sering dijadikan dasar atau pijakan untuk melakukan suatu perbuatan, Banyak orang yang mengatakan “Jadilah pribadi yang bertaqwa”

atau dalam setiap khutbah jum’at para khatib sering mewasiatkan agar senantiasa meningkatkan ketaqwaan kita,, Tapi tidak semua orang mengetahui makna yang sebenarnya dan apa yang akan diperoleh dari sebuah ketaqwaan yang tertanam dalam diri kita, sehingga tidak pernah mau berusaha untuk mencapai jalan yang bisa mendorong pada ketaqwaan tersebut..
 
Keutamaan taqwa sangatlah banyak, dan salah satu buah taqwa adalah termasuk penyebab turunnya rizki dari Allah Tabaraka wa Ta’ala,, Inilah salah satu keutamaan yang tidak pernah disadari oleh setiap insan,,
Para ulama rahimahullah telah mejelaskan apa yang dimaksud dengan taqwa,, Di antaranya, Imam Ar-Raghib Al-Asfahani mendenifisikan sebagaimana yang terdapat dalam kitab (Al-Mufradat Fi Gharibil Qur’an, hal. 531): “Taqwa yaitu menjaga jiwa dari perbuatan yang membuatnya berdosa, dan itu dengan meninggalkan apa yang dilarang, dan menjadi sempurna dengan meninggalkan sebagian yang dihalalkan”
Sedangkan Pembaca yang berbahagia, dalam kitab (Tahriru AlFazhil Tanbih, hal. 322). Imam An-Nawawi mendenifisikan taqwa dengan “Menta’ati perintah dan larangan-Nya”,, Maksudnya menjaga diri dari kemurkaan dan adzab Allah Subhanahu wa Ta’ala
Hal itu pun yang didefinisikan oleh Imam Al-Jurjani dalam (Kitabut Ta’rifat, halaman,, 68) bahwa “Taqwa yaitu menjaga diri dari siksa Allah dengan menta’ati-Nya,, Yakni menjaga diri dari pekerjaan yang mengakibatkan siksa, baik dengan melakukan perbuatan atau meninggalkannya”

Karena itu siapa yang tidak menjaga dirinya dari perbuatan dosa, berarti dia bukanlah orang yang bertaqwa,, Maka orang yang melihat dengan kedua matanya apa yang diharamkan Allah, atau mendengarkan dengan kedua telinganya apa yang dimurkai Allah, atau mengambil dengan kedua tangannya apa yang tidak diridhai Allah, atau berjalan ke tempat yang dikutuk Allah, berarti ia tidak menjaga dirinya dari dosa,,
Jadi Pembaca yang berbahagia, orang yang membangkang perintah Allah serta melakukan apa yang dilarang-Nya, dia bukan termasuk orang-orang yang bertaqwa,, Orang yang menceburkan diri ke dalam maksiat sehingga ia pantas mendapat murka dan siksa dari Allah, maka ia telah mengeluarkan dirinya dari barisan orang-orang yang bertaqwa,,
Beberapa nash yang menunjukkan bahwa taqwa termasuk di antara sebab rizki,, mari kita perhatikan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam qur’an surat ath-tholaq ayat ke 2-3:

...وَمَنْ يَتَّقِ اللهَ يَجْعَلْ لَّهُ مَخْرَجًا وَيَرزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لاَيَحْتَسِبُ…
“Barangsiapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan jalan keluar baginya dan memberinya rizki dari arah yang tidak disangka-sangka.” (At-Thalaq: 2-3)

Pembaca yang budiman, dalam ayat ini, Allah menjelaskan bahwa orang yang merealisasikan taqwa akan dibalas Allah dengan dua hal:

Pertama, “Allah akan mengadakan jalan keluar baginya” Artinya, Allah akan menyelamatkannya sebagaimana dikatakan Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma, dari setiap kesusahan dunia maupun akhirat , Ar-Rabi’ bin Khutsaim berkata: “Dia memberi jalan keluar dari setiap apa yang menyesakkan manusia”

Kedua, “Allah akan memberi rizki dari arah yang tidak disangka-sangka” Artinya, Allah akan memberi rizki yang tak pernah ia harapkan dan angankan,
Al-Hafidz Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan: ”Maknanya, barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah dengan melakukan apa yang diperintahkan-Nya dan meninggalkan apa yang dilarang-Nya, niscaya Allah akan memberinya jalan keluar serta rizki dari arah yang tidak disangka-sangka, yakni dari arah yang tidak pernah terlintas dalam benaknya”,
demikianlah Pembaca yang budiman, beberapa penjelasan dari mufassir tentang ayat tersebut, dan tentunya kita harus meyakini kebenaran Janji Allah Subhanahu Wata’ala tersebut, mudah-mudahan kita semua dapat menjadikan diri kita bertaqwa kepada Allah Subhanahu wa’ala. Sampai di sini perjumpaan kita dalam rubrik tafsir ayat-ayat taqwa, sampai jumpa di lain kesempatan, Wassalamu’alaikum.

Maraji’: Mafatiihur Rizq fi Dhau’il Kitab was Sunnah, Syaikh Dr Fadhl Ilahi,,
 
Karena bertepatan dengan awal Romadhan, kok rasanya lebih berkah kalau sedikit mengulas tentang ayat-Nya. Yupz... ayat Al Qur'an. Sudah tahu kan, kalau duluuu di blog ini juga pernah terposting tentang ayat-ayat Al Qur'an?? Salah satunya tafsir QS Al Kahfi:60-82. Nah, sekarang rasanya akan memposting perihal tafsir atau mugkin lebih tepatnya, ulasan QS At Tolaq:2-3. 
Pada dasarnya, keinginan untuk mengupas ayat ini memiliki alasan yang melatar belakangi. Serius! Karena sesuai dengan kondisi diri, dan memang berupaya untuk mensupport diri sendiri. Maka, tercetuslah hasrat untuk menorehkan upaya kajian ayat al Qur'an yang satu ini. Itung-itung bagi ilmu atau diskusi lah... Siapa tahu berkah! Eit, tapi benar lho, ayat ini untuk menghibur dan mensupport diri saya sendiri.... Bahwa disetiap kesulitan, orang yang bertakwa akan selalu mendapat jalan keluar, plus dikaruniai rizki yang tak disangka-sangka.... Itu sih janjinya Allah SWT!
Segera saja kita mulai lapak diskusi ini.... (Semoga berkah)
At Tholaq merupakan urutan surah yang ke 65 dalam al Qur'an. Diturunkan di Madinah, dan terdiri dari 12 ayat. Dinamakan at tholaq karena mayoritas ayat-ayatnya membahas masalah talak serta hal-hal yang berkaitan dengan hal itu. 
Dalam surah ini dijelaskan perihal hukum-hukum thalaq, iddah, serta kewajiban masing-masing suami istri dalam masa-masa thalaq dan iddah. Kemudian, disebutkan juga perintah pada orang-orang mu'min supaya bertakwa kepada Allah SWT. 
Dan, khusus pada wujud  tarian jemari di blog ini, hanya fokus pada ayat 2-3. Dalam At Tholaq ayat 2(akhir) dan 3 disebutkan:
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا (٢)
 وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا (٣
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا (٢) وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا (٣) - See more at: http://www.tafsir.web.id/2013/04/tafsir-at-thalaq-ayat-1-12.html#sthash.6EVV6N31.dpuf
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا (٢) وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا (٣) - See more at: http://www.tafsir.web.id/2013/04/tafsir-at-thalaq-ayat-1-12.html#sthash.6EVV6N31.dpuf

 
"Dan barang siapa bertakwa pada Allah, niscaya Dia akan memberikan jalan keluar baginya
Dan Dia memberikan rizki dari arah yang tidak disangka-sangka. Dan barang siapa yang bertawakkal kepada Allah, niscaya Dia akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesunguhnya Allah melaksanakan urusanNya. Sungguh, Allah telah memberikan ketentuan bagi setiap sesuatu."

Ayat tersebut sebetulnya berkaitan dengan ayat sebelumnya, yang menjelaskan tentang talak. Sehingga pada akhir ayat 2 surah at Thalaq itu dijelaskan bahwa; Siapapun yang bertakwa pada Allah (dalam hal talak dan dalam masalah lainnya) maka Allah akan selalu menyelamatkannya --membukakan jalan keluar atas setiap kesulitannya, dan mendatangkan rizki dari arah yang tak pernah diduga dan disangka.
Nah, yang menjadi pertanyaan kemudian adalah, apa dan bagaimana bertakwa itu?
Menurut Imam Ar-Raghib Al-Asfahani  sebagaimana yang terdapat dalam kitab (Al-Mufradat Fi Gharibil Qur’an, hal. 531): “Taqwa yaitu menjaga jiwa dari perbuatan yang membuatnya berdosa, dan itu dengan meninggalkan apa yang dilarang, dan menjadi sempurna dengan meninggalkan sebagian yang dihalalkan”
Sedangkan dalam kitab (Tahriru AlFazhil Tanbih, hal. 322). Imam An-Nawawi mendenifisikan taqwa dengan “Menta’ati perintah dan larangan-Nya”,, Maksudnya menjaga diri dari kemurkaan dan adzab Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Ini senada dengan yang didefinisikan oleh Imam Al-Jurjani dalam (Kitabut Ta’rifat, 68) bahwa “Taqwa yaitu menjaga diri dari siksa Allah dengan menta’ati-Nya,, Yakni menjaga diri dari pekerjaan yang mengakibatkan siksa, baik dengan melakukan perbuatan atau meninggalkannya” 
 Nah begitulah takwa. Sehingga orang yang bertakwa adalah orang yang selalu menjaga diri dari dosa, dari perbuatan yang membuat Allah murka.
Kemudian dalam lanjutan ayat ke3 dijelaskan bahwa, siapapun yang bertawakal pada Allah, maka akan dicukupkan segala keperluannya.
Dalam ayat ini  tersirat bahwa, orang yang bertawakal; yang menyandarkan segala urusan dunia dan akhiratnya pada Allah, maka keperluannya akan sangat mudah sekali terpenuhi. Namun demikian, terkadang hikmah Ilahi menghendaki suatu perkara itu ditunda sampai waktu yang tepat. Oleh sebab itulah, di ayat ke3 juga disebutkan bahwa "Allah melaksanakan urusanNya"; yaitu qodho' dan qodar (pasti terlaksana). Dan, di akhir ayat ke 3 disebutkan "Allah telah memberikan ketentuan bagi setiap sesuatu"; Dia telah menentukan 'waktunya' serta 'ukurannya', tidak lebih dan tidak kurang!

Demikian sedikit ulasan tentang penggalan surah At Tholaq.
So... semoga bermanfaat, semoga kita-kita selalu termasuk (atau setidaknya berusaha untuk masuk) dalam golongan orang mu'min yang bertakwa, sekaligus bertawakkal pada-Nya...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar