Selasa, 28 Juli 2015

TIPS CUCI GINJAL ALAMIAH

Selama bertahun2 Ginjal kita menyaring darah dgn cara membuang : Garam, Racun & zat2 lain yg tidak diinginkan memasuki tubuh kita. Seiring berjalannya waktu, terjadi akumulasi garam & memerlukan perawatan & pembersihan secara rutin & berkala, minimal sebulan sekali.
Berikut TIPS CUCI GINJAL kitasecara murah & alami.
Biaya kurang Dari Rp.10.000,-

C̲a̲r̲a̲n̲y̲a̲ ̲s̲a̲n̲g̲a̲t̲ ̲m̲u̲d̲a̲h̲,̲ ̲s̲b̲b̲ ̲:̲
1. Beli seikat daun Seledri.
2. Cucilah sampai bersih, lalu potong kecil2 & masukkan ke dlm panci.
3. Tuangkan air bersih, kira2 1liter, didihkan selama 10 menit & biarkan hingga dingin.
4. Saring & tuangkan kedlm botol yg bersih lalu simpan di dlm kulkas hingga dingin. Minum satu gelas setiap hari & Anda akan melihat semua endapan garam & racun lain yg keluar dari ginjal Anda sewaktu buang air kecil.
Anda juga akan melihat perbedaan yg tidak pernah anda rasakan sebelumnya.
Seledri dikenal sebagai obat ALAMI terbaik utk mencuci ginjal !!!
Jadi tidak ada efek sampingnya !!!
Silakan disebarkan ke seluruh saudara & teman anda, agar bisa memberi manfaat bagi banyak orang yg membutuhkan informasi ini.
Terutama bagi orang2 yg rutin mengkonsumsi obat2an pabrik.
Semoga bisa bermanfaat !!!
Sumber : group cahaya sunnah*
Tips kesehatan:
SAYANGI GINJAL ANDA
Kalau terjadi gangguan pada ginjal, jangan buru buru cuci darah !!!
Ini ada tips utk mengatasinya :
Biji alpokat diiris kecil kecil lalu jemur sampai kering (spt kerupuk ).
Lalu di giling sampai halus, ambil serbuknya lalu buat spt kita buat kopi atau teh. Minum seperti kita minum kopi, 3 x sehari.
Minumlah sampai kembali normal. Gak ada efek samping.
Salam sehat.
Jangan pelit berbagi ke kawan kerabat sahabat family ya.
selamat mencoba
MACAM MACAM PANTANGAN :
> Setelah makan semangka jangan langsung minum susu.
> Setelah makan manggis jangan langsung minum gula.
> Setelah makan durian jangan langsung minum bir dan coca cola bisa stroke.
> Setelah makan buah pear jangan langsung minum madu karena bisa mati keracunan..!
> Setelah makan udang jangan langsung minum vit C, krn vit C + udang = keracunan arsen (terjadi reaksi arsen dlm udang dan vit C)
> Madu + bawang merah = merusak mata.
> Madu + tahu = merusak pendengar-an.
> Madu + susu kedelai = mengganggu pencernaan & pendengaran.
> Madu + teh = mengganggu pencer-naan.
> Madu + kepiting = keracunan.
> Madu + pear = merusak 5 organ penting / mati.
> Jangan minum jeruk atau jus jeruk saat makan sea food.. bisa jadi calcium sitrat....tidak bagus u ginjal anda...
> Kirim ke semua org yg kita sayangi..
semoga kita semua hidup sehat...
Prof. Dr. Ir Budi Indarto
Semoga kita semua dberi KESEHATAN.......AMIN

Jumat, 10 Juli 2015

0 October 2007

Karakter Orang Bertakwa (Tafsir QS ali Imran [3]: 134)

الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
labibc0.JPG(Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik pada waktu lapang maupun sempit, serta orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (QS Ali Imran [3]: 134).
Kandungan makna ayat ini masih kelanjutan dari ayat sebelumnya. Dalam ayat sebelumnya Allah Swt. memerintahkan kaum Muslim agar segera bergegas menuju ampunan dan surga-Nya. Ditegaskan juga, surga yang luasnya seluas langit dan bumi itu disediakan untuk al-muttaqîn (orang-orang yang bertakwa). Selanjutnya dalam ayat ini, Allah Swt. menjelaskan ciri-ciri dan karakteristik orang-orang yang bertakwa. Dengan gambaran itu akan mudah bagi manusia untuk menjadi orang bertakwa yang disediakan surga baginya.

Tafsir Ayat
Allah Swt. berfirman: al-ladzîna yunfiqûna fî al-sarrâ’ wa al-dharrâ ([yaitu] orang-orang yang menafkahkan [hartanya], baik pada waktu lapang maupun sempit). Karakter pertama orang-orang yang bertakwa adalah: gemar menginfakkan harta mereka. Selain dalam ayat ini, karakter itu juga dijelaskan dalam QS al-Baqarah [2]: 2-3 dan adz-Dzariyat [51]: 15-19.
Dalam ayat tersebut, al-maf‘ûl bih (obyek) pada kata yunfiqûna tidak disebutkan. Tiadanya al-maf’ûl bih itu, menurut al-Alusi, menunjukkan bahwa infak yang mereka lakukan itu mencakup semua infak yang terpuji.1 Dengan kata lain, mereka menginfakkan harta mereka di jalan Allah, baik diberikan kepada orang yang membutuhkan maupun digunakan untuk memperkuat jihad fî sabîlillâh. Demikian penjelasan ath-Thabari dalam tafsirnya.2
Jika ditelusuri pada nash-nash lainnya, infak fî sabîlillâh memang termasuk perbuatan yang diperintahkan (lihat QS al-Baqarah [2]: 195). Demikian pula memberikan sedekah kepada orang fakir, miskin, dan orang yang membutuhkan. Cukup banyak dalil yang memerintahkan perbuatan tersebut, seperti dalam QS adz-Dzariyat [51]: 19, al-Balad [90]: 16, al-Isra’ [17]: 26-30, dan al-Ma’arij [70]: 24-25. Perintah ini sekaligus mengisyaratkan, pihak yang diperintahkan untuk memberikan sedekah adalah orang-orang yang berkelebihan harta. Sebaliknya, orang-orang yang miskin dan kesulitan, bukan saja tidak diwajibkan berinfak, namun justru menerima infak.
Orang yang bertakwa, menurut ayat ini, bukan hanya mengerjakan perbuatan yang diwajibkan atas mereka. Sekalipun mereka dalam keadaan sulit, mereka tidak berhenti menginfakkan harta mereka. Dalam ayat ini digambarkan, mereka senantiasa berinfak itu dalam keadaan apa pun, baik dalam keadaan as-sarrâ’ maupun adh-dharrâ.
Menurut Ibnu Abbas, kata as-sarrâ’ berarti al-yusr (mudah), sementara al-dharrâ’ berarti al-‘usr (sulit).3 Penafsiran yang sama juga dikemukakan al-Kalbi dan Muqatil.4Al-Khazin menuturkan, mereka tidak meninggalkan berinfak dalam dua keadaan itu, baik dalam keadaan kaya maupun miskin; lapang maupun sempit; saat mendapatkan kesenangan dan kebahagiaan maupun ketika tertimpa ujian dan bala.5 Pendek kata, mereka senantiasa berinfak dalam semua keadaan, sebagaimana dinyatakan dalam QS al-Baqarah [2]: 274.6
Dikisahkan dari sebagian kaum salaf, bahwa mereka kadang bersedekah dengan sebutir bawang. Aisyah ra. juga pernah bersedekah dengan sebutir buah anggur.7 Tindakan itu menggambarkan bahwa mereka tetap bersedekah sekalipun yang disedekahkan hanya sedikit lantaran mereka berada dalam keadaan yang sulit.
Karakter kedua disebutkan dalam firman Allah Swt. berikutnya: wa al-kâzhimîn al-ghayzh (dan orang-orang yang menahan amarahnya). Kalimat ini ma’thûf (bersambung) dengan kalimat sebelumnya. Adanya perubahan shîghah dari yang sebelumnya berbentuk al-fi’l menjadi al-fâ’il mengandung makna li al-istimrâr, yakni keadaan yang berlangsung terus-menerus. 8 Artinya, perilakunya yang dapat menahan marah itu tidak hanya dilakukan sekali atau dua kali, namun telah menjadi bagian dari karakter yang melekat pada diri mereka.
Menurut sebagian besar para mufassir, kata al-ghayzh berarti al-ghadhab (marah).9 Perasaan marah biasanya dilampiaskan dalam bentuk ucapan seperti umpatan, celaan, dan semacamnya; atau dalam bentuk perbuatan seperti memukul, menendang, dan semacamnya. Menahan marah berarti menahan diri dari ucapan atau perbuatan yang menjadi bentuk pelampiasan marah tersebut.
Al-Khazin menjelaskan, kata al-kazhm berarti menahan sesuatu ketika sesuatu itu telah penuh. Dengan demikian, ungkapan al-kâzhimîn al-ghayzh memberikan makna bahwa ketika seseorang dipenuhi oleh kemarahan, maka kemarahan itu hanya tertahan dalam rongga perutnya; tidak ditampakkan dalam ucapan dan perbuatan; tetap bersabar dan diam atasnya. Artinya, ayat ini mengandung makna, “Mereka menahan diri untuk melampiaskan kemarahannya dan mampu menahan kemarahan hanya dalam rongga perutnya. Ini adalah salah satu jenis sifat sabar dan al-hilm (sabar, murah hati).”10
Sifat demikian juga digambarkan dalam QS al-Syura [42]: 37.
Perasaan marah tentu amat manusiawi. Apalagi kepada orang yang berbuat salah dan jahat. Akan tetapi, Islam mengajarkan, tidak sepatutnya seorang Muslim melampiaskan kemarahannya. Apalagi, pelampiasan kemarahan itu dapat mengantarkan pelakunya menabrak ketentuan syariah. Menahan marah jauh lebih baik daripada melampiaskannya.
Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa suatu saat ada seorang laki-laki yang datang kepada Rasulullah saw. untuk meminta nasihat. Beliau pun bersabda, “Lâ taghdhab (Jangan marah)!” Ketika pertanyaan itu diulangi, Beliau pun memberikan jawaban yang sama. Dengan demikian, menahan marah merupakan akhlak terpuji yang diperintahkan. Sebagai balasannya, pelakunya dijanjikan mendapat pahala yang amat besar. Sahal bin Muadz, dari Anas al-Jahni, dari bapaknya, menuturkan bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda:
مَنْ كَظَمَ غَيْظًا وَهُوَ يَسْتَطِيعُ أَنْ يُنَفِّذَهُ دَعَاهُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى رُءُوسِ الْخَلاَئِقِ حَتَّى يُخَيِّرَهُ فِي أَيِّ الْحُورِ شَاءَ
Siapa saja yang menahan marah, padahal dia mampu melampiaskannya, maka Allah akan memanggilnya pada Hari Kiamat di atas kepala para makhluk hingga dipilihkan baginya bidadari yang dia sukai (HR at-Tirmidzi, Abu Dawud dan Ibnu Majah).
Berkenaan dengan marah, Islam tak hanya memerintahkan umatnya untuk menahannya. Lebih dari itu, syariah juga mengajarkan metode untuk meredakan kemarahan. Rasulullah saw. bersabda:
إِنَّ الْغَضَبَ مِنْ الشَّيْطَانِ وَإِنَّ الشَّيْطَانَ خُلِقَ مِنْ النَّارِ وَإِنَّمَا تُطْفَأُ النَّارُ بِالْمَاءِ فَإِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَتَوَضَّأْ
Sesungguhnya marah itu dari setan dan sesungguhnya setan itu diciptakan dari api, sementara api bisa dipadamkan oleh air. Karena itu, jika salah seorang di antara kalian sedang marah, hendaklah dia berwudhu (HR Abu Dawud dari Athiyah).
Rasulullah saw. juga bersabda:
إِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ وَهُوَ قَائِمٌ فَلْيَجْلِسْ فَإِنْ ذَهَبَ عَنْهُ الْغَضَبُ وَإِلاَّ فَلْيَضْطَجِعْ
Apabila salah seorang di antara kalian sedang marah dalam keadaan berdiri, hendaklah dia duduk jika kemarahan itu dapat hilang. Apabila (kemarahan) itu tidak hilang, hendaklah dia berbaring (HR Abu Dawud dari Abu Dzar).
Karakter ketiga dinyatakan dalam firman Allah Swt. berikutnya: wa al-‘âfîna ‘an al-nâs (dan memaafkan [kesalahan] orang). Memberikan maaf berarti memberikan ampunan dari menjatuhkan hukuman kepada orang-orang yang sebenarnya berhak mendapatkan hukuman.11 Di antara contoh pemberian maaf adalah yang disebutkan dalam QS al-Baqarah [2]: 178. Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa seorang pembunuh bisa mendapatkan maaf dari keluarga korban. Ketika dia mendapatkan pemaafan dari keluarga korban, dia tidak lagi dijatuhi hukuman qishâsh yang seharusnya dijatuhkan atasnya.
Patut dicatat, membalas kejahatan yang dilakukan seseorang memang dibolehkan. Akan tetapi, syariah menetapkan bahwa memberikan maaf lebih diutamakan (lihat QS asy-Syura [42]: 40).
Dalam QS al-A’raf [7]: 199 Allah Swt. secara tegas memerintahkan hamba-Nya untuk memberikan maaf. Dalam QS al-Baqarah [2]: 237 dinyatakan bahwa memberikan maaf itu lebih dekat dengan ketakwaan. Adapun orang dimaafkan meliputi semua manusia. Sebab, dalam ayat itu disebutkan an-nâs. Bentuk kata jamak yang disertai dengan al-lâm li al-jins ini memberikan makna umum sehingga mencakup seluruh manusia.
Kemudian ayat ini ditutup dengan firman-Nya: Wallâh yuhibb al-muhsinîn (Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan). Sebagaimana huruf al-lâm pada kata an-nâs, kata al-muhsinîn juga menunjukkan li al-jins sehingga berlaku umum. Artinya, orang muhsin yang dicintai Allah Swt. itu meliputi setiap orang yang terkatagori muhsin, baik yang disebutkan dalam ayat ini maupun yang lainnya.12 Ungkapan wallâh yuhibb al-muhsinîn menunjukkan diperintahkannya perbuatan tersebut. Selain ayat ini, ungkapan yang sama juga terdapat dalam QS Ali Imran [3]: 195, 148; al-Maidah [5]: 13, 93. Dalam QS al-A’raf [7]: 56 disebutkan bahwa rahmat Allah Swt. dekat dengan orang-orang yang berbuat ihsân.
Tindakan ihsân terhadap orang lain bisa dengan memberikan manfaat kepadanya, bisa pula dengan mencegah dharar atau bahaya yang akan menimpanya. Dalam ayat ini, kedua bentuk ihsân itu disebutkan. Tindakan ihsân yang memberikan manfaat kepada orang lain termanifestasi dalam pemberian infak. Adapun mencegah dharar bagi orang lain tercermin dalam dua tindakan, yakni menahan diri dari amarah dan memaafkan kesalahan orang lain.

Takwa dan Ihsân
Jika ayat ini dicermati, ada keterkaitan erat antara takwa dengan ihsân. Sebagaimana telah terpapar, ayat ini memberikan gambaran kongkret karakter orang-orang yang bertakwa. Mereka adalah orang yang menginfakkan hartanya, baik pada waktu lapang maupun sempit; yang menahan amarahnya; dan yang dapat memaafkan kesalahan orang lain. Pada akhir ayat ini, orang-orang yang memiliki karakter tersebut juga bisa disebut sebagai muhsin (orang yang berbuat ihsân). Ungkapan ini memberikan pengertian bahwa termasuk dalam jajaran orang-orang yang bertakwa adalah orang-orang yang berbuat ihsân. Pengertian senada juga terdapat dalam QS adz-Dzariyat [51]: 16. Dalam ayat itu diberitakan bahwa orang-orang bertakwa adalah orang yang semasa hidupnya berbuat ihsân.
Penjelasan yang sangat bagus mengenai makna ihsân diberikan oleh al-Asfahani. Menurutnya, ihsân lebih tinggi daripada adil. Jika adil adalah memberikan apa yang menjadi kewajibannya dan mengambil apa yang menjadi haknya, maka ihsân adalah memberikan lebih banyak dari apa yang menjadi kewajibannya dan mengambil lebih sedikit dari apa yang menjadi haknya.13 Sebagaimana dinyatakan Syakh Taqiyuddin an-Nabahani, jika hukum berbuat adil itu wajib, sementara hukum bersikap ihsan itu sunnah.14 Jika dikaitkan dengan ayat ini, pengertian dan hukum tersebut amat relevan.
Memberikan infak ketika berada dalam keadaan lapang adalah adil. Sebab, memang demikianlah yang wajib dilakukan. Namun, tetap mengeluarkan infak walaupun sedang dilanda kesulitan adalah ihsân. Sebab, sikap itu berarti memberikan lebih dari apa yang diwajibkan.
Demikian pula menahan diri dari marah. Dalam keadaan tertentu, seseorang berhak untuk marah. Akan tetapi, karena sikap ihsân, hak untuk marah itu tidak diambilnya. Dia pun tidak melampiaskan kemarahannya meskipun sesungguhnya dia berhak atas itu. Demikian pula dengan memberikan maaf. Akibat kesalahan yang dilakukan orang lain, sesungguhnya seseorang berhak untuk menghukumnya. Namun, karena sikap ihsân, hak untuk menghukum itu diambilnya. Demikianlah ihsân. Sikap itulah yang harus dimiliki setiap orang jika ingin meraih derajat takwa.
Lebih jauh Rasulullah saw. bersabda:
لاَ يَبْلُغُ الْعَبْدُ أَنْ يَكُونَ مِنْ الْمُتَّقِينَ حَتَّى يَدَعَ مَا لاَ بَأْسَ بِهِ حَذَرًا لِمَا بِهِ الْبَأْسُ
Tidaklah sampai seorang hamba pada derajat muttaqîn hingga dia meninggalkan sesuatu yang sebenarnya tidak apa-apa baginya karena takut terjadi apa-apa baginya. (HR at-Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Wallâhu a‘lam bi ash-shawâb. [Ust. Rokhmat S. Labib MEI]

Adab Mengendalikan Amarah Menurut Islam

Minggu, 08 Agustus 2010, 18:54 WIB
Komentar : 0
Amin Madani/Republika

ilustrasi
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Jangan marah!" begitu sabda Rasulullah SAW dalam sebuah hadis yang diriwayat kan Imam Bukhari.

Dalam kehidupan sehari-hari, setiap orang bisa saja marah. Marah adalah sesuatu yang manusiawi. Lalu apa makna hadis Nabi SAW itu? Ibnu Hajar dalam Fathul Bani menjelaskan makna hadis itu: "AlKhath thabi berkata, "Arti perkataan Rasu lullah SAW 'jangan marah' adalah menjauhi sebab-sebab marah dan hendaknya menjauhi sesuatu yang meng arah kepadanya." Menurut 'Al-Khaththabi, marah itu tidaklah terlarang, karena itu adalah tabiat yang tak akan hilang dalam diri manusia.

Nah, apa yang harus dilakukan seorang Muslim ketika marah? Syekh Abdul Azis bin Fathi as-Sayyid Nada dalam kitab Mausuu'atul Aadaab alIslamiyah, mengungkapkan hendak nya seorang Muslim memperhatikan adab-abad yang berkaitan dengan marah. Berikut adab-adab yang perlu diperhatikan terkait marah.

Pertama, jangan marah, kecuali karena Allah SWT. Menurut Syekh Sayyid Nada, marah karena Allah merupakan sesuatu yang disukai dan mendapatkan amal. Misalnya, marah ketika menyaksikan perbuatan haram merajalela. Seorang Muslim yang marah karena hukum Allah diabaikan merupakan contoh marah karena Allah.

"Seorang Muslim hendaknya menjauhi kemarahan karena urusan dunia yang tak mendatangkan pahala," tutur Syekh Sayyid Nada. Rasulullah SAW, kata dia, tak pernah marah karena dirinya, tapi marah karena Allah SWT. Nabi SAW pun tak pernah dendam, kecuali karena Allah SWT.

Kedua, berlemah lembut dan tak marah karena urusan dunia. Syekh Sayyid Nada mengungkapkan, sesungguhnya semua kemarahan itu buruk, kecuali karena Allah SWT. Ia mengingatkan, kemarahan kerap berujung dengan pertikaian dan perselisihan yang dapat menjerumuskan manusia ke dalam dosa besar dan bisa pula memutuskan silaturahim.

Ketiga, mengingat keagungan dan kekuasaan Allah SWT. "Ingatlah kekuasaan, perlindungan, keagungan, dan keperkasaan Sang Khalik ketika sedang marah," ungkap Syekh Sayyid Nada. Menurut dia, ketika mengingat kebesaran Allah SWT, maka kemarahan akan bisa diredam. Bahkan, mungkin tak jadi marah sama sekali. Sesungguhnya, papar Syekh Sayyid Nada, itulah adab paling bermanfaat yang dapat menolong seseorang untuk berlaku santun (sabar).

Keempat, menahan dan meredam amarah jika telah muncul. Syekh Sayyid Nada mengungkapkan, Allah SWT menyukai seseorang yang dapat menahan dan meredam amarahnya yang telah muncul. Allah SWT berfirman, " … dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memberi maaf orang lain, dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan." (QS Ali Imran:134).

Menurut Ibnu Hajar dalam Fathul Bahri, ketika kemarahan tengah me muncak, hendaknya segera menahan dan meredamnya untuk tindakan keji. Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa yang dapat menahan amarahnya, sementara ia dapat meluapkannya, maka Allah akan memanggilnya di hadapan segenap mahluk. Setelah itu, Allah menyuruhnya memilih bidadari surga dan menikahkannya dengan siapa yang ia kehendaki." (HR Ahmad).

Kelima, berlindung kepada Allah ketika marah. Nabi SAW bersabda, "Jika seseorang yang marah mengucapkan; 'A'uudzu billah (aku berlindung kepada Allah SWT, niscaya akan reda kemarahannya." (HR Ibu 'Adi dalam al-Kaamil.)

Keenam, diam. Rasulullah SAW bersabda, "Ajarilah, permudahlah, dan jangan menyusahkan. Apabila salah seorang dari kalian marah, hendaklah ia diam." (HR Ahmad). Terkadang orang yang sedang marah mengatakan sesuatu yang dapat merusak agamanya, menyalakan api perselisihan dan menambah kedengkian.

Ketujuh, mengubah posisi ketika marah. Mengubah posisi ketika marah merupakan petunjuk dan perintah Nabi SAW. Nabi SAW bersabda, "Jika salah seorang di antara kalian marah ketika berdiri, maka hendaklah ia duduk. Apabila marahnya tidak hilang juga, maka hendaklah ia berbaring." (HR Ahmad).

Kedelapan, berwudhu atau mandi. Menurut Syekh Sayyid Nada, marah adalah api setan yang dapat mengakibatkan mendidihnya darah dan terbakarnya urat syaraf. "Maka dari itu, wudhu, mandi atau semisalnya, apalagi mengunakan air dingin dapat menghilangkan amarah serta gejolak darah," tuturnya, Kesembilan, memeberi maaf dan bersabar. Orang yang marah sudah selayaknya memberikan ampunan kepada orang yang membuatnya marah. Allah SWT memuji para hamba-Nya "... dan jika mereka marah mereka memberi maaf." (QS Asy-Syuura:37).

Sesungguhnya Nabi SAW adalah orang yang paling lembut, santun, dan pemaaf kepada orang yang bersalah. "... dan ia tak membalas kejahatan dengan kejahatan, namun ia memaafkan dan memberikan ampunan... " begitu sifat Rasulullah SAW yang tertuang dalam Taurat, kitab yang diturunkan Allah kepada Nabi Musa AS.
 Barang siapa yang dapat menahan amarahnya, sementara ia dapat meluapkannya, maka Allah akan memanggilnya di hadapan segenap mahluk. Setelah itu, Allah menyuruhnya memilih bidadari surga dan menikahkannya dengan siapa yang ia kehendaki.” (HR Ahmad).

Begitu istimewanya imbalan yang diberikan bagi orang yang dapat mengendalikan amarahnya, sampai Allah pun mempersilahkan ia untuk memilih bidadari surga yang ia suka. Lalu, bagaimana caranya mengendalikan amarah? 

Syekh Abdul Azis bin Fathi as-Sayyid Nada dalam kitab Mausuu’atul Aadaab al-Islamiyah mengungkapkan hendaknya seorang Muslim memperhatikan adab-abad yang berkaitan dengan marah. Berikut adab atau cara mengendalikan marah menurut Islam:
  1. Jangan marah kecuali karena Allah SWT. Marah karena Allah merupakan sesuatu yang disukai dan mendapatkan pahala. Seorang Muslim yang marah karena hukum Allah diabaikan merupakan contoh marah karena Allah, misalnya marah ketika menyaksikan perbuatan haram.
  2. Berlemah lembut dan tak marah karena urusan dunia. Sesungguhnya semua kemarahan itu buruk, kecuali karena Allah SWT. Abdul Azis bin Fathi as-Sayyid Nada mengingatkan, kemarahan kerap berujung pada pertikaian dan perselisihan yang dapat menjerumuskan manusia ke dalam dosa besar dan dapat pula memutuskan silaturahim.
  3. Mengingat keagungan dan kekuasaan Allah ketika marah. Ketika mengingat kebesaran Allah SWT, maka kemarahan bisa diredam. Bahkan, mungkin tak jadi marah sama sekali. Itulah adab paling bermanfaat yang dapat menolong seseorang untuk berlaku santun dan sabar.
  4. Menahan dan meredam amarah jika telah muncul. Allah SWT menyukai seseorang yang dapat menahan dan meredam amarahnya. Allah SWT berfirman, ” … dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memberi maaf orang lain, dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS Ali Imran:134).
  5. Berlindung kepada Allah ketika marah. Nabi SAW bersabda, “Jika seseorang yang marah mengucapkan; ‘A’uudzu billah (aku berlindung kepada Allah SWT) niscaya akan reda kemarahannya.” (HR Ibu ‘Adi dalam al-Kaamil.) 
  6. Diam. Rasulullah SAW bersabda, “Ajarilah, permudahlah, dan jangan menyusahkan. Apabila salah seorang dari kalian marah, hendaklah ia diam.” (HR Ahmad). Terkadang orang yang sedang marah mengatakan sesuatu yang dapat merusak agamanya, menyalakan api perselisihan dan menambah kedengkian.
  7. Mengubah posisi ketika marah. Mengubah posisi ketika marah merupakan petunjuk dan perintah Nabi SAW. Nabi SAW bersabda, “Jika salah seorang di antara kalian marah ketika berdiri, maka hendaklah ia duduk. Apabila marahnya tidak hilang juga, maka hendaklah ia berbaring.” (HR Ahmad).
  8. Berwudhu atau mandi. Menurut Syekh Sayyid Nada, marah adalah api setan yang dapat mengakibatkan mendidihnya darah dan terbakarnya urat syaraf.
  9. Memberi maaf dan bersabar. Orang yang marah sudah selayaknya memberikan ampunan kepada orang yang membuatnya marah. Allah SWT memuji para hamba-Nya “… dan jika mereka marah mereka memberi maaf.” (QS Asy-Syuura:37).
Itulah kesembilan cara yang bisa kita lakukan untuk meredam kemarahan. Terlihat sulit tapi percayalah, jika kita berniat merubah diri kita untuk menjadi lebih baik, beberapa cara meredam kemarahan seperti yang disebutkan diatas patut dicoba. Insya Allah kita dapat termasuk ke dalam golongan seperti yang disebutkan dalam hadits riwayat Imam Ahmad, yakni mendapat imbalan indah bertemu dengan bidadari surga dan dimuliakan-Nya. 
 

5 CARA RASULULLAH MENGENDALIKAN EMOSI

25 Okt
Salah satu senjata setan untuk membinasakan manusia adalah marah. Dengan cara ini, setan bisa dengan sangat mudah mengendalikan manusia. Karena marah, orang bisa dengan mudah mengucapkan kalimat kekafiran, menggugat takdir, ngomong jorok, mencaci habis, bahkan sampai kalimat carai yang membubarkan rumah tangganya. Karena marah pula, manusia bisa merusak semua yang ada di sekitarnya. Dia bisa banting piring, lempar gelas, pukul kanan-pukul kiri, bahkan sampai tindak pembunuhan. Di saat itulah, misi setan untuk merusak menusia tercapai.
Agar kita tidak terjerumus ke dalam dosa yang lebih besar, ada beberapa cara mengendalikan emosi yang diajarkan dalam Al-Quran dan Sunah. Semoga bisa menjadi obat mujarab bagi kita ketika sedang marah.
[1] Membaca Ta’awudz
Dari sahabat Sulaiman bin Surd, beliau menceritakan, “Suatu hari saya duduk bersama Rasulullah. Ketika itu ada dua orang yang saling memaki. Salah satunya telah merah wajahnya dan urat lehernya memuncak. Kemudian Rasulullah bersabda, ‘Sungguh saya mengetahui ada satu kalimat, jika dibaca oleh orang ini, marahnya akan hilang. Jika dia membaca ta’awudz: A’-uudzu billahi minas syaithanir rajiim, marahnya akan hilang’. (HR. Bukhari dan Muslim).
[2] DIAM dan Jaga Lisan
Bawaan orang marah adalah berbicara tanpa aturan. Sehingga bisa jadi dia bicara sesuatu yang mengundang murka Allah. Karena itulah, diam merupakan cara mujarab untuk menghindari timbulnya dosa yang lebih besar.
Dari Ibnu Abbas, Rasulullah bersabda, “Jika kalian marah, diamlah.” (HR. Ahmad dan Syuaib Al-Arnauth menilai Hasan lighairih).
Ucapan kekafiran, celaan berlebihan, mengumpat takdir, dst., bisa saja dicatat oleh Allah sebagai tabungan dosa bagi ini. Rasulullah mengingatkan, “Sesungguhnya ada hamba yang mengucapkan satu kalimat, yang dia tidak terlalu memikirkan dampaknya, namun menggelincirkannya ke neraka yang dalamnya sejauh timur dan barat.” (HR. Bukhari dan Muslim)
[3] Mengambil Posisi Lebih Rendah
Kecenderungan orang marah adalah ingin selalu lebih tinggi, dan lebih tinggi. Semakin dituruti, dia semakin ingin lebih tinggi. Dengan posisi lebih tinggi, dia bisa melampiaskan amarahnya sepuasnya.
Karena itulah, Rasulullah memberikan saran sebaliknya. Agar marah ini diredam dengan mengambil posisi yang lebih rendah dan lebih rendah. Dari Abu Dzar, Rasulullah menasehatkan, “Apabila kalian marah, dan dia dalam posisi berdiri, hendaknya dia duduk. Karena dengan itu marahnya bisa hilang. Jika belum juga hilang, hendak dia mengambil posisi tidur.” (HR. Ahmad 21348, Abu Daud 4782 dan perawinya dinilai shahih oleh Syuaib Al-Arnauth).
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya, dari Abul Aswad Ad-Duali, beliau menceritakan kejadian yang dialami Abu Dzar,
“Suatu hari Abu Dzar mengisi ember beliau. Tiba-tiba datang beberapa orang yang ingin mengerjai Abu Dzar. ‘Siapa diantara kalian yang berani mendatangi Abu Dzar dan mengambil beberapa helai rambutnya?’ tanya salah seorang diantara mereka. ‘Saya,’ Jawab kawannya.
Majulah orang ini, mendekati Abu Dzar yang ketika itu berada di dekat embernya, dan menjitak kepala Abu Dzar untuk mendapatkan rambutnya. Ketika itu Abu Dzar sedang berdiri. Beliaupun langsung duduk kemudian tidur.
Melihat itu, orang banyak keheranan. ‘Wahai Abu Dzar, mengapa kamu duduk, kemudian tidur?’ tanya mereka keheranan.
Abu Dzar kemudian menyampaikan hadis di atas.” Subhanallah…
Mengapa duduk dan tidur? Al-Khithabi menjelaskan, “Orang yang berdiri, mudah untuk bergerak dan memukul, orang yang duduk, lebih sulit untuk bergerak dan memukul, sementara orang yang tidur, tidak mungkin akan memukul. Seperti ini apa yang disampaikan Rasulullah. Perintah beliau untuk duduk, agar orang yang sedang dalam posisi berdiri atau duduk tidak segera melakukan tindakan pelampiasan marahnya, yang bisa jadi menyebabkan dia menyesali perbuatannya setelah itu. (Ma’alim As-Sunan, 4/108)
[4] Ingatlah Hadis Ini Ketika Marah
Dari Muadz bin Anas Al-Juhani, Rasulullah bersabda, “Siapa yang berusaha menahan amarahnya, padahal dia mampu meluapkannya, maka dia akan Allah panggil di hadapan seluruh makhluk pada hari kiamat, sampai Allah menyuruhnya untuk memilih bidadari yang dia kehendaki.” (HR. Abu Daud, Turmudzi, dan dihasankan Al-Albani)
Subhanallah… Siapa yang tidak bangga ketika dia dipanggil oleh Allah di hadapan semua makhluk pada hari kiamat, untuk menerima balasan yang besar? Semua manusia dan jin menyaksikan orang ini, maju di hadapan mereka untuk menerima pahala yang besar dari Allah. Pahala ini Allah berikan kepada orang yang hanya sebatas menahan emosi dan tidak melampiaskan marahnya. Bisa kita bayangkan, betapa besar pahalanya, ketika yang dia lakukan tidak hanya menahan emosi, tapi juga memaafkan kesalahan orang tersebut dan bahwa membalasnya dengan kebaikan.
[5] Segera Berwudhu atau Mandi
Marah dari setan dan setan terbuat dari api. Padamkan dengan air yang dingin. Terdapat hadis dari Urwah As-Sa’di, yang mengatakan, “Sesungguhnya marah itu dari setan, dan setan diciptakan dari api, dan api bisa dipadamkan dengan air. Apabila kalian marah, hendaknya dia berwudhu.” (HR. Ahmad 17985 dan Abu Daud 4784).
 

Selasa, 07 Juli 2015

Regulator safety KOPANA

kopana-didik.blogspot.com/2011/08/regulator.htmlkopana-didik.blogspot.com/2011/08/regulator.html
Ini adalah sebuah alat pengaman elpiji yg dilkeluarkan dari Koperasi Purna Karyawan Pertamina atau biasa disingkat dengan KOPANA. Alat ini bernama regulator... yang sistemnya sama seperti regulatornya Blue Gaz.. Alat ini terdiri dari Manometer, yang merupakan penunjuk tekanan gas dalam tabung, bukan otomatisnya.... yang ke 2 alat ini dilengkapi dengan safety lock, yang merupakan kunci otomatisnya kalo terjadi kebocoran gas.







Cara Pemasangan  Alat ini
1. Pasang alat ini pada tabung elpiji, cara pemasangannnya tidak perlu ditekan...setelah itu switch ( putaran warna hitam ) diputar kebawah. lalu tekan safety lock nya ( berwarna kuning ) tekan agak keras sedikit. Karna jika safety lock ini nggak ditekan maka gas tidak akan keluar,sama seperti regulatornya Blue Gaz, kalo di blue Gaz otomatisnya berwarna Merah,tapi kalo dari KOPANA berwarna Kuning keemasan... 2. Alat ini jg tidak bergantung pada karet seal, jadi meskipun karet seal yang ada di tabung elpiji jelek, sobek, pecah  regulator ini tetap bisa dipakai, tidak bocor





JIKA ANDA MEMBELI ALAT INI  ADA 3 LAYANAN CUSTOMER 12 BULAN
1. Garansi Produk 
 Hanya untuk Regulator, akan diganti secara cuma2 kalo terjadi kerusakan / kesulitan dalam  pemasangan,   dengan menunjukkan Buku Garansi

2. Servis Kompor Gratis
Maximal 3x dalam 12 bulan, jika terjadi kerusakan kompor gas bisa menghubungi kantor cabang kami terdekat yang ada di kota anda. Pelayanan akan dilayani oleh Teknisi Customer Service dengan menunjukkan kartu member, dan voucher gratis

3. Jaminan Asuransi, Rp. 10.000.000,00 dari Bank KRESNA
 Apabila terjadi kecelakaan / kebakaran yang disebabkan dari Regulator '' KOPANA TOP GAS '' akan diberi santunan sampai 10.000.000,00 dengan menunjukkan bukti Kartu Jaminan Asuransi pada saat pembelian

Jadi alat ini aman maka Bank mau bergabung dengan kami, dan ada pertanggung jawabannya.
Biaya Member Rp.349.000 anda mendapatkan Regulator Safety Lock Kopana Top Gas + Selang yg dilengkapi spiral + tas + Buku Garansi, buku Asuransi,voucher gratis

*Meskipun alat ini dikatakan aman  di harapkan tetap menjaga keselamatan

Jika anda berminat bisa menghubungi kami 081229859533 kami akan datang ke tempat anda
kopana-didik.blogspot.com/2011/08/regulator.htmlkopana-didik.blogspot.com/2011/08/regulator.html
Ini adalah sebuah alat pengaman elpiji yg dilkeluarkan dari Koperasi Purna Karyawan Pertamina atau biasa disingkat dengan KOPANA. Alat ini bernama regulator... yang sistemnya sama seperti regulatornya Blue Gaz.. Alat ini terdiri dari Manometer, yang merupakan penunjuk tekanan gas dalam tabung, bukan otomatisnya.... yang ke 2 alat ini dilengkapi dengan safety lock, yang merupakan kunci otomatisnya kalo terjadi kebocoran gas.







Cara Pemasangan  Alat ini
1. Pasang alat ini pada tabung elpiji, cara pemasangannnya tidak perlu ditekan...setelah itu switch ( putaran warna hitam ) diputar kebawah. lalu tekan safety lock nya ( berwarna kuning ) tekan agak keras sedikit. Karna jika safety lock ini nggak ditekan maka gas tidak akan keluar,sama seperti regulatornya Blue Gaz, kalo di blue Gaz otomatisnya berwarna Merah,tapi kalo dari KOPANA berwarna Kuning keemasan... 2. Alat ini jg tidak bergantung pada karet seal, jadi meskipun karet seal yang ada di tabung elpiji jelek, sobek, pecah  regulator ini tetap bisa dipakai, tidak bocor





JIKA ANDA MEMBELI ALAT INI  ADA 3 LAYANAN CUSTOMER 12 BULAN
1. Garansi Produk 
 Hanya untuk Regulator, akan diganti secara cuma2 kalo terjadi kerusakan / kesulitan dalam  pemasangan,   dengan menunjukkan Buku Garansi

2. Servis Kompor Gratis
Maximal 3x dalam 12 bulan, jika terjadi kerusakan kompor gas bisa menghubungi kantor cabang kami terdekat yang ada di kota anda. Pelayanan akan dilayani oleh Teknisi Customer Service dengan menunjukkan kartu member, dan voucher gratis

3. Jaminan Asuransi, Rp. 10.000.000,00 dari Bank KRESNA
 Apabila terjadi kecelakaan / kebakaran yang disebabkan dari Regulator '' KOPANA TOP GAS '' akan diberi santunan sampai 10.000.000,00 dengan menunjukkan bukti Kartu Jaminan Asuransi pada saat pembelian

Jadi alat ini aman maka Bank mau bergabung dengan kami, dan ada pertanggung jawabannya.
Biaya Member Rp.439.000 anda mendapatkan Regulator Safety Lock Kopana Top Gas + Selang yg dilengkapi spiral + tas + Buku Garansi, buku Asuransi,voucher gratis

*Meskipun alat ini dikatakan aman  di harapkan tetap menjaga keselamatan

Jika anda berminat bisa menghubungi kami 081229859533 kami akan datang ke tempat anda

Minggu, 05 Juli 2015

NASA Sembunyikan Fakta Ilmiah Lailatul Qadar, Carner pun Masuk Islam

Minggu, 5 Juli 2015 14:59

NASA Sembunyikan Fakta Ilmiah Lailatul Qadar, Carner pun Masuk Islam
arrahmah.co.id
Illustrasi malam Lailatul Qadar. 
TRIBUNJABAR.CO.ID -- Kepala Lembaga Mukjizat Ilmiah Al-Quran dan Sunnah di Mesir, Dr Abdul Basith As-Sayyid menegaskan, Badan Nasional Antariksa Amerika (NASA) telah menyembunyikan kepada dunia bukti empiris ilmiah tentang (malam) Lailatul Qadar.
Ia menyayangkan kelompok jutawan Arab yang kurang perhatian dengan masalah ini sehingga dunia tidak mengetahuinya.
Menurutnya, sesuai dengan hadits Nabi bahwa malam Lailatul Qadar adalah “baljah” (بَلْجَة);tingkat suhunya sedang), tidak ada bintang atau meteor jatuh ke (atmosfer) bumi, dan pagi harinya matahari keluar dengan tanpa radiasi cahaya.
Menurutnya, sesuai dengan hadits Nabi bahwa malam Lailatul Qadar adalah “baljah” (بَلْجَة);tingkat suhunya sedang), tidak ada bintang atau meteor jatuh ke (atmosfer) bumi, dan pagi harinya matahari keluar dengan tanpa radiasi cahaya.
”Sayyid menegaskan, terbukti secara ilmiah bahwa setiap hari (hari-hari biasa) ada 10 bintang dan 20 ribu meteor yang jatuh ke atmosfer bumi, kecuali malam Lailatul dimana tidak ada radiasi cahaya sekalipun.
Hal ini sudah pernah ditemukan Badan Antariksa NASA 10 tahun lalu. Namun mereka enggan mempublikasikannya dengan alasan agar non Muslim tidak tertarik masuk Islam.
Statemen ini mengutip ucapan seorang pakar di NASA Carner , seperti yang dikutip oleh harian Al-Wafd Mesir.

Abdul Basith Sayyid, Kepala Lembaga Mukjizat Ilmiah Al-Quran dan Sunnah di Mesir, Dr Abdul Basith As-Sayyid dalam sebuah program di TV Mesir Sayyid juga menegaskan, pakar Carner akhirnya masuk Islam dan harus kehilangan jabatannya di NASA.
Ini bukan pertama kalinya, NASA mendapatkan kritikan dari pakar Islam.
Pakar geologi Islam Zaglol Najjar pernah menegaskan, NASA pernah meremove satu halaman di situs resminya yang pernah dipublish selama 21 hari.
Halaman itu tentang hasil ilmiah yakni cahaya aneh yang tidak terbatas dari Ka’bah di Baitullah ke Baitul Makmur di langit.
Sayyid menegaskan, “jendela” yang berada di langit itu mirip yang disebutkan dalam Al-Quran.
وَلَوْ فَتْحنَا عَلَيْهِمْ بَابًا مِنْ السَّمَاء فَظَلُّوا فِيهِ يَعْرُجُونَ لَقَالُوا إِنَّمَا سُكِّرَتْ أَبْصَارنَا بَلْ نَحْنُ قَوْم مَسْحُورُونَ
“Dan jika seandainya Kami membukakan kepada mereka salah satu dari (pintu-pintu) langit, lalu mereka terus menerus naik ke atasnya. tentulah mereka berkata: “Sesungguhnya panda ngan kamilah yang dikaburkan, bahkan kami adalah orang orang yang kena sihir”.” (Al-Hijr: 14)


Saat itu Carner dengan bukti jelas bahwa jagat raya saat itu gelap setelah “jendela” itu tersibak.
Karenanya, setelah itu Carner mendeklarasikan keislamannya.
Setelah Carner masuk Islam, ia menafsirkan fenomena “mencium Hajar Aswad” atau mengisyaratkan kepadanya – seperti turut Abdul Basith Sayyid – bahwa batu itu merekam semua orang mengisyaratkan kepadanya (dengan lambaian tangan) atau menciumnya.
Carner juga mengungkapkan tentang sebagian potongan Hajar Aswad yang pernah dicuri.
Setelah 12 tahun diteliti, dilansir voa-islam.com, seorang pakar museum Inggris menegaskan bahwa batu tersebut memang bukan dari planet tata surya Matahari.
Carner kemudian mendatangi pakar Inggris itu dan melihat sample Hajar Aswad sebesar biji (kacang) hims.

 a menemukan bahwa batu itu melancarkan gelombang pendek sebanyak 20 radiasi yang tidak terlihat ke segala arah. Setiap radiasi menembus 10 ribu kaki.
Karena itu, tegas Sayyid Abdul Basith, Imam Syafi’i menyatakan bahwa Hajar Aswad mencatat nama setiap orang yang mengunjunginya baik dalam haji atau umroh sekali saja.
Carner menambahkan, batu itu mampu mencatat nama-nama orang yang berhaji dengan radiasi gelombang nya. (*)


Kamis, 02 Juli 2015

Rasulullah SAW pernah memberikan tiga buah nasehat kepada kedua sehabatnya Abu Dzar Jundub bin Junadah dan Abu Abdurrahman bin Jabal:
“Bertakwalah kamu kepada Allah dimanapun kamu berada, dan ikutilah kesalahanmu dengan kebaikan niscaya ia dapat menghapuskannya. Dan pergaulilah manusia dengan akhlak terpuji.”HR. Tirmidzi
Tiga pesan Rasulullah SAW tersebut layak untuk kita perhatikan karena sangat berkaitan erat dengan kehidupan kita sehari-hari.
1- BERTAQWA DIMANA SAJA
Definisi dari kata taqwa dapat dilihat dari percakapan antara sahabat Umar dan Ubay bin Ka’ab ra. Suatu ketika sahabat Umar ra bertanya kepada Ubay bin Ka’ab apakah taqwa itu? Dia menjawab;“Pernahkah kamu melalui jalan berduri?”Umar menjawab; “Pernah!”Ubay menyambung,“Lalu apa yang kamu lakukan?”Umar menjawab;“Aku berhati-hati, waspada dan penuh keseriusan.”Maka Ubay berkata;“Maka demikian pulalah taqwa!”
Sedang menurut Sayyid Qutub dalam tafsirnya—Fi Zhilal al-Qur`an—taqwa adalah kepekaan hati, kehalusan perasaan, rasa khawatir yang terus menerus dan hati-hati terhadap semua duri atau halangan dalam kehidupan.
Kalau ada suatu iklan minuman ringan: “Dimana saja dan kapan saja …”, maka nasehat Nabi SAW ini menunjukkan bahwa kita harus bertaqwa dimana saja. Sedang perintah taqwa kapan saja terdapat dalam surat Ali Imron 102:
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam”
Jadi dimanapun dan kapanpun kita harus menjaga ketaqwaan kita. Taqwa dimana saja memang sulit untuk dilakukan dan harus usaha yang dilakukan harus ekstra keras. Akan sangat mudah ketaqwaan itu diraih ketika kita bersama orang lain, tetapi bila tidak ada orang lain maka maksiyat dapat dilaksanakan. Sebagai contoh, ketika kita berkumpul di dalam suatu majelis zikir, pikiran dan pandangan kita akan terjaga dengan baik. Tetapi ketika kita berjalan sendirian di suatu tempat perbelanjaan, maka pikiran dan pandangan kita bisa tidak terjaga. Untuk menjaga ketaqwaan kita dimanapun saja, maka perlunya kita menyadari akan pengawasan Allah SWT baik secara langsung maupun melalui malaikat-Nya.
2- KEBAIKAN YANG MENGHAPUSKAN KESALAHAN
Setiap orang selalu melakukan kesalahan. Hariini mungkin kita sudah melakukan kesalahan baik yang kita sadari maupun yang tidak kita sadari. Oleh sebab itu, segera setelah kita melaksanakan kesalahan, lakukan kebaikan. Kebaikan tersebut dapat menghapuskan kesalahan yang telah dilakukan.
Untuk dosa yang merugikan diri sendiri, maka salah satu cara untuk menghapusnya adalah dengan bersedekah. Rasulullah SAW bersabda “sedekah itu menghapus kesalahan sebagaimana air memadamkan api”. Maka ada orang yang ketika dia sakit maka dia akan memberikan sedekah agar penyakitnya segera sembuh. Hal ini dikarenakan segala penyakit yang kita miliki itu adalah karena kesalahan yang kita pernah lakukan.
Sedang dosa yang dilakukan terhadap orang lain maka yang perlu dilakukan adalah memohon maaf yang bagi beberapa orang sangat sulit untuk dilakukan. Padahal Rasulullah SAW selalu minta maaf ketika bersalah bahkan terhadap Ibnu Ummi Maktum beliau memeluknya dengan hangat seraya berkata “Inilah orangnya, yang membuat aku ditegur oleh Allah… (QS. Abasa)”. Setelah minta maaf kemudian bawalah sesuatu hadiah atau makanan kepada orang tersebut, maka kesalahan tersebut insya Allah akan dihapuskan.
3- AKHLAQ YANG TERPUJI
Akhlaq terpuji adalah keharusan dari setiap muslim. Tidak memiliki akhlaq tersebut akan dapat mendekatkan seseorang dalam siksaanapi neraka. Dari beberapa jenis akhlaq kita terhadap orang lain, yang perlu diperhatikan adalah akhlaq terhadap tetangga.
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka jangan menyakiti tetangganya.”(HR. Bukhari, Muslim dan Ibnu Majah)
Dari Abu Syuraih ra, bahwa Nabi Muhammad saw bersabda:“Demi Allah seseorang tidak beriman, Demi Allah seseorang tidak beriman,Demi Allah seseorang tidak beriman.”Ada yang bertanya:“Siapa itu Ya Rasulullah?”Jawab Nabi:“Yaitu orang yang tetangganya tidak aman dari gangguannya.”(HR. Bukhari)
Dari hadits tersebut, peringatan Allah sangat keras sampai diulangi tiga kali yaitu tidak termasuk golongan orang beriman bagi tetangganya yang tidak aman dari gangguannya. Maka terkadang kita perlu instropeksi dengan menanyakan kepada tetangga apakah kita mengganggu mereka.
Wallahua’lam bish showab.

TAFSIR SURAT AT-THOLAQ AYAT 2-3

(Taqwa Sebagai Kunci Rizki) 
 faidah dari tafsir surat At-Tholaq ayat 3-4, namun sebelum itu, alangkah baiknya kita mengetahui apa itu taqwa.
Pembaca yang berbahagia, sering kali kita mendengar kata taqwa, bahkan kata taqwa tersebut sering dijadikan dasar atau pijakan untuk melakukan suatu perbuatan, Banyak orang yang mengatakan “Jadilah pribadi yang bertaqwa”

atau dalam setiap khutbah jum’at para khatib sering mewasiatkan agar senantiasa meningkatkan ketaqwaan kita,, Tapi tidak semua orang mengetahui makna yang sebenarnya dan apa yang akan diperoleh dari sebuah ketaqwaan yang tertanam dalam diri kita, sehingga tidak pernah mau berusaha untuk mencapai jalan yang bisa mendorong pada ketaqwaan tersebut..
 
Keutamaan taqwa sangatlah banyak, dan salah satu buah taqwa adalah termasuk penyebab turunnya rizki dari Allah Tabaraka wa Ta’ala,, Inilah salah satu keutamaan yang tidak pernah disadari oleh setiap insan,,
Para ulama rahimahullah telah mejelaskan apa yang dimaksud dengan taqwa,, Di antaranya, Imam Ar-Raghib Al-Asfahani mendenifisikan sebagaimana yang terdapat dalam kitab (Al-Mufradat Fi Gharibil Qur’an, hal. 531): “Taqwa yaitu menjaga jiwa dari perbuatan yang membuatnya berdosa, dan itu dengan meninggalkan apa yang dilarang, dan menjadi sempurna dengan meninggalkan sebagian yang dihalalkan”
Sedangkan Pembaca yang berbahagia, dalam kitab (Tahriru AlFazhil Tanbih, hal. 322). Imam An-Nawawi mendenifisikan taqwa dengan “Menta’ati perintah dan larangan-Nya”,, Maksudnya menjaga diri dari kemurkaan dan adzab Allah Subhanahu wa Ta’ala
Hal itu pun yang didefinisikan oleh Imam Al-Jurjani dalam (Kitabut Ta’rifat, halaman,, 68) bahwa “Taqwa yaitu menjaga diri dari siksa Allah dengan menta’ati-Nya,, Yakni menjaga diri dari pekerjaan yang mengakibatkan siksa, baik dengan melakukan perbuatan atau meninggalkannya”

Karena itu siapa yang tidak menjaga dirinya dari perbuatan dosa, berarti dia bukanlah orang yang bertaqwa,, Maka orang yang melihat dengan kedua matanya apa yang diharamkan Allah, atau mendengarkan dengan kedua telinganya apa yang dimurkai Allah, atau mengambil dengan kedua tangannya apa yang tidak diridhai Allah, atau berjalan ke tempat yang dikutuk Allah, berarti ia tidak menjaga dirinya dari dosa,,
Jadi Pembaca yang berbahagia, orang yang membangkang perintah Allah serta melakukan apa yang dilarang-Nya, dia bukan termasuk orang-orang yang bertaqwa,, Orang yang menceburkan diri ke dalam maksiat sehingga ia pantas mendapat murka dan siksa dari Allah, maka ia telah mengeluarkan dirinya dari barisan orang-orang yang bertaqwa,,
Beberapa nash yang menunjukkan bahwa taqwa termasuk di antara sebab rizki,, mari kita perhatikan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam qur’an surat ath-tholaq ayat ke 2-3:

...وَمَنْ يَتَّقِ اللهَ يَجْعَلْ لَّهُ مَخْرَجًا وَيَرزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لاَيَحْتَسِبُ…
“Barangsiapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan jalan keluar baginya dan memberinya rizki dari arah yang tidak disangka-sangka.” (At-Thalaq: 2-3)

Pembaca yang budiman, dalam ayat ini, Allah menjelaskan bahwa orang yang merealisasikan taqwa akan dibalas Allah dengan dua hal:

Pertama, “Allah akan mengadakan jalan keluar baginya” Artinya, Allah akan menyelamatkannya sebagaimana dikatakan Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma, dari setiap kesusahan dunia maupun akhirat , Ar-Rabi’ bin Khutsaim berkata: “Dia memberi jalan keluar dari setiap apa yang menyesakkan manusia”

Kedua, “Allah akan memberi rizki dari arah yang tidak disangka-sangka” Artinya, Allah akan memberi rizki yang tak pernah ia harapkan dan angankan,
Al-Hafidz Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan: ”Maknanya, barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah dengan melakukan apa yang diperintahkan-Nya dan meninggalkan apa yang dilarang-Nya, niscaya Allah akan memberinya jalan keluar serta rizki dari arah yang tidak disangka-sangka, yakni dari arah yang tidak pernah terlintas dalam benaknya”,
demikianlah Pembaca yang budiman, beberapa penjelasan dari mufassir tentang ayat tersebut, dan tentunya kita harus meyakini kebenaran Janji Allah Subhanahu Wata’ala tersebut, mudah-mudahan kita semua dapat menjadikan diri kita bertaqwa kepada Allah Subhanahu wa’ala. Sampai di sini perjumpaan kita dalam rubrik tafsir ayat-ayat taqwa, sampai jumpa di lain kesempatan, Wassalamu’alaikum.

Maraji’: Mafatiihur Rizq fi Dhau’il Kitab was Sunnah, Syaikh Dr Fadhl Ilahi,,
 
Karena bertepatan dengan awal Romadhan, kok rasanya lebih berkah kalau sedikit mengulas tentang ayat-Nya. Yupz... ayat Al Qur'an. Sudah tahu kan, kalau duluuu di blog ini juga pernah terposting tentang ayat-ayat Al Qur'an?? Salah satunya tafsir QS Al Kahfi:60-82. Nah, sekarang rasanya akan memposting perihal tafsir atau mugkin lebih tepatnya, ulasan QS At Tolaq:2-3. 
Pada dasarnya, keinginan untuk mengupas ayat ini memiliki alasan yang melatar belakangi. Serius! Karena sesuai dengan kondisi diri, dan memang berupaya untuk mensupport diri sendiri. Maka, tercetuslah hasrat untuk menorehkan upaya kajian ayat al Qur'an yang satu ini. Itung-itung bagi ilmu atau diskusi lah... Siapa tahu berkah! Eit, tapi benar lho, ayat ini untuk menghibur dan mensupport diri saya sendiri.... Bahwa disetiap kesulitan, orang yang bertakwa akan selalu mendapat jalan keluar, plus dikaruniai rizki yang tak disangka-sangka.... Itu sih janjinya Allah SWT!
Segera saja kita mulai lapak diskusi ini.... (Semoga berkah)
At Tholaq merupakan urutan surah yang ke 65 dalam al Qur'an. Diturunkan di Madinah, dan terdiri dari 12 ayat. Dinamakan at tholaq karena mayoritas ayat-ayatnya membahas masalah talak serta hal-hal yang berkaitan dengan hal itu. 
Dalam surah ini dijelaskan perihal hukum-hukum thalaq, iddah, serta kewajiban masing-masing suami istri dalam masa-masa thalaq dan iddah. Kemudian, disebutkan juga perintah pada orang-orang mu'min supaya bertakwa kepada Allah SWT. 
Dan, khusus pada wujud  tarian jemari di blog ini, hanya fokus pada ayat 2-3. Dalam At Tholaq ayat 2(akhir) dan 3 disebutkan:
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا (٢)
 وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا (٣
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا (٢) وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا (٣) - See more at: http://www.tafsir.web.id/2013/04/tafsir-at-thalaq-ayat-1-12.html#sthash.6EVV6N31.dpuf
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا (٢) وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا (٣) - See more at: http://www.tafsir.web.id/2013/04/tafsir-at-thalaq-ayat-1-12.html#sthash.6EVV6N31.dpuf

 
"Dan barang siapa bertakwa pada Allah, niscaya Dia akan memberikan jalan keluar baginya
Dan Dia memberikan rizki dari arah yang tidak disangka-sangka. Dan barang siapa yang bertawakkal kepada Allah, niscaya Dia akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesunguhnya Allah melaksanakan urusanNya. Sungguh, Allah telah memberikan ketentuan bagi setiap sesuatu."

Ayat tersebut sebetulnya berkaitan dengan ayat sebelumnya, yang menjelaskan tentang talak. Sehingga pada akhir ayat 2 surah at Thalaq itu dijelaskan bahwa; Siapapun yang bertakwa pada Allah (dalam hal talak dan dalam masalah lainnya) maka Allah akan selalu menyelamatkannya --membukakan jalan keluar atas setiap kesulitannya, dan mendatangkan rizki dari arah yang tak pernah diduga dan disangka.
Nah, yang menjadi pertanyaan kemudian adalah, apa dan bagaimana bertakwa itu?
Menurut Imam Ar-Raghib Al-Asfahani  sebagaimana yang terdapat dalam kitab (Al-Mufradat Fi Gharibil Qur’an, hal. 531): “Taqwa yaitu menjaga jiwa dari perbuatan yang membuatnya berdosa, dan itu dengan meninggalkan apa yang dilarang, dan menjadi sempurna dengan meninggalkan sebagian yang dihalalkan”
Sedangkan dalam kitab (Tahriru AlFazhil Tanbih, hal. 322). Imam An-Nawawi mendenifisikan taqwa dengan “Menta’ati perintah dan larangan-Nya”,, Maksudnya menjaga diri dari kemurkaan dan adzab Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Ini senada dengan yang didefinisikan oleh Imam Al-Jurjani dalam (Kitabut Ta’rifat, 68) bahwa “Taqwa yaitu menjaga diri dari siksa Allah dengan menta’ati-Nya,, Yakni menjaga diri dari pekerjaan yang mengakibatkan siksa, baik dengan melakukan perbuatan atau meninggalkannya” 
 Nah begitulah takwa. Sehingga orang yang bertakwa adalah orang yang selalu menjaga diri dari dosa, dari perbuatan yang membuat Allah murka.
Kemudian dalam lanjutan ayat ke3 dijelaskan bahwa, siapapun yang bertawakal pada Allah, maka akan dicukupkan segala keperluannya.
Dalam ayat ini  tersirat bahwa, orang yang bertawakal; yang menyandarkan segala urusan dunia dan akhiratnya pada Allah, maka keperluannya akan sangat mudah sekali terpenuhi. Namun demikian, terkadang hikmah Ilahi menghendaki suatu perkara itu ditunda sampai waktu yang tepat. Oleh sebab itulah, di ayat ke3 juga disebutkan bahwa "Allah melaksanakan urusanNya"; yaitu qodho' dan qodar (pasti terlaksana). Dan, di akhir ayat ke 3 disebutkan "Allah telah memberikan ketentuan bagi setiap sesuatu"; Dia telah menentukan 'waktunya' serta 'ukurannya', tidak lebih dan tidak kurang!

Demikian sedikit ulasan tentang penggalan surah At Tholaq.
So... semoga bermanfaat, semoga kita-kita selalu termasuk (atau setidaknya berusaha untuk masuk) dalam golongan orang mu'min yang bertakwa, sekaligus bertawakkal pada-Nya...