Jumat, 21 Agustus 2015

Menampilkan BK.pdf.
Menampilkan BK.pdf.

Pendaftaran

Pendaftaran Seleksi Penerimaan Mahasiswa UNNES (SPMU) untuk Program Pascasarjana  (Magister & Doktor) dilayani full  online melalui http://spmu.unnes.ac.id yang dilaksanakan dalam dua tahap. (a). Gelombang I (Beasiswa dan Non Beasiswa)  (b). Gelombang II (Non Beasiswa).
BIAYA DAN BEBAN STUDI Program Magister (S2)
Keterangan
Kelas Reguler
Kelas Khusus
Mahasiswa Asing
1 Pendaftaran Rp 250.000,00 Rp 350.000,00 Rp 350.000,00
2 Matrikulasi, Orientasi Studi, Studium General, dan Jaket Almamater Rp 750.000,00 Rp 1.000.000,00 Rp 1.000.000
3 SPP + Sardik Rp 3.750.000,00/ Smt. Rp 16.500.000,00 selama studi Rp 23.300.000,00 selama studi
4 SPL Rp 2.500.000,00/ Smt selama 3 smt Rp 13.500.000,00 selama studi Rp 18.200.000,00 selama studi

Lama Studi dan Beban Kredit Lama Studi   : 4-8 semester Beban Kredit : 45–50 sks Lama Studi   : 4-8 Semester Beban Kredit : 45-50 sks. Catatan: Apabila dalam 4 smt mahasiswa belum menyelesaikan studi, pada semester berikutnya dikenakan SPP + Sardik sebesar Rp 3.750.000,00/smt Lama Studi   : 4-8 Semester Beban Kredit : 45-50 sks. Catatan: Apabila dalam 4 smt mhs belum menyelesaikan studi, pada semester berikutnya dikenakan SPP + Sardik sebesar Rp 3.750.000,00/smt
5 Waktu Perkuliahan Senin s.d. Kamis Jumat s.d. Sabtu Jumat s.d. Sabtu
6 Cara pembayaran Biaya Studi (SPP+Sardik dan SPL) SPP + Sardik dibayarkan tiap semester SPL diangsur selama 3 (tiga) kali semester SPP +Sardik dan SPL diangsur 3 (tiga) kali: Semester ke-1: 50% Semester ke-2: 25 % Semester ke-3: 25 % SPP +Sardik dan SPL diangsur 3 (tiga) kali: Semester ke-1: 50% Semester ke-2: 25 % Semester ke-3: 25 %
7 Jumlah Mahasiswa Lebih kurang : 20 Orang/rombel Lebih kurang : 15 Orang/rombel Lebih kurang : 15 Orang/rombel
Tambahan:
  • Untuk Prodi S2 Pendidikan IPA dan S2 Bimbingan Konseling dikenai biaya praktikum Rp. 400.000/Semester selama semester 1 s.d.3
  • Untuk Prodi yang perkuliahannya diselenggarakan di kampus Tegal dikenai Biaya Operasional Rp. 1.500.000/semester dari semester 1 s.d. 3
Program Doktor (S3)
Keterangan
Kelas Reguler
Kelas Khusus
Mahasiswa Asing
1 Pendaftaran Rp.750.000 Rp.750.000 Rp.750.000
2 Matrikulasi, Orientasi Studi, Studium General dan Jaket Almamater Rp. 1.150.000 Rp. 1.150.000 Rp. 1.150.000
3 SPP+Sardik Rp. 7.250.000/smt Rp. 50.000.000 selama studi Rp. 63.250.000 selama studi
4 SPL Rp. 2.750.000/ smt selama 3 smt Rp. 15.000.000 selama studi Rp. 22.000.000 selama studi
5 Lama Studi dan Beban Kredit Lama Studi: 6-10  semester Beban Kredit : 45–50 sks Lama Studi: 6-10  semester Beban Kredit : 45-50 sks. Catatan: Apabila dalam 6 smt mhs belum menyelesaikan studi, pada semester berikutnya dikenakan SPP + Sardik sebesar Rp. 7.250.000/smt Lama Studi : 6-10  semester Beban Kredit : 45-50 sks. Catatan: Apabila dalam 6 smt mhs belum menyelesaikan studi, pada semester berikutnya dikenakan SPP + Sardik sebesar Rp.7.250.000/smt
6 Waktu Perkuliahan Senin s.d. Kamis Jumat s.d. Sabtu Jumat s.d. Sabtu
7 Cara pembayaran Biaya Studi (SPP+Sardik dan SPL) SPP + Sardik dibayarkan tiap semester SPL diangsur selama 3 (tiga) kali semester SPP +Sardik dan SPL diangsur 3 (tiga) kali: Semester ke-1: 50% Semester ke-2: 25 % Semester ke-3: 25 % SPP +Sardik dan SPL diangsur 3 (tiga) kali: Semester ke-1: 50% Semester ke-2: 25 % Semester ke-3: 25 %
8 Jumlah Mahasiswa Lebih kurang : 20 Orang/rombel Lebih kurang : 15 Orang/rombel Lebih kurang : 15 Orang/rombel
Tambahan:
  • Khusus Prodi S3 Bimbingan Konseling dikenakan biaya praktikum Rp. 500.000/semester selama semester 1.s.d. 3
WAKTU PENDAFTARAN

Gelombang I ( Beasiswa & Nonbeasiswa)
Waktu Pendaftaran : 10 Maret  s/d 17 April 2015
Seleksi : 23 April 2015
Pengumuman : 7 Mei 2015
Registrasi Administrasi Keuangan : 11 Mei s/d 29 Mei 2015
Lapor Diri : 3 Juni 2015 (Revisi)
  Gelombang II ( Nonbeasiswa )
Waktu Pendaftaran : 4 Mei s/d 26 Juni 2015
Seleksi : 2 Juli 2015
Pengumuman : 14 Juli 2015
Registrasi Administrasi Keuangan : 27 Juli s/d 31 Juli 2015
Lapor Diri : 4 Agustus 2015
Keterangan:
  • Pendaftaran untuk calon mahasiswa yang ingin memperoleh BPP-DN bagi dosen harus dilakukan pada Gelombang I dan di kelas Reguler.
  • Pendaftaran calon mahasiswa program reguler, program khusus/paket dengan biaya sendiri atau instansi dapat dilakukan pada gelombang I dan atau Gelombang II .
  • Matrikulasi akan dimulai Agustus 2015. Perkuliahan akan dimulai pada September 2015.
KETENTUAN UMUM
  1. Bagi pelamar Program Magister (S2)Memiliki Ijazah S1 jurusan dari PTN atau PTS dalam dan luar negeri yang ijazahnya diakui oleh Depdiknas yang serumpun dengan jurusan S2 yang akan dimasuki.
  2. Berindeks Prestasi minimal 2,75 atau berpengalaman kerja yang memadai.
  3. Bagi pelamar Program Doktor (S3)Memiliki ijazah S1 & S2 dari PTN atau PTS dalam dan luar negeri yang ijazahnya yang diakui oleh Depdiknas yang serumpun dengan jurusan S3 yang akan dimasuki.
  4. Berindeks Prestasi minimal 3,00 atau berpengalaman kerja yang memadai.
  5. Mengikuti seleksi masuk PPs Unnes
  6. Sehat Jasmani dan rohani, tidak memiliki ketunaan/cacat yang dapat mengganggu kelancaran dalam melaksanakan tugas yang sesuai dengan program studi pilihan.
  7. Sanggup mematuhi Tata Tertib Kehidupan Kampus dan memenuhi semua persyaratan sebagai Mahasiswa Unnes, termasuk menanggung biaya belajar yang berupa uang kuliah, uang praktikum, dan lain-lain.
PROSEDUR PENDAFTARAN
Peserta tes SPMU diharuskan mengikuti prosedur sebagai berikut:
  1. Menyiapkan file pasfoto berwarna ukuran 4 x 6 cm, berformat JPG atau PNG,  dengan ukuran maksimum 100 KB.
  2. Membuka situs http://spmu.unnes.ac.id.
  3. Menentukan Jenjang yang akan diikuti: Jenjang Magister (S2) atau Jenjang Doktor (S3)
  4. Menentukan Program yang akan diikuti: SPMU Program Kelas Reguler atau Program Kelas Khusus.
  5. Mengisi formulir pendaftaran  secara  online   untuk memperoleh Personal Identification Number (PIN) yang berupa 8 karakter.
  6. Mencetak PIN untuk syarat pembayaran biaya pendaftaran SPMU.
  7. Melakukan pembayaran biaya pendaftaran sesuai dengan jenjang dan Kelas pilihan program studinya. Pembayaran dapat dilakukan di  BNI seluruh Indonesia melalui sistem SPC (Student Payment Center) dengan cara: (1) setoran langsung melalui teller; (2) ATM; atau (3) Internet Banking, minimal satu jam setelah pencetakan PIN.
  8. Mencetak Kartu Tes  yang diakses dari situs SPMU secepat-cepatnya 1 jam setelah pembayaran atau selambat-lambatnya tanggal 17 April 2015 (gelombang I) dan 26 Juni 2015 (Gelombang II). sebelum mencetak peserta wajib mengunggah (upload) file pas foto yang sudah disiapkan sesuai prosedur point satu pada formulir yang telah tersedia. Kartu tes dicetak rangkap dua: (1) untuk peserta;  dan (2) diserahkan ke pegawas pada saat tes.
  9. Memeriksa lokasi pelaksanaan tes tertulis sesuai dengan denah yang tertera pada Kartu Tes.
KELENGKAPAN BERKAS  (harus dibawa pada saat Ujian)
Program Magister (S2)
  1. Salinan ijazah dan transkrip akademik S1 yang telah dilegalisir sebanyak 2 Lembar.
  2. Pas photo berwarna kertas dof ukuran 3 x 4 sejumlah 2 lembar.
  3. Surat Rekomendasi akademik dari 2 orang dosen yang pernah membimbing/mengampu —> Download klik di sini
  4. Surat izin dari Pimpinan instansi/lembaga tempat bekerja—> Download klik di sini
  5. Surat keterangan Sumber Pembiayaan—> Download klik di sini
  6. Surat keterangan berpengalaman kerja yang memadai dari pimpinan tempat bekerja bagi pelamar SPMU yang IPK dibawah 2,75 —> Download klik di sini
  7. Bagi Pelamar BPPDN bagi Dosen harus mengisi & melampirkan BLANGKO PENGAJUAN BPPDN(dijilid rapi) —> Download klik di sini
  8. Bukti cetak Formulir Pendaftaran BPPDN  online pada http://beasiswa.dikti.go.id/bppdn;
  9. Berkas-berkas sebagaimana dimaksud diatas dimasukkan dalam stopmap warna biru diberi identitas nomor tes, nama, dan Program Studi diserahkan kepada pengawas ujian ketika peserta SPMU mengikuti ujian.
Program Doktor (S3)
  1. Salinan ijazah dan transkrip akademik S1 & S2  yang telah dilegalisir sebanyak 2 Lembar.
  2. Pas photo berwarna kertas dof ukuran 3 x 4 sejumlah 2 lembar.
  3. Menyerahkan Rancangan Usulan Disertasi sebanyak 5 eksemplar dijilid Soft Cover warna Orange (diserahkan ke panitia SPMU PPs Unnes paling lambat satu minggu sebelum ujian melalui Pos atau datang langsung ke PPs Unnes)
  4. Surat Rekomendasi akademik dari 2 orang dosen yang pernah membimbing/mengampu —> Download klik di sini
  5. Surat izin dari Pimpinan instansi/lembaga tempat bekerja —> Download klik di sini
  6. Surat keterangan Sumber Pembiayaan —> Download klik di sini
  7. Surat keterangan berpengalaman kerja yang memadai dari pimpinan tempat bekerja bagi pelamar SPMU yang IPK dibawah 3,00 —> Download klik di sini
  8. Bagi Pelamar BPPDN bagi Dosen harus mengisi & melampirkan BLANGKO PENGAJUAN BPPDN(dijilid rapi) —> Download klik di sini
  9. Bukti cetak Formulir Pendaftaran BPP-DN  online pada http://beasiswa.dikti.go.id/bppdn;
  10. Berkas-berkas sebagaimana dimaksud diatas dimasukkan dalam stopmap warna merah diberi identitas nomor tes, nama, dan program studi diserahkan kepada pengawas ujian ketika peserta SPMU mengikuti ujian.
PELAKSANAAN TES
Program Magister (S2)
Tes Gelombang I:
  • 23 April 2015 Tes Tertulis dengan materi TPA, Bahasa Inggris dan Tes tingkat program studi
  • Khusus Prodi Pendidikan Bahasa Inggris setelah Tes Tertulis dilaksanakan Tes Uraian (academic writing)
Tes Gelombang II :
  • 2 Juli 2015 Tes Tertulis dengan materi TPA, Bahasa Inggris dan Tes tingkat program studi
  • Khusus Prodi Pendidikan Bahasa Inggris setelah Tes Tertulis dilaksanakan Tes Uraian (academic writing)
Program Doktor (S3)
Tes Gelombang I :
  • 23 April 2015 Tes Tertulis dengan materi TPA, Bahasa Inggris dan Tes tingkat program studi dilanjutkan Tes Wawancara.
Tes Gelombang II  :
  • 2 Juli 2015 Tes tertulis dengan materi TPA, Bahasa Inggris dan Tes tingkat program studi dilanjutkan Tes Wawancara.
LAIN-LAIN
  • Seluruh Prodi baik S2 maupun S3 mempersyaratkan serumpun bidang ilmu  ijazah yang dimiliki dari calon pendaftar. kecuali prodi S2 Pendidikan Luar Sekolah, S2 Manajemen pendidikan, S2 Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, S2 Kurikulum dan Teknologi Pembelajaran, dan S3 Manajemen Kependidikan
  • Informasi pendaftaran selengkapnya dan jumlah pendaftaran dapat dilihat di situs SPMU http://spmu.unnes.ac.id.
  • Peserta tes menyiapkan alas tulis dan bolpoin untuk menuliskan jawaban pada lembar jawab tes SPMU.
  • Informasi mengenai tempat dan jadwal tes dapat dilihat pada Kartu Peserta SPMU.
  • Semua jenis pembayaran tidak dapat dibatalkan.
  • Hasil seleksi akhir akan diumumkan pada tanggal 7 Mei 2015 (gelombang I) dan tanggal 14 Juli 2015 (Gelombang II) melalui  http://spmu.unnes.ac.id
  • Peserta yang telah dinyatakan lulus seleksi diwajibkan melakukan registrasi administrasi keuangan melalui bank-bank yang telah ditunjuk oleh unnes (tertera saat pengumuman hasil spmu pada http:/spmu.unnes.ac.id) pada tanggal 11 Mei s/d 29 Mei 2015 (bagi gelombang I) dan tanggal 27 Juli s/d 31 Juli 2015 (bagi gelombang II).
  • Selanjutnya peserta melakukan registrasi secara online melaluli laman http://registrasi.unnes.ac.id secepat-cepatnya 1 jam setelah melakukan Registrasi Administrasi untuk mencetatak Formulir Registrasi dan Surat Pernyataan Menaati Peraturan.
  • Peserta lulus seleksi diwajibkan melakukan Lapor Diri  pada tanggal 3 Juni 2015 (bagi gelombang I) dan tanggal 4 Agustus 2015 (bagi gelombang II)
  • Peserta yang tidak lolos gelombang I diperbolehkan mengikuti seleksi mahasiswa baru pada gelombang II sebagai pendaftar baru.
  • Peserta yang dinyatakan lulus seleksi pada suatu program studi tidak diperkenankan untuk mengajukan permohonan pindah ke program studi lain.
  • Peserta yang telah dinyatakan lulus seleksi melalui jalur SPMU akan dinyatakan gugur apabila:
    • tidak hadir pada waktu registrasi.
    • terbukti memberikan informasi yang tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
  • Apabila terjadi perubahan jadwal dan ketentuan lain, perubahan akan diumumkan melalui http://spmu.unnes.ac.id
PROGRAM STUDI YANG DI BUKA DI PROGRAM PASCASARJANA UNNES
  1. S3 Manajemen Kependidikan
  2. S3 Ilmu Pendidikan Bahasa Inggris
  3. S3 Ilmu Pendidikan Bahasa Indonesia
  4. S3 Pendidikan Olahraga
  5. S3 Pendidikan Seni
  6. S3 Bimbingan Konseling
  7. S3 Pendidikan IPS
  8. S3 Pendidikan Matematika
  9. S3 Pendidikan IPA
  10. S2 Pendidikan Bhs Indonesia
  11. S2 Pendidikan Bahasa Inggris
  12. S2 Pendidikan Olahraga
  13. S2 Manajemen Pendidikan (Administrasi Pendidikan)
  14. S2 Pendidikan Seni Drama, Tari dan Musik
  15. S2 Pendidikan Matematika
  16. S2 Pendidikan IPA (Konsentrasi: Pend. IPA, Pend. Kimia, dan Pend. Biologi)
  17. S2 Kurikulum dan Teknologi Pembelajaran
  18. S2 Pendidikan IPS
  19. S2 Pendidikan Dasar (Dikdas) (Konsentrasi: Pend. Matematika, Pend. Bhs Indonesia, Pend. IPA, Pend. IPS, PGSD, dan PAUD)
  20. S2 Bimbingan dan Konseling
  21. S2 Penelitian dan Evaluasi Pendidikan
  22. S2 Pendidikan Ekonomi
  23. S2 Pendidikan Kejuruan
  24. S2 Pendidikan Luar Sekolah
  25. S2 Pendidikan Fisika
  26. S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
  27. S2 Ilmu Ekonomi
  LAYANAN INFORMASI PENDAFTARAN: 
Gedung A Program Pascasarjana Unnes, Kampus Unnes Bendan Ngisor Semarang 50233. Telp. 024-8440516, 024-8449017 Fax. 024-8449969 Website:  http://spmu.unnes.ac.id atau http://pps.unnes.ac.id E-mail: pps@unnes.ac.id
Home | Sitemap | Masuk log © COPYRIGHT 2011 - 2015 Program Pascasarjana

PRODI S2 BIMBINGAN KONSELING RESMI DIBUKA

Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta saat ini telah resmi menambah program studi baru yaitu Program Studi S2 Bimbingan Konseling. Kabar gembira tersebut tertuang dalam Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 075/P/2014 tentang izin penyelenggaraan Program Studi Bimbingan Konseling, program magister (S2) pada Universitas Negeri Yogyakarta tertanggal 5 Maret 2014. Dengan telah terbitnya ijin penyelenggaraan tersebut, kini PPs UNY memiliki 12 Prodi S2 dan 5 Prodi S3. Hal tersebut semakin menguatkan eksistensi UNY sebagai universitas kependidikan.
Direktur PPs UNY, Prof. Dr. Zuhdan Kun Prasetyo, M.Ed. menyampaikan rasa syukurnya karena telah terbitnya SK dari Dikti untuk penyelenggaraan Program S2 Bimbingan Konseling. Hal tersebut merupakan indikator bahwa UNY dipercaya sebagai penyelenggara. PPs UNY tentu saja tidak menyia-nyiakan kepercayaan yang telah diberikan. Sebagai penyelenggara pendidikan yang sehat, PPs UNY siap memberikan pelayanan prima dan maksimal kepada para mahasiswa. Selain itu, program studi BK akan segera diusulkan untuk diakreditasi dengan target minimal nilai B. “Untuk memenuhi syarat layak, jumlah mahasiswa tidak akan melebihi kuota dan akan disesuaikan dengan jumlah dosen yang ada. Jumlah mahasiswa harus 1:20”  lanjutnya.
Selain itu, PPs UNY saat ini juga sedang menunggu terbitnya beberapa SK penyelenggaraan program S2 Fisika, Biologi, Kimia, dan S3 Pendidikan Dasar. Zuhdan berharap beberapa SK tersebut dapat segera terbit karena animo calon mahasiswa terhadap program-program studi tersebut sudah banyak. (Sinta)

Kamis, 20 Agustus 2015

MENGGULUNG MOTOR TIGA FASA
I.BAGIAN -BAGIAN MOTOR 3 FASA
Motor 3 fasa pada dasarnya terdiri dari Stator yaitu bagian yang diam (statis) dan Rotor yaitu bagian yang bergerak / berputar (rotasi).
II.ALAT DAN BAHAN
Peralatan yang harus disediakan sebagai acuan dalam melilit stator adalah sebagai berikut:
A. Alat :
1. Kunci pas/ring
2. Obeng
3. Tracker
4. Palu
5. AVO meter
6. Megger/insulation tester
7. Solder
8. Tacho meter
9. Sikat kawat

A. Bahan :
1. Kawat email
2. Kertas prispan/insulation paper
3. Lak/insulation laquer
4. Selongsong (slove)
5. Kertas gosok
6. Kabel NYAF
7. Pelumas/grace
8. Kuas
9. Timah/tinnol
III.TEORI PENDUKUNG
A. Bentuk kumparan:
1. Memusat/konsentris/spiral winding
2. Jerat/buhul/lap winding
3. Gelombang
A. Rumus-rumus
Ujung-ujung kumparan diberi tanda dengan huruf-huruf U,V,W,X,Y, dan Z.bila pangkal diberi tanda U maka ujungnya X, pangkal V ujungnya Y dan pangkal W ujngnya Z.
Syarat jumlah slot, perhitungan jumlah slot harus bisa dbagi 4 dan 3

C. CONTOH PERHITUNGAN
1.Stator motor 3 fasa mempuyai alur (g)12 alur , jumlah kutub (2p)=4, single layer.
Penyelesaian :
Ys = G/2p =12/4 =3
Sehingga ujung kawat di masukkan pada alur nomor 1,maka ujung lainya pada alur nomor 4.
Q =G/2p.m =12/4.3 =1
Berarti jumlah kumparan tiap kelompok adalah 1.
K = G /2p =12/4=3
Tiap kutub terdiri dari 3 kumparan
KAR = 360/G =360/12 =30 radian
Jarak antar alur 30 radian
KAL =KAR .p =30 . 2=60 listrik
Kp =120/KAL =120/60 =2
Kalau fasa pertama di mulai dari alur 1 maka fasa kedua dari alur ke 3
Dafar lilitan : sigle layer berarti dalam satu alur hanya ada satu kumparan .
U | 1-4 I I 7-10 I X
V I 3-6 I I 9-12 I Y
W I 5-8 I I 11-2 I z
Gambar bentangan :


2. Double layer, sama seperti soal no 1 namun belitan yang digunakan adalah belitan double layer
U I 1-4 I I 7 - 4 I I 7-10 I I 1-10 I X
V I 3-6 I I 9 - 6 I I 9-12 I I 3-12 I Y
W I 5-8 I I 11-8 I I 11-2 I I 5 - 2 I z


3 .Perencanan motor 3 fase dengan jumlah alurnya 24 dan 36
Kutubnya dibuat 4 buah dengan belitan single layer.
Penyelesaian :
A. Untuk stator dengan 24 alur
Ys = G/2p =24/4 =6
Langkah belitan adalah 1 -7
Q =G/2p.m =24/4.3 =2
Berarti jumlah kumparan tiap kelompok adalah 2.
K = G /2p =24/4=6
Tiap kutub terdiri dari 6 kumparan
KAR = 360/G =360/24 =15 radian
Jarak antar alur 15 radian
KAL =KAR .p =15. 2=30 listrik
Kp =120/KAL =120/30 =4
Kalau fasa pertama di mulai dari alur 1 maka fasa kedua dari alur ke 5
Dafar belitannya sebagai berikut.
U I 1-7 I I 13-19 I X
I 2-8 I I 14-20 I

V I 5-11 I I 17-23 I Y
I 6-12 I I 18-24 I
W I 9-15 I I 21-3 I z
I 10-16I I 22-4 I
Gambar bentangan :




Penyelesaian :
B. Untuk stator dengan 36 alur
Ys = G/2p =36/4 =9
Langkah belitan adalah 1 -10
Q =G/2p.m =36/4.3 =3
Berarti jumlah kumparan tiap kelompok adalah 3.
K = G /2p =36/4=9
Tiap kutub terdiri dari 6 kumparan
KAR = 360/G =360/36 =10 radian
Jarak antar alur 15 radian
KAL =KAR .p =10. 2=20 listrik
Kp =120/KAL =120/20 =6
Kalau fasa pertama di mulai dari alur 1 maka fasa kedua dari alur ke 7
Dafar belitannya sebagai berikut.
U I 1-10 I I 19-28 I X
I 2-11 I I 20-29 I
I 3-12 I I 21-30 I
V I 7-16 I I 25-34 I Y
I 8-17 I I 26-35 I
I 9-18 I I 27-36 I
W I 13-22I I 31-4 I z
I 14-23I I 32-5 I
I 15-24I I 33-6 I
Gambar bentangan :
Motor dengan kecapatan ganda
Motor dengan kecepatan ganda atau dua kecepaan ini bisa dibangun dengan dua cara, pertama memang belitan motor tersebut ada dua, misalnya satu belitan dengan kecepatan 3000 rpm, dan pada stator yang sama dibelitkan belitan kedua dengan kecepatan 1000 rpm, hal demikian tentu saja keterampilan yang sudah diperoleh sudah mencakupi, adapun cara kedua yaitu belitan Dahlander.
Belitan jenis ini tidak menggunakan rumus – rumus karena hanya mengembangkan system penyambungan belitan, berikut ini diberikan contoh – contoh belitan dahlander :
a. untuk motor dengan 24 alur
b. untuk motor dengan 36 alur






MENGGULUNG MOTOR SATU FASE
Untuk menggulung ulang motor satu fase, rumus yang digunakan sama dengan rumus motor 3 fase, hanya saja dianggap dua fase.
Supaya terjadi dua fase, Belitan Utama (BU) dibuat dari kawat yang lebih besar dari Beltan Bantu (BB) dan pada belitan bantu dihubungkansebuah kapasitor yang nilainya tertentu.
Contoh Belitan :
A. Motor satu fase dua (2) pasang kutub, Alurnya 24
Ys = G/2p =24/4 =6
Langkah belitan adalah 1 -7
Q =G/2p.m =24/4.2 =3
Berarti jumlah kumparan tiap kelompok adalah 3.
K = G /2p =24/4=6
Tiap kutub terdiri dari 6 kumparan
KAR = 360/G =360/24 =15 radian
Jarak antar alur 15 radian
KAL =KAR .p =15. 2=30 listrik
Kp =90/KAL =90/30 = 3
Kalau fasa pertama di mulai dari alur 1 maka fasa kedua dari alur ke 4
Dafar belitannya sebagai berikut.
I 1-7 I I 21-15 I -------------------- I 4-10 I I 24-18 I
A I 2-8 I I 20-14 I a ----------------B I 5-11 I I 23-17 I b
I 3-9 I I 19-13 I ---------------------I 6-12 I I 22-16 I
Gambar bentangan :



B. Motor satu fase dua (2) pasang kutub, Alurnya 36
Ys = G/2p =36/4 =9
Langkah belitan adalah 1 -10
Q =G/2p.m =36/4.2 = 4.5
Berarti jumlah kumparan Belitan Utama 5 adalah Belitan Bantu 4.
K = G /2p = 36/4 = 9
Tiap kutub terdiri dari 9 kumparan
KAR = 360/G =360/36 =10 radian
Jarak antar alur 10 radian
KAL =KAR .p =10. 2 = 20 listrik
Kp =90/KAL =90/20 = 4.5
Sehingga fasa berikutnya di mulai dari alur 5

Senin, 17 Agustus 2015

Komutator (listrik)Dari Wikipedia, ensiklopedia gratisArtikel ini adalah tentang komponen listrik. Untuk konsep matematika, lihat Komutator.Komutator di motor yang universal dari vacuum cleaner. Bagian: (A) komutator, (B) sikat, (C) rotor (angker) gulungan, (D) stator (lapangan) gulungan, (E) panduan sikat
Sebuah komutator adalah bagian bergerak dari saklar listrik rotary dalam beberapa jenis motor listrik dan generator listrik yang berkala membalikkan arah arus antara rotor dan sirkuit eksternal. Ini terdiri dari sebuah silinder yang terdiri dari segmen kontak logam beberapa dari armature berputar dari mesin. Dua atau lebih kontak listrik stasioner disebut "sikat" terbuat dari konduktor lembut seperti pers karbon terhadap komutator, membuat geser kontak dengan segmen berturut-turut dari komutator seperti berputar. Gulungan (gulungan kawat) pada armature yang terhubung ke segmen komutator.
Commutators digunakan dalam arus searah (DC) mesin: dinamo (DC generator) dan banyak motor DC serta motor universal. Dalam motor komutator berlaku arus listrik ke gulungan. Dengan membalik arah arus di lilitan berputar setiap setengah putaran, kekuatan berputar stabil (torsi) yang dihasilkan. Dalam generator komutator mengambil dari arus yang dihasilkan dalam gulungan, membalik arah arus dengan masing-masing setengah putaran, melayani sebagai penyearah mekanik untuk mengubah arus bolak-balik dari gulungan ke arus searah searah di sirkuit beban eksternal. Yang pertama saat mesin komutator tipe langsung, dinamo, dibangun oleh Hippolyte Pixii pada tahun 1832, berdasarkan saran oleh André-Marie Ampere.
Commutators relatif tidak efisien, dan juga membutuhkan perawatan berkala seperti penggantian sikat. Oleh karena itu, mesin commutated menurun digunakan, digantikan oleh arus bolak-balik (AC) mesin, dan dalam beberapa tahun terakhir oleh brushless motor DC yang menggunakan switch semikonduktor.
Isi

    
1 Prinsip operasi
        
1.1 komutator praktis sederhana
    
2 Cincin / konstruksi segmen
    
3 Brush konstruksi
        
3.1 pemegang Brush
        
3.2 Brush sudut kontak
    
4 commutating Pesawat
        
4.1 Kompensasi untuk distorsi medan stator
        
4.2 kompensasi lebih lanjut untuk diri induksi
    
5 Keterbatasan dan alternatif
    
6 Repulsion motor induksi
    
7 komutator Laboratorium
        
7.1 Ruhmkorff komutator
        
7.2 Pohl komutator
    
8 Lihat juga
    
9 Paten
    
10 Referensi
    
11 Pranala luar
Prinsip operasiCollecteur commutateur rotatif.png
Sebuah komutator terdiri dari satu set kontak bar tetap ke poros berputar dari mesin, dan terhubung ke gulungan armature. Sebagai poros berputar, komutator membalikkan aliran arus dalam lilitan. Untuk angker tunggal berkelok-kelok, ketika poros telah membuat satu-setengah lengkap gilirannya, berliku sekarang terhubung sehingga arus mengalir melalui itu di kebalikan dari arah awal. Dalam motor, arus armature menyebabkan medan magnet tetap mengerahkan kekuatan rotasi, atau torsi, pada berliku untuk membuatnya berubah. Dalam generator, torsi mekanik diterapkan poros mempertahankan gerakan angker berliku melalui medan magnet stasioner, mendorong arus di berliku. Dalam kedua motor dan generator yang terjadi, komutator berkala membalikkan arah aliran arus melalui berliku sehingga aliran arus dalam sirkuit eksternal ke mesin terus hanya satu arah.Komutator praktis sederhanaSederhana Kemungkinan Commutator - Rotor View.JPG sederhana Kemungkinan Komutator - Brushes.JPG sederhana Kemungkinan Komutator - Motor Body.JPG
Komutator praktis memiliki setidaknya tiga segmen kontak, untuk mencegah "mati" tempat di mana dua sikat sekaligus menjembatani dua segmen komutator. Sikat yang dibuat lebih lebar dari celah terisolasi, untuk memastikan bahwa sikat selalu berhubungan dengan coil armature. Untuk komutator dengan setidaknya tiga segmen, meskipun rotor berpotensi dapat berhenti di posisi mana dua segmen komutator menyentuh satu sikat, hanya ini de-memberi energi salah satu lengan rotor sementara yang lain masih akan berfungsi dengan benar. Dengan lengan rotor tersisa, motor dapat menghasilkan torsi yang cukup untuk memulai berputar rotor, dan generator dapat menyediakan tenaga berguna untuk sirkuit eksternal.Cincin / konstruksi segmenPenampang dari komutator yang dapat dibongkar untuk diperbaiki. [1]
Sebuah komutator terdiri dari satu set segmen tembaga, tetap sekitar bagian dari lingkar mesin berputar, atau rotor, dan satu set kuas pegas tetap ke frame stasioner mesin. Dua sikat atau lebih tetap terhubung ke sirkuit eksternal, baik sumber arus untuk motor atau beban untuk generator.
Segmen komutator yang terhubung ke kumparan armatur, dengan jumlah kumparan (dan segmen komutator) tergantung pada kecepatan dan tegangan dari mesin. Motor besar mungkin memiliki ratusan segmen. Setiap segmen melakukan komutator terisolasi dari segmen yang berdekatan. Mica digunakan pada mesin awal dan masih digunakan pada mesin besar. Banyak bahan isolasi lain yang digunakan untuk melindungi mesin lebih kecil; plastik memungkinkan pembuatan cepat isolator, misalnya. Segmen diadakan pada poros menggunakan bentuk pas di tepi atau bawah setiap segmen. Isolasi wedges di sekeliling setiap segmen ditekan sehingga komutator mempertahankan stabilitas mekanik di seluruh rentang operasi normal. Komutator digunakan untuk mengumpulkan arus dari dinamo konduktor.
Dalam alat dan alat kecil motor segmen biasanya berkerut secara permanen di tempat dan tidak dapat dihapus. Ketika motor gagal itu dibuang dan diganti. Pada mesin industri besar (katakanlah, dari beberapa kilowatt ribuan kilowatt di rating) akan ekonomis untuk mengganti segmen rusak individu, dan akhir-wedge dapat membuka tutup dan segmen individu dihapus dan diganti. Mengganti segmen tembaga dan mika sering disebut sebagai "mengisi". Komutator dovetailed isi ulang adalah konstruksi yang paling umum dari jenis industri komutator yang lebih besar, namun komutator isi ulang juga dapat dibangun dengan menggunakan band eksternal yang terbuat dari fiberglass (kaca banded konstruksi) atau cincin baja ditempa (konstruksi baja menyusut jenis dering eksternal dan menyusut baja jenis dering konstruksi internal yang ). Pakai, jenis dibentuk komutator umumnya ditemukan di DC motor yang lebih kecil menjadi semakin lebih umum pada motor listrik yang lebih besar. Molded jenis komutator tidak diperbaiki dan harus diganti jika rusak. Selain panas, torsi, dan metode tonase umum digunakan komutator bumbu, beberapa aplikasi komutator kinerja tinggi memerlukan lebih mahal, khusus "spin bumbu" proses atau lebih kecepatan spin-pengujian untuk menjamin stabilitas segmen individu dan mencegah dini memakai kuas karbon. Persyaratan seperti yang umum dengan traksi, militer, ruang angkasa, nuklir, pertambangan, dan aplikasi kecepatan tinggi di mana kegagalan prematur dapat menyebabkan konsekuensi negatif yang serius.
Gesekan antara segmen dan sikat akhirnya menyebabkan pakai untuk kedua permukaan. Sikat karbon, yang terbuat dari bahan lembut, cepat aus dan dapat dirancang untuk diganti dengan mudah tanpa membongkar mesin. Sikat tembaga tua menyebabkan lebih memakai ke komutator, menyebabkan grooving dalam dan bentukan dari permukaan dari waktu ke waktu. Komutator pada motor kecil (misalnya, kurang dari rating kilowatt) tidak dirancang untuk diperbaiki melalui kehidupan perangkat. Pada peralatan industri besar, komutator dapat kembali muncul dengan abrasive, atau rotor dapat dihapus dari frame, dipasang di mesin bubut logam besar, dan komutator muncul kembali dengan memotong ke bawah untuk diameter yang lebih kecil. Yang terbesar dari peralatan dapat mencakup mesin bubut berputar lampiran langsung di atas komutator.Sebuah kecil 5-segmen komutator kurang dari 2 mm, pada motor arus searah dalam ZipZaps mobil kontrol radio mainan.Konstruksi BrushBerbagai jenis tembaga dan karbon sikat. [2]
Mesin awal menggunakan kuas yang terbuat dari helai kawat tembaga untuk menghubungi permukaan komutator. Namun, sikat logam keras cenderung untuk menggaruk dan alur segmen komutator halus, akhirnya membutuhkan resurfacing dari komutator. Sebagai sikat tembaga mengenakan pergi, debu dan potongan sikat bisa baji antara segmen komutator, korslet mereka dan mengurangi efisiensi perangkat. Baik copper wire mesh atau kain kasa yang tersedia baik kontak permukaan dengan lebih sedikit segmen pakai, tapi sikat kasa yang lebih mahal daripada strip atau kawat sikat tembaga.
Mesin berputar modern dengan komutator hampir secara eksklusif menggunakan sikat karbon, yang mungkin memiliki tembaga bubuk dicampur untuk meningkatkan konduktivitas. Sikat logam tembaga dapat ditemukan di mainan atau sangat kecil motor, seperti yang digambarkan di atas, dan beberapa motor yang hanya beroperasi sangat sebentar-sebentar, seperti motor pemula otomotif.
Motor dan generator menderita fenomena yang dikenal sebagai 'angker reaksi', salah satu efek yang adalah untuk mengubah posisi di mana pembalikan arus melalui gulungan idealnya berlangsung sebagai beban bervariasi. Mesin awal memiliki sikat dipasang pada sebuah cincin yang diberikan dengan pegangan. Selama operasi, itu perlu untuk menyesuaikan posisi cincin sikat untuk menyesuaikan pergantian untuk meminimalkan memicu pada kuas. Proses ini dikenal sebagai 'goyang sikat'.
Berbagai perkembangan berlangsung untuk mengotomatisasi proses menyesuaikan pergantian dan meminimalkan memicu pada kuas. Salah satunya adalah pengembangan 'resistensi yang tinggi sikat', atau sikat terbuat dari campuran bubuk tembaga dan karbon. [3] Meskipun digambarkan sebagai kuas resistensi yang tinggi, ketahanan sikat seperti itu dari urutan milliohms, yang tepat tergantung pada ukuran dan fungsi mesin nilai. Juga, sikat resistensi yang tinggi tidak dibangun seperti kuas tapi dalam bentuk blok karbon dengan wajah melengkung untuk mencocokkan bentuk komutator.
Resistensi yang tinggi atau sikat karbon dibuat cukup besar sehingga secara signifikan lebih lebar dari segmen isolasi yang mencakup (dan pada mesin besar mungkin sering rentang dua segmen isolasi). Hasil ini adalah bahwa sebagai segmen komutator lewat dari bawah kuas, arus yang ke landai turun lebih lancar daripada yang pernah terjadi dengan sikat tembaga murni di mana kontak pecah tiba-tiba. Demikian pula segmen bersentuhan dengan sikat memiliki ramping up serupa saat ini. Dengan demikian, meskipun arus yang melalui sikat lebih atau kurang konstan, arus yang seketika dengan dua segmen komutator adalah sebanding dengan luas relatif kontak dengan sikat.
Pengenalan sikat karbon memiliki efek samping yang nyaman. Sikat karbon cenderung memakai lebih merata daripada sikat tembaga, dan karbon ringan menyebabkan kerusakan jauh lebih sedikit untuk segmen komutator. Ada kurang memicu dengan karbon dibandingkan dengan tembaga, dan sebagai karbon menipis, resistensi yang lebih tinggi dari hasil karbon lebih sedikit masalah dari pengumpulan debu pada segmen komutator.
Rasio tembaga karbon dapat diubah untuk tujuan tertentu. Sikat dengan kadar tembaga tinggi tampil lebih baik dengan tegangan yang sangat rendah dan arus tinggi, sementara sikat dengan kandungan karbon yang lebih tinggi lebih baik untuk tegangan tinggi dan arus yang rendah. Sikat kadar tembaga tinggi biasanya membawa 150 sampai 200 ampere per inci persegi permukaan kontak, sementara kandungan karbon yang lebih tinggi hanya membawa 40 sampai 70 ampere per inci persegi. Resistensi yang lebih tinggi dari karbon juga menghasilkan drop tegangan yang lebih besar dari 0,8-1,0 volt per kontak, atau 1,6-2,0 volt di komutator. [4]Pemegang sikatSenyawa pemegang sikat karbon, dengan klem individu dan penyesuaian ketegangan untuk setiap blok karbon. [5]
Sebuah pegas biasanya digunakan dengan kuas, untuk mempertahankan kontak konstan dengan komutator. Sebagai sikat dan komutator memakai bawah, musim semi terus mendorong sikat ke bawah menuju komutator. Akhirnya sikat memakai kecil dan cukup tipis bahwa kontak stabil tidak mungkin lagi atau tidak lagi aman diadakan di pemegang sikat, dan sikat harus diganti.
Hal ini umum untuk kabel listrik fleksibel untuk langsung melekat sikat, karena arus yang mengalir melalui dukungan semi akan menyebabkan pemanasan, yang dapat menyebabkan hilangnya marah logam dan hilangnya ketegangan musim semi.
Ketika motor commutated atau pembangkit listrik menggunakan lebih dari sikat tunggal mampu melakukan, perakitan beberapa pemegang sikat dipasang secara paralel di permukaan komutator sangat besar.
Pemegang paralel ini mendistribusikan arus merata di semua kuas, dan memungkinkan operator-hati untuk menghapus sikat buruk dan menggantinya dengan yang baru, bahkan sebagai mesin terus berputar sepenuhnya bertenaga dan di bawah beban.
Daya tinggi, peralatan commutated tinggi saat sekarang jarang, karena desain yang kurang kompleks bolak generator arus yang memungkinkan arus rendah, tegangan tinggi bidang pemintalan koil untuk memberi energi tinggi saat ini posisi tetap stator coils. Hal ini memungkinkan penggunaan sikat tunggal yang sangat kecil dalam desain alternator. Dalam hal ini, kontak berputar cincin terus menerus, yang disebut slip ring, dan tidak beralih terjadi.
Perangkat modern menggunakan sikat karbon biasanya memiliki desain bebas perawatan yang tidak memerlukan penyesuaian seluruh kehidupan perangkat, menggunakan fixed-posisi slot dudukan sikat dan gabungan perakitan sikat-semi-kabel yang sesuai ke dalam slot. Sikat dikenakan ditarik keluar dan sikat baru dimasukkan.Sudut sikat kontakDefinisi sikat sudut [6]Komutator dan perakitan sikat motor traksi; bar tembaga dapat dilihat dengan strip insulasi ringan antara bar. Setiap sikat karbon abu-abu gelap memiliki fleksibel memimpin jumper tembaga singkat terpasang. Bagian dari bidang motor berkelok-kelok, merah, dapat dilihat di sebelah kanan komutator.

Jenis kuas yang berbeda melakukan kontak dengan komutator dengan cara yang berbeda. Karena sikat tembaga memiliki kekerasan yang sama dengan segmen komutator, rotor tidak dapat berputar mundur terhadap ujung sikat tembaga tanpa tembaga menggali ke dalam segmen dan menyebabkan kerusakan parah. Akibatnya, sikat tembaga jalur / laminasi hanya melakukan kontak tangensial dengan komutator, sementara jala tembaga dan sikat kawat menggunakan sudut kontak cenderung menyentuh tepi mereka di segmen dari komutator yang dapat berputar di satu arah.
Kelembutan sikat karbon memungkinkan langsung radial akhir-kontak dengan komutator tanpa merusak segmen, memungkinkan mudah pembalikan arah rotor, tanpa perlu reorientasi pemegang sikat untuk operasi dalam arah yang berlawanan. Meskipun tidak pernah terbalik, motor alat umum yang menggunakan luka rotor, komutator dan sikat memiliki sikat radial-kontak. Dalam kasus reaksi-jenis pemegang sikat karbon, sikat karbon mungkin terbalik miring dengan komutator sehingga komutator cenderung mendorong terhadap karbon untuk kontak perusahaan.



Commutator (electric)

From Wikipedia, the free encyclopedia
This article is about the electrical component. For mathematical concept, see Commutator .
Commutator in a universal motor from a vacuum cleaner. Parts: (A) commutator, (B) brush, (C) rotor (armature) windings, (D) stator (field) windings, (E) brush guides
A commutator is the moving part of a rotary electrical switch in certain types of electric motors and electrical generators that periodically reverses the current direction between the rotor and the external circuit. It consists of a cylinder composed of multiple metal contact segments on the rotating armature of the machine. Two or more stationary electrical contacts called "brushes" made of a soft conductor like carbon press against the commutator, making sliding contact with successive segments of the commutator as it rotates. The windings (coils of wire) on the armature are connected to the commutator segments.
Commutators are used in direct current (DC) machines: dynamos (DC generators) and many DC motors as well as universal motors. In a motor the commutator applies electric current to the windings. By reversing the current direction in the rotating windings each half turn, a steady rotating force (torque) is produced. In a generator the commutator picks off the current generated in the windings, reversing the direction of the current with each half turn, serving as a mechanical rectifier to convert the alternating current from the windings to unidirectional direct current in the external load circuit. The first direct current commutator-type machine, the dynamo, was built by Hippolyte Pixii in 1832, based on a suggestion by André-Marie Ampère.
Commutators are relatively inefficient, and also require periodic maintenance such as brush replacement. Therefore, commutated machines are declining in use, being replaced by alternating current (AC) machines, and in recent years by brushless DC motors which use semiconductor switches.

Contents

Principle of operation

Collecteur commutateur rotatif.png
A commutator consists of a set of contact bars fixed to the rotating shaft of a machine, and connected to the armature windings. As the shaft rotates, the commutator reverses the flow of current in a winding. For a single armature winding, when the shaft has made one-half complete turn, the winding is now connected so that current flows through it in the opposite of the initial direction. In a motor, the armature current causes the fixed magnetic field to exert a rotational force, or a torque, on the winding to make it turn. In a generator, the mechanical torque applied to the shaft maintains the motion of the armature winding through the stationary magnetic field, inducing a current in the winding. In both the motor and generator case, the commutator periodically reverses the direction of current flow through the winding so that current flow in the circuit external to the machine continues in only one direction.

Simplest practical commutator

Simplest Possible Commutator - Rotor View.JPG Simplest Possible Commutator - Brushes.JPG Simplest Possible Commutator - Motor Body.JPG
Practical commutators have at least three contact segments, to prevent a "dead" spot where two brushes simultaneously bridge only two commutator segments. Brushes are made wider than the insulated gap, to ensure that brushes are always in contact with an armature coil. For commutators with at least three segments, although the rotor can potentially stop in a position where two commutator segments touch one brush, this only de-energizes one of the rotor arms while the others will still function correctly. With the remaining rotor arms, a motor can produce sufficient torque to begin spinning the rotor, and a generator can provide useful power to an external circuit.

Ring/segment construction

Cross-section of a commutator that can be disassembled for repair.[1]
A commutator consists of a set of copper segments, fixed around the part of the circumference of the rotating machine, or the rotor, and a set of spring-loaded brushes fixed to the stationary frame of the machine. Two or more fixed brushes connect to the external circuit, either a source of current for a motor or a load for a generator.
Commutator segments are connected to the coils of the armature, with the number of coils (and commutator segments) depending on the speed and voltage of the machine. Large motors may have hundreds of segments. Each conducting segment of the commutator is insulated from adjacent segments. Mica was used on early machines and is still used on large machines. Many other insulating materials are used to insulate smaller machines; plastics allow quick manufacture of an insulator, for example. The segments are held onto the shaft using a dovetail shape on the edges or underside of each segment. Insulating wedges around the perimeter of each segment are pressed so that the commutator maintains its mechanical stability throughout its normal operating range. Commutator is used to collect current from armature conductor.
In small appliance and tool motors the segments are typically crimped permanently in place and cannot be removed. When the motor fails it is discarded and replaced. On large industrial machines (say, from several kilowatts to thousands of kilowatts in rating) it is economical to replace individual damaged segments, and so the end-wedge can be unscrewed and individual segments removed and replaced. Replacing the copper and mica segments is commonly referred to as "refilling". Refillable dovetailed commutators are the most common construction of larger industrial type commutators, but refillable commutators may also be constructed using external bands made of fiberglass (glass banded construction) or forged steel rings (external steel shrink ring type construction and internal steel shrink ring type construction). Disposable, molded type commutators commonly found in smaller DC motors are becoming increasingly more common in larger electric motors. Molded type commutators are not repairable and must be replaced if damaged. In addition to the commonly used heat, torque, and tonnage methods of seasoning commutators, some high performance commutator applications require a more expensive, specific "spin seasoning" process or over-speed spin-testing to guarantee stability of the individual segments and prevent premature wear of the carbon brushes. Such requirements are common with traction, military, aerospace, nuclear, mining, and high speed applications where premature failure can lead to serious negative consequences.
Friction between the segments and the brushes eventually causes wear to both surfaces. Carbon brushes, being made of a softer material, wear faster and may be designed to be replaced easily without dismantling the machine. Older copper brushes caused more wear to the commutator, causing deep grooving and notching of the surface over time. The commutator on small motors (say, less than a kilowatt rating) is not designed to be repaired through the life of the device. On large industrial equipment, the commutator may be re-surfaced with abrasives, or the rotor may be removed from the frame, mounted in a large metal lathe, and the commutator resurfaced by cutting it down to a smaller diameter. The largest of equipment can include a lathe turning attachment directly over the commutator.
A tiny 5-segment commutator less than 2 mm in diameter, on a direct-current motor in a toy radio control ZipZaps car.

Brush construction

Various types of copper and carbon brushes.[2]
Early machines used brushes made from strands of copper wire to contact the surface of the commutator. However, these hard metal brushes tended to scratch and groove the smooth commutator segments, eventually requiring resurfacing of the commutator. As the copper brushes wore away, the dust and pieces of the brush could wedge between commutator segments, shorting them and reducing the efficiency of the device. Fine copper wire mesh or gauze provided better surface contact with less segment wear, but gauze brushes were more expensive than strip or wire copper brushes.
Modern rotating machines with commutators almost exclusively use carbon brushes, which may have copper powder mixed in to improve conductivity. Metallic copper brushes can be found in toy or very small motors, such as the one illustrated above, and some motors which only operate very intermittently, such as automotive starter motors.
Motors and generators suffer from a phenomenon known as 'armature reaction', one of the effects of which is to change the position at which the current reversal through the windings should ideally take place as the loading varies. Early machines had the brushes mounted on a ring that was provided with a handle. During operation, it was necessary to adjust the position of the brush ring to adjust the commutation to minimise the sparking at the brushes. This process was known as 'rocking the brushes'.
Various developments took place to automate the process of adjusting the commutation and minimizing the sparking at the brushes. One of these was the development of 'high resistance brushes', or brushes made from a mixture of copper powder and carbon.[3] Although described as high resistance brushes, the resistance of such a brush was of the order of milliohms, the exact value dependent on the size and function of the machine. Also, the high resistance brush was not constructed like a brush but in the form of a carbon block with a curved face to match the shape of the commutator.
The high resistance or carbon brush is made large enough that it is significantly wider than the insulating segment that it spans (and on large machines may often span two insulating segments). The result of this is that as the commutator segment passes from under the brush, the current passing to it ramps down more smoothly than had been the case with pure copper brushes where the contact broke suddenly. Similarly the segment coming into contact with the brush has a similar ramping up of the current. Thus, although the current passing through the brush was more or less constant, the instantaneous current passing to the two commutator segments was proportional to the relative area in contact with the brush.
The introduction of the carbon brush had convenient side effects. Carbon brushes tend to wear more evenly than copper brushes, and the soft carbon causes far less damage to the commutator segments. There is less sparking with carbon as compared to copper, and as the carbon wears away, the higher resistance of carbon results in fewer problems from the dust collecting on the commutator segments.
The ratio of copper to carbon can be changed for a particular purpose. Brushes with higher copper content perform better with very low voltages and high current, while brushes with a higher carbon content are better for high voltage and low current. High copper content brushes typically carry 150 to 200 amperes per square inch of contact surface, while higher carbon content only carries 40 to 70 amperes per square inch. The higher resistance of carbon also results in a greater voltage drop of 0.8 to 1.0 volts per contact, or 1.6 to 2.0 volts across the commutator.[4]

Brush holders

Compound carbon brush holder, with individual clamps and tension adjustments for each block of carbon.[5]
A spring is typically used with the brush, to maintain constant contact with the commutator. As the brush and commutator wear down, the spring steadily pushes the brush downwards towards the commutator. Eventually the brush wears small and thin enough that steady contact is no longer possible or it is no longer securely held in the brush holder, and so the brush must be replaced.
It is common for a flexible power cable to be directly attached to the brush, because current flowing through the support spring would cause heating, which may lead to a loss of metal temper and a loss of the spring tension.
When a commutated motor or generator uses more power than a single brush is capable of conducting, an assembly of several brush holders is mounted in parallel across the surface of the very large commutator.
This parallel holder distributes current evenly across all the brushes, and permits a careful operator to remove a bad brush and replace it with a new one, even as the machine continues to spin fully powered and under load.
High power, high current commutated equipment is now uncommon, due to the less complex design of alternating current generators that permits a low current, high voltage spinning field coil to energize high current fixed-position stator coils. This permits the use of very small singular brushes in the alternator design. In this instance, the rotating contacts are continuous rings, called slip rings, and no switching happens.
Modern devices using carbon brushes usually have a maintenance-free design that requires no adjustment throughout the life of the device, using a fixed-position brush holder slot and a combined brush-spring-cable assembly that fits into the slot. The worn brush is pulled out and a new brush inserted.

Brush contact angle

Brush angle definitions[6]
Commutator and brush assembly of a traction motor; the copper bars can be seen with lighter insulation strips between the bars. Each dark grey carbon brush has a short flexible copper jumper lead attached. Parts of the motor field winding, in red, can be seen to the right of the commutator.

The different brush types make contact with the commutator in different ways. Because copper brushes have the same hardness as the commutator segments, the rotor cannot be spun backwards against the ends of copper brushes without the copper digging into the segments and causing severe damage. Consequently, strip/laminate copper brushes only make tangential contact with the commutator, while copper mesh and wire brushes use an inclined contact angle touching their edge across the segments of a commutator that can spin in only one direction.
The softness of carbon brushes permits direct radial end-contact with the commutator without damage to the segments, permitting easy reversal of rotor direction, without the need to reorient the brush holders for operation in the opposite direction. Although never reversed, common appliance motors that use wound rotors, commutators and brushes have radial-contact brushes. In the case of a reaction-type carbon brush holder, carbon brushes may be reversely inclined with the commutator so that the commutator tends to push against the carbon for firm contact.