Selasa, 30 Juni 2015

Assalamualaikum Wr.Wb
Yth. Bapak/Ibu, Saudara/I.
Marilah kita bersama-sama memanjatkan puji dan syukur kita ke hadirat Allah SWT karena berkah dan karunianya kita semua dapat berkumpul dalam keadaan sehat wal’afiat pada hari yang cerah ini.


KEJUJURAN adalah tanda bukti keimanan. Orang mukmin pasti jujur. Jikalau tidak jujur, berarti keimanannya sedang diserang penyakit munafik. Sebagaimana kita ketahui munafik itu orang bermuka dua, yang di luar berkata iya, di dalam berkata tidak.
Suatu hari salah satu sahabat Nabi bertanya padanya. “Apakah mungkin orang mukmin itu pelit?, dan Rasul menjawab “Mungkin saja”, lalu ia bertanya lagi “Apakah mungkin orang mukmin itu pengecut?” Nabi menjawab lagi “Mungkin saja”. Tapi ketika sahabat Nabi itu bertanya “Apakah mungkin seorang mukmin berbohong? Nabi menjawab “Tidak” (HR Imam Malik dalam kitab Al-Muwaththa)


Apa yang bisa kita pelajari dari Hadist tersebut? Hadist tersebut mengajarkan kita untuk berkata jujur. Karena orang mukmin tidak mungkin berbohong. Karena kejujuran adalah pangkal semua perbuatan baik manusia. Tidak ada perbuatan dan ucapan baik kecuali kejujuran.
Oleh sebab itu, Allah menyuruh orang-orang mukmin agar selalu berkata benar dan berlaku jujur. Ini diperintah oleh Allah melalui firman-Nya, yang artinya.
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang jujur dan benar”. (al-Ahzab: 70)


Sebagai penutup, Kejujuran adalah tiang agama, sendi akhlak, dan pokok rasa kemanusiaan manusia. Tanpa kejujuran, agama tidak lengkap, akhlak tidak sempurna, dan seorang manusia tidak sempurna menjadi manusia. Di sinilah pentingnya kejujuran bagi kehidupan. Rasulullah SAW telah bersabda :
“Tetap berpegang eratlah pada kejujuran. Walau kamu seakan-akan melihat kehancuran dalam berpegang teguh pada kejujuran, tapi yakinlah bahwa di dalam kejujuran itu terdapat keselamatan.” (HR Abu Dunya).
Nunwalkolami Wamayasthurun.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
 
 
Assalamu’alaikum Wr.Wb


Yang kami hormati ……….., beserta ……………, dan para hadirin sekalian yang berbahagia.
Puji syukur kita sanjungkan kehadirat Allah swt, karena dengan limpahan karunianya kita bisa berkumpul disini. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad saw, karena beliau menyiarkan agama yang haq, yakni agama islam, agama yang diridhoi oleh Allah swt. Semoga kita sekalian termasuk kedalam umatnya yang diberkahi. Amin ya rabbal alamin

Hadirin sekalian yang berbahagia!
Dirasa amat penting sekali jiwa social untuk diterapkan dilingkungan keluarga, sanak saudara, bahkan juga di masyarakat luas. Karena dengan jiwa social, maka terjalinlah di antara kita saling tolong menolong, dan kasih sayang. Sehingga orang-orang yang butuh akan pertolongan kita, akan mendapatkan haq nya.

Seseorang yang mempunyai jiwa social maka akan tertanam rasa senasib sepenanggungan. Bila kita berada dalam keadaan yang berlebih, maka hendaklah menjadin orang yang murah tangan. Suka memberikan sesuatu kepada orang lain yang membutuhkan. Dengan sedekah yang
kita berikan kepada pengemis, orang miskin, dan kepada orang-orang yang amat membutuhkan pertolongan kita dengan rasa tulus dan ikhlas, maka perbuatan semacam ini akan mampu memadamkan kesalahan-kesalahan, bagaikan air memadamkan api.

Sehubungan dengan masalah diatas, maka Nabi Muhammad saw, menjelaskan dalam sabdanya:
“Apakah engkau mau saya tunjukan engkau kepada pintu-pintu kebajikan? Saya (sahabat) menjawab: Baik ya Rasulullah. Nabi berkata: Ketahuilah bahwa puasa itu sebagai perisai dan sedekah itu memadamkan kesalahan, bagaikan air memadamkan api. (HR. TURMUDZI)

Tentang pemberian sedekah hendaknya terlebih dahulu diberikan kepada orang-orang yang kita nafkahi, seperti memberikan nafkah kepada keluarga. Dan ini merupakan langkah yang terbaik sekalipun harta benda yang dimiliki itu sangat sedikit, tetapi lebih diutamakan kepada orang-orang yang dinafkahinya.

Hadirin sekalian yang berbahagia!
Sehubungan dengan ini pula, Nabi saw. Bersabda
“Sedekah yang diberikan kepada orang miskin hanya merupakan shadaqah saja, sedang yang diberikan kepada kerabat karib itu merupakan sedekah dan penghubung silaturahmi”.

Demikianlah yang bisa kami sampaikan saat ini, mudah-mudahan kita termasuk orang yang gemar bersedekah dengan semata-mata mencari ridho Allah swt. Cukup sekian materi yang bisa kami sampaikan, IHDINASH SHIROOTHOL MUSTAQIIM, WABILLAAHIT TAUFIQ WALHIDAYAT WASSALAMU’ALAIKUM WAROHMATULLOOHI WABARAKAATUHU.

Minggu, 28 Juni 2015

Kultum – Tanda-Tanda Malam Lailatul Qadar


Lailatul Qadar
Umat Muslim Kita hendaknya menemukan malam lailatul Qadar, meskipun hanya sekali saja. Malam lailatul Qadar adalah suatu malam yang terjadi pada bulan ramadhan, dan bila kita beribadah pada malam tersebut, maka ganjarannya sama saja dengan beribdah selama 1000 bulan, sungguh muar biasa malam lailatul qadar ini. Makanya kita mesti setiap saat berjaga untuk menantikan malam penuh berkah tersebut yakni malam lailatul qadar.
Malam lailatul qadar juga dikenal sebagai malam diturunkannya al Qur’an ke muka bumi ini, sebagai pedoman hidup yang benar baik didunia dan juga penuntun untuk mendapatkan surga jannatun di akhirat kelak. Malam 1000 bulan merupakan malam yang ditetapkan oleh Allah SWT sebagai malam yang paling istimewa di anatara malam, dan terjadi pada bulan ramadhan yang merupakan bulan yang teristimewa pula diantara 12 bulan lainnya.
Ciri-ciri malam lailatul qadar
Adapun ciri-ciri dari malam lailatul qadar malam 1000 bulan adalah sebagai berikut:
  • Cahaya mentari lemah, cerah tak bersinar kuat keesokannya. Dari Ubay bin Ka’ab radliyallahu’anhu, bahwasanya Rasulullah shallahu’alaihi wa sallam bersabda: “Keesokan hari malam lailatul qadar matahari terbit hingga tinggi tanpa sinar bak nampan” (HR Muslim)
  • Terkadang terbawa dalam mimpi. Seperti yang terkadang dialami oleh sebagian sahabat Nabi radliyallahu’anhum
  • Bulan nampak separuh bulatan. Abu Hurairoh radliyallahu’anhu pernah bertutur: Kami pernah berdiskusi tentang lailatul qadar di sisi Rasulullah shallahu’alaihi wa sallam, beliau berkata, “Siapakah dari kalian yang masih ingat tatkala bulan muncul, yang berukuran separuh nampan.” (HR. Muslim)
  • Udara dan suasana pagi yang tenang. Ibnu Abbas radliyallahu’anhu berkata: Rasulullah shallahu’alaihi wa sallam bersabda: “Lailatul qadar adalah malam tentram dan tenang, tidak terlalu panas dan tidak pula terlalu dingin, esok paginya sang surya terbit dengan sinar lemah berwarna merah” (Hadist hasan)
  • Malam yang terang, tidak panas, tidak dingin, tidak ada awan, tidak hujan, tidak ada angin kencang dan tidak ada yang dilempar pada malam itu dengan bintang (lemparan meteor bagi setan). Sebagaimana sebuah hadits, dari Watsilah bin al-Asqo’ dari Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam: “Lailatul qadar adalah malam yang terang, tidak panas, tidak dingin, tidak ada awan, tidak hujan, tidak ada angin kencang dan tidak ada yang dilempar pada malam itu dengan bintang (lemparan meteor bagi setan)” (HR. at-Thobroni dalam al-Mu’jam al-Kabir 22/59 dengan sanad hasan)
  • Orang yang beribadah pada malam tersebut merasakan lezatnya ibadah, ketenangan hati dan kenikmatan bermunajat kepada Rabb-nya tidak seperti malam-malam lainnya.
Demikianlah artikel mengenai topik malam lailatul qadar, malam 1000 bulan malam yang paling istimewa, semoga kita umat Islam mendapatkan malam lailatul qadar ini, Amien. 

Menjaga Kesehatan Selama Ramadhan – Bahaya Tidur Setelah Sahur


Tidur setelah makan tidaklah sehat menurut ilmu kedokteran. Hal ini karena sistem pencernaan masih belum selesai mengerjakan tugasnya, terutama lambung.
“Setelah makan, makanan akan disimpan di dalam lambung. Nah, ketika Anda langsung tidur, maka makanan itu akan berbalik arah lagi ke atas,” ujar Dr.H.Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH,MMB,FINASIM, dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Penyakit Lambung dan Pencernaan, FKUI-RSCM, saat dihubungi detikHealth, Rabu (11/8/2010).
Menurut Dr Ari, kondisi ini disebut dengan refluks esofagus atau esophageal reflux, yaitu kembalinya makanan dari lambung ke dalam esofagus (saluran yang mengangkut makanan dari mulut ke perut).
Bila kondisi ini terjadi, maka makanan yang baru saja mencapai lambung akan berbalik arah menuju ke kerongkongan. Selain itu, tentu saja ada asam lambung yang terbawa oleh makanan tersebut.
Akibatnya, kerongkongan akan terasa kering, panas, kadang membuat orang merasa mual, mulas dan ingin muntah karena ada makanan yang berbalik arah. Hal ini akan semakin parah bila orang tersebut sudah menderita penyakit maag atau tungkak lambung.
Dilansir dari MedicineNet.com, makanan di perut sebagian dicerna oleh asam lambung dan enzim. Biasanya, sebagian kandungan asam lambung disampaikan oleh otot perut ke dalam usus kecil untuk pencernaan lebih lanjut.
Namun, dalam kondisi refluks esofagus, kandungan asam mundur sampai ke kerongkongan, kadang-kadang mencapai saluran pernapasan, yang dapat menyebabkan inflamasi (peradangan), kerusakan pada kerongkongan, paru-paru dan laring (kotak suara).
Proses keseluruhan secara medis disebut gastroesophageal reflux disease (GERD). Sebesar 10 persen dari penderita GERD pengembangkan Barret esofagus dan dapat meningkatkan risiko terkena kanker kerongkongan.
“Lambung kita kan kosong dalam waktu 6 jam atau 4 jam untuk makanan yang lebih ringan. Maka, setidaknya beri waktu lambung untuk mulai mencerna makanan, setidaknya lebih dari 1 jam setelah makan,” ungkap dokter sekaligus Wakil Sekjen PAPDI (Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia).
Tapi bila Anda merasa sangat mengantuk, Dr Ari merekomendasikan beberapa cara sehat tidur usai sahur, yaitu:
1. Tidur 1-2 jam setelah makan
“Bila sahur jam 3-an jangan langsung tidur. Kan bisa menunggu sampai adzan subuh, sekitar jam 5. Setelah itu Anda baru bisa tidur,” jelas Dr Ari.
2. Tidur dengan bantal ditinggikan
Bila Anda tidur tanpa bantal, maka dikhawatirkan ada gaya gravitasi yang membuat makanan dari lambung berbalik arah ke kerongkongan


Kultum – Manfaat Puasa


Marhaban Ya Ramadhan
Puasa wajib ramadhan adalah puasa dengan hukum wajib ‘ain yang harus dilakukan oleh setiap orang islam beriman di bulan ramadan yang telah dewasa (akil balig), waras, mampu, merdeka dan tidak dalam safar sesuai dengan perintah langsung dari Allah SWT dalam firmanNya di dalam Kita Suci Al-Qur’an.
Puasa merupakan ibadah wajib yang ada dalam rukun islam dengan menahan lapar dan haus serta hal-hal lain yang dapat membatalkan puasa mulai dari terbit fajar di timur hingga terbenam matahari di barat. Orang yang melanggar aturan puasa akan batal puasanya dan wajib mengganti puasanya dengan hari lain di luar ramadhan.
—–
Firman Allah Mengenai Puasa Ramadhan :
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa”
(Q.S. Al-Baqarah: 183)
“(yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.”
(Q.S. Al-Baqarah: 184).
(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang didalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur`an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kalian hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagi kalian, dan tidak menghendaki kesukaran bagi kalian. Dan hendaklah kalian mencukupkan bilangannya dan hendaklah kalian mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepada kalian, supaya kalian bersyukur.”
(Q.S. Al-Baqarah: 185)
—–
Fungsi / tujuan puasa selama satu bulan penuh di bulan suci ramadhan adalah sangat baik, yaitu untuk meningkatkan ketaqwaan kita kepada Tuhan yang menciptakan kita Allah SWT. Di samping itu juga terdapat banyak sekali guna dan manfaat dari melaksanakan puasa ramadhan yaitu baik untuk jasmani maupun rohani.
Berikut ini adalah beberapa Manfaat dan Hikmah Puasa Ramadhan :
1. Membuat kita lebih taqwa kepada Allah SWT.
2. Mendapatkan pahala yang melimpah ruah.
3. Memberikan efek yang menyehatkan tubuh kita dan dapat menyembuhkan berbagai penyakit.
4. Melatih kita untuk menahan nafsu bejat selama hidup di dunia fana.
5. Mendorong kita untuk selalu berbuat kebajikan.
6. Bisa memasukkan kita ke dalam surga jika kita telah mati.
7. Melatih sabar, pengendalian diri, disiplin, jujur, emosi, dll.
8. Mempersempit jalan aliran darah di mana setan berlalu-lalang.
9. Mempererat tali silaturahmi dengan sahur dan buka puasa bersama.
10. Menghilangkan dosa di antara manusia dengan saling maaf-memaafkan di hari lebaran idul fitri kembali ke fitrah manusia.
Berikut ini adalah beberapa Keutamaan Puasa Ramadhan :
1. Orang yang berpuasa ramadhan bisa masuk ke dalam surga ar-raiyan.
2. Puasa bisa menjadi penebus dosa.
3. Orang yang berpuasa akan mendapatkan kegembiraan.
4. Puasa adalah penangkal.
5. Mendapatkan ganjaran dari Allah tanpa hitungan.
6. Bau mulut orang yang melakukan puasa bagi Allah SWT wanginya lebih wangi dari bau kesturi.
7. Puasa dan Al-quran memberikan syafaat.
Puasa hanya wajib bagi orang islam yang beriman kepada Allah SWT. Jika anda tidak beriman, maka anda tidak wajib puasa. Selamat menunaikan ibadah Puasa bagi yang menjalankannya. Semoga pol puasanya dan jangan lupa niat puasa sebelum menjalankan ibadah puasanya.

17 Ramadhan Nuzulul Qur^an?


17 Ramadhan Nuzulul Qur^an? 

Hari ini 17 Ramadhan yang dianggap sebagai hari diturunkannya Al Quran, Nuzulu lQur^an. Judul di atas ditutup dengan tanda tanya, yang tentu bermakna: Benarkah Al Qur^an itu diturunkan Allah pada 17 Ramadhan? 
Pendekatan Ilmiyah, yang sumber informasinya adalah alam, pada zaman Yunani Kuno mempunyai kelemahan. Seperti diketahui, para pakar Yunani Kuno memperkembang tradisi keilmuan orang Mesir Kuno dan Sumaria yang hanya berasaskan intizhar (observasi), dengan penambahan unsur penafsiran terhadap hasil observasi itu. Ini melahirkan teori-teori ilmiyah yang spekulatif. Mengapa spekulatif, oleh karena teori-teori hasil penafsiran itu tidak diuji-coba. Dalam seri 020 telah dijelaskan bahwa para pakar Yunani Kuno di bidang fisika tidak mungkin dapat melakukan uji-coba teori hasil penafsiran itu, oleh karena matematika di zaman Yunani Kuno belum mampu untuk dapat dipakai sebagai ilmu penunjang untuk kebutuhan uji-coba itu. Jadi kelemahan Pendekatan Ilmiyah di zaman Yunani Kuno ialah teori-teori yang ditelurkan oleh para pakar itu spekulatif sifatnya karena tidak dapat dibuktikan kebenarannya melalui uji-coba. Maka terjadilah keadaan status quo yang berwujud: Menurut pendapat Anaxagoras demikian, menurut pendapat Socrates demikian, dan seterusnya. Itulah sebabnya sains di zaman Yunani Kuno tidak dapat diaplikasikan dalam teknologi, sehingga teknologi tidak mungkin dapat berkembang. 
Apa yang terjadi sampai sekarang ini dalam Pendekatan Kitabiyah (Scriptural Approach), yang sumber informasinya adalah wahyu, keadaannya sama betul dengan Pendekatan Ilmiyah dalam zaman Yunani Kuno. Yakni hanya sampai dalam tahap penafsiran saja. Hanya berhenti dalam keadaan status quo, menurut qaul (pendapat) si fulan begini dan menurut qaul si fulan yang lain begitu. Tidak ada lanjutannya berupa uji-coba. Jangan salah faham, yang diuji-coba bukan tentang kebenaran ayat Al Qur^an. Al Qur^an adalah sumber informasi wahyu, yang bersumber dari Sumber dari segala sumber, Yang Maha Mutlak. Kebenaran Al Qur^an, yang bersumber dari Yang Maha Mutlak tidak membutuhkan uji-coba karena kebenarannya adalah mutlak. Yang mebutuhkan uji-coba adalah hasil penafsiran orang terhadap Al Qur^an, dan inilah yang diabaikan dalam Pendekatan Kitabiyah, termasuk antara lain hasil penafsiran bahwa Nuzulu lQur^an itu adalah pada 17 Ramadhan, yang menjadi topik dalam seri 023 ini. 
*** 
Al Quran tidak membedakan pengertian ayat, baik yang dimaksud dengan alam, yang disebut ayat kawniyah, maupun yang dimaksud dengan isi Al Qur^an, yaitu ayat qawliyah. (kawniyah dari kaana = jadi dan qawliyah dari qaala = sabda). Dalam kedua ayat di bawah ini jelas Al Quran tidak membedakan pengertian ayat, baik sebagai ayat kawniyah maupun ayat qawliyah: 
....... wa laa tasytaruw bia-ya-tiy tsamanan qaliylan ....... artinya: ...... Dan janganlah engkau menjual ayat-ayatKu dengan harga murah .....(S.Al Baqarah, 41) ....wa yunzilu mina ssamaai ma-an fa yuhyiy bihi l.ardha ba'da mawtihaa inna fiy dza-lika la.a-ya-tin liqaumin ya'qiluwn, artinya: diturunkanNya hujan dari langit, dan dengan itu dihidupkanNya bumi sesudah matinya, sesungguhnya dalam hal ini adalah ayat-ayat bagi kaum yang mempergunakan akalnya (Ar Rum 24). 
Oleh karena Al Qur^an tidak membedakan antara ayat Al Quran dengan ayat alam, maka tidak ada alasan untuk tidak mengaplikasikan metode uji-coba dalam Pendekatan Kitabiyah yang sumber informasinya wahyu, sebagaimana halnya dengan pengaplikasian metode uji-coba dalam Pendekatan Ilmiyah, yang sumber informasinya adalah alam. Namun perlu ditekankan di sini, bahwa tentu tidak semua penafsiran itu dapat diuji-coba, baik itu penafsiran terhadap sumber informasi wahyu, maupun penafsiran terhadap sumber informasi alam. 
Marilah kita mulai dengan menjelaskan hasil penafsiran S. Al Anfal, ayat 41 yang membuahkan sebuah teori bahwa Nuzulu lQur^an itu terjadi pada 17 Ramadhan. Wa in kuntum amantum biLla-hi wa maa anzalnaa 'ala- 'abdinaa yawma lfurqaana yawma ltaqa ljam'an, artinya: Jika kamu beriman kepada Allah dan (beriman kepada) apa yang kuturunkan kepada hambaku (Muhammad) pada Hari Al Furqaan, hari bertemunya dua pasukan. 
Pada umumnya ditafsirkan, bahwa yang diturunkan Allah itu adalah Al Qur^an, dan Hari Al Furqan, hari bertemunya dua pasukan adalah Perang Badar. Dan menurut catatan sejarah, Perang Badar terjadi pada 17 Ramadhan. Jadi Nuzulu lQur^an adalah pada 17 Ramadhan. 
Dalam penafsiran ini ada 3 tahap pemikiran/perbuatan manusia. Tahap pertama berupa pemikiran, bahwa maa/apa diartikan sebagai Al Quran. Tahap kedua adalah juga pemikiran, yaitu bertemunya dua pasukan adalah Perang Badar. Tahap ketiga adalah perbuatan, yaitu pencatatan/ingatan sejarah, bahwa Perang Badar itu adalah pada 17 Ramadhan. Penafsiran inilah, yang berupa tiga tahap pendapat manusia itu yang perlu diuji-coba, yang dirujukkan kepada Al Qur^an dan Al Hadits yang Shahih. 
Bahwa Al Qur^an diturunkan dalam bulan Ramadhan itu benar, sebab hal itu dibenarkan oleh S. Al Baqarah, ayat 185: Syahru Ramadhaana lladziy unzila fiyhi lQur^an .... artinya: Bulan Ramadhan yaitu diturunkan di dalamnya Al Qur^an ... 
Sekarang mengenai tanggal. Ini tidak disebutkan secara langsung dalam Al Qur^an, melainkan berupa isyarat, yaitu dalam S. Al Qadar ayat 1: Innaa anzalnaahu fiy laylati lqadri, artinya: Sesungguhnya Kami turunkan dia pada Malam Qadar. Isyarat Al Qur^an itu diperjelas oleh sabda Rasulullah SAW: taharraw laylata lqadri fi l'asyri l.awaakhir min ramadhaan, artinya: Carilah olehmu Malam Qadar pada sepuluh malam terakhir dalam bulan Ramadhan. Hadits di atas itu adalah hadits shahih, yaitu Shahih Bukhari. 
Bilangan 17 tidak termasuk dalam daerah antara 21 dengan 30, kalau jumlah hari bulan Ramadhan 30 hari, atau di antara 20 dengan 29, kalau bulan Ramadhan itu hanya terdiri dari 29 hari. Hasil uji-coba menolak penafsiran tanggal 17 di atas itu. 
Mungkin ada yang bertanya, buat apa dipermasalahkan tanggal 17 atau bukan. Yang perlu diperhatikan adalah isi Al Qur^an itu dan pengamalannya. Memang memperhatikan isi Al Qur^an dan mengamalkannya itu sangat perlu. Namun kemurnian aqiedah itu adalah hal yang tidak kurang pentingnya. Dengan metode uji-coba ini berhasil diungkapkan, bahwa penafsiran tanggal 17 ini bertentangan dengan hadits shahih. Kalau kita ngotot mengatakan bahwa Nuzulu lQur^an itu 17 Ramadhan, itu berarti kita lebih percaya kepada pencatat tanggal kejadian perang Badar yang kita tidak tahu siapa dia ketimbang sabda Rasulullah SAW. Lalu rusaklah syahadat kita, karena hanya Asyhadu alla ilaha illaLlah, tanpa asyhadu anna MuhammadarRasululLah, dan apakah itu tidak termasuk penganut Inkar Sunnah? 
Lalu, tanggal berapakah Nuzulu lQur^an itu? Jawabnya adalah itu merupakan rahasia Allah SWT. Pokoknya terletak salah satu malam di antara 10 malam terakhir dalam bulan Ramadhan, seperti Shahih Bukahri itu. Rahasia Allah ini ada hikmahnya. Kita lebih intensif beribadah pada 10 malam terakhir bulan Ramadhan, karena salah satu malam di antara 10 malam itu adalah Laylatu lQadri, yang kalau kita beribadat pada waktu itu nilainya lebih dari 1000 bulan, khairun min alfi syahrin. Bayangkan, satu malam dinilai 1000 bulan, 1000:12 = 83,3 tahun. Inilah hikmahnya, yaitu meningkatkan kwalitas nilai ibadah kita, seakan-akan umur kita diperpanjang menjadi 83,3 tahun setiap bulan Ramadhan, apabila kesempatan itu dapat kita pergunakan. WaLlahu a'lamu bishshawab.  

Al-Quran Turun Pada Malam Lailatul Qadr Bukan Malam ‘Nuzulul Quran’ 17 Ramadhan

Posted: 17 Agustus 2011 in Ramadhan & Syawal
Ketika memasuki malam yang ke 17 di bulan Ramadhan sebagian kaum muslimin dan masjid-masjid mulai diadakan peringatan turunnya al-Quran pertama kali yang disebut malam peringatan Nuzulul Quran. Hal ini juga ‘terkesan’ dikuatkan dengan catatan kaki dalam “al-Quran dan Terjemahnya”surat adh-Dhukhan ayat 3.

إِنَّآ أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُّبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنذِرِينَ

Sesungguhnya kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi[1369] dan Sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.
[1369] malam yang diberkahi ialah malam Al Quran pertama kali diturunkan. di Indonesia umumnya dianggap jatuh pada tanggal 17 Ramadhan.
Keyakinan ini bertentangan dengan firman Allah subhanahu wa ta’alaa dalam surat al-Qadr ayat pertama:

إِ نَّآ أَنْزَلْنَهُ فِى لَيْلَةِ الْقَدْرِ

“Sesungguhnya kami Telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan[1593].”
[1593] Malam kemuliaan dikenal dalam bahasa Indonesia dengan malam Lailatul Qadr yaitu suatu malam yang penuh kemuliaan, kebesaran, Karena pada malam itu permulaan Turunnya Al Quran.
Ayat diatas dengan jelas bahwa al-Quran diturunkan pada malam kemulian (Lailatul Qadar) dan juga Terlihat jelas bahwa catatan kaki untuk ayat di atas dalam “al-Quran dan Terjemahnya” juga menjelaskan bahwa malam permulaan turunnya al-Quran adalah pada malam tersebut. Sekarang yang menjadi pertanyaan, kapan terjadinya malam Lailatul Qadar, malam dimana al-Quran itu turun ? apakah benar pada 17 Ramadhan seperti yang selama ini oleh sebagian kaum muslimin Indonesia mempertingatinya ?
Nabi shallahu’alaihi wa sallam pernah mengabarkan kepada kita tentang kapan akan datangnya malam Lailatul Qadar. Beliau pernah bersabda:
“Carilah malam Lailatul Qadar di (malam ganjil) pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan” (Hadits Riwayat Bukhari 4/225 dan Muslim 1169)
Beliau shallahu’alaihi wa sallam juga bersabda:
“Berusahalah untuk mencarinya pada sepuluh hari terakhir, apabila kalian lemah atau kurang fit, maka jangan sampai engkau lengah pada tujuh hari terakhir” (Riwayat Bukhori dan Muslim)
Dengan demikian telah jelas bahwa lailatul qadar terjadi pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan yaitu pada malam-malam ganjilnya 21, 23, 25, 27 atau 29. Maka gugurlah keyakinan sebagian kaum muslimin yang menyatakan bahwa turunya al-Quran pertama kali pada tanggal 17 Ramadhan.
Jika ada yang berargumen, “Tanggal 17 Ramadhan yang dimaksud adalah turunnya al-Quran ayat pertama ke dunia kepada Nabi shallallahu’alaihi wa sallam yaitu surat al-‘Alaq  ayat 1-5, sedangkan Lailatul qadar pada surat al-Qadar adalah turunnya al-Quran seluruhnya dari lauhul mahfudz ke Baitul Izzah di langit dunia !!?”.
Maka jawabnya: Benar, bahwa turunnya al-Quran yaitu pada Lailatul qadar seperti yang tertuang dalam surat al-Qadar adalah turunnya al-Quran dari Lauhul Mahfudz ke Baitul Izzah di langit dunia, dan setelah itu al-Quran diturunkan secara bertahap selama 23 tahun. Seperti perkataan Ibnu Abbas radliyallahu’anhu dan yang lainnya ketika menafsirkan QS. Ad-Dukhon ayat 3:
“Allah menurunkan al-Quran sekaligus daru Lauh Mahfudz ke baitul izzah (rumah kemuliaan) di langit dunia kemudian Allah menurunkannya secara berangsur-angsur sesuai dengan berbagai peristiwa selama 23 tahun kepada Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam.” (Tafsir Ibnu Katsir 8/441)
Tetapi apakah ini menjadikan bahwa benar nya pendapat bahwa turunnya ayat pertama (QS. Al-‘Alaq: 1-5) kepada Nabi shallallahu’alaihi wa sallam adalah 17 Ramadhan ?? mari kita simak pembahasan dibawah ini.
Pendapat bagus syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarokfury di Kitab Sirohnya tentang kapan awal permulaan wahyu
Dalam kitab siroh beliau, beliau menjelaskan bahwa memang ada perbedaan pendapat diantara pakar sejarah tentang kapan awal mula turunnya wahyu, yaitu turunnya surat Al-Alaq: 1-5. Beliau menguatkan pendapat yang menyatakan pada tanggal 21. Beliau mengatakan:
“Kami menguatkan pendapat yang menyatakan pada tanggal 21, sekalipun kami tidak melihat orang yang menguatkan pendapat ini. Sebab semua pakar biografi atau setidak-tidaknya mayoritas di antara mereka sepakat bahwa beliau diangkat menjadi Rasul pada ahari senin, hal ini diperkuat oleh riwayat para imam hadits, dari Abu Qotadah radliyallahu’anhu, bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam pernah ditanya tentang puasa hari senin. Maka beliau menjawab,
“Pada hari inilah aku dilahirkan dan pada hari ini pula turun wahyu (yang pertama) kepadaku.”
Dalam lafdz lain disebutkan, “Itulah hari aku dilahirkan dan pada hari itu pula aku diutus sebagai rasul atau turun wahyu kepadaku”
Lihat shahih Muslim 1/368; Ahmad 5/299, Al-Baihaqi 4/286-300, Al-Hakim 2/602.
Hari senin dari bulan Ramadhan pada tahun itu adalah jatuh pada tanggal 7, 14, 21, dan 28. Beberapa riwayat yang shahih telah menunjukkan bahwa Lailatul Qodar tidak jatuh kecuali pada malam-malam ganjil di sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan. Jadi jika kami membandingkan antara firman Allah, “Sesungguhnya Kami menurunkannya (Al-Quran) pada Lailatul Qodar”, dengan riwayat Abu Qotadah, bahwa diutusnya beliau sebagai rasul jatuh pada hari senin, serta berdasarkan penelitian ilmiah tentang jatuhnya hari senin dari bulan Ramadhan pada tahun itu, maka jelaslah bagi kami bahwa diutusnya beliau sebagai rasul jatuh pada malam tanggal 21 dari Bulan Ramadhan. (Lihat Kitab Siroh Nabawiyyah oleh Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarokfury Bab Di Bawah Naungan Nubuwah, hal. 58 pustaka al-Kautsar)
Maka jelaslah bahwa pendapat kapan al-Quran turun, baik al-Quran turun dari Baitul Izzah ke langit dunia atau dari langit dunia ke Rasulullah keduanya  saling melengkapi, dan bukan terjadi di 17 Ramadhan. Wallahu’alam.
Yang bisa dipetik dari pembahasan di atas
  1. Al-Quran diturunkan pada malam lailatul qadar bukan pada malam yang dikenal dengan malam ‘Nuzulul Quran’ yang bertepatan pada tanggal 17 Ramadhan.
  2. Lebih khusus lagi bahwa turunnya wahyu kepada Rasulullah shalallallahu’alaihi wa sallam yang pertama adalah 21 Ramadhan, seperti pendapat syaikh Shafiyyurahman.
  3. Peringatan Nuzulul Quran 17 Ramadhan dengan dzikir tertentu dan bentuk pengajian khusus adalah bentuk peringatan yang tidak pernah ada landasannya dari al-Quran dan Hadist Rasulullah shallahu’alaihi wa sallam, sehingga termasuk dalam perkara bid’ah.
  4. Lailatul qadar terjadi pada sepuluh malam terakhir yang ganjil dibulan Ramadhan.
  5. Peringatan lailatul qadar pada malam 27 Ramadhan (atau malam ganjil lainnya) dengan suatu pengajian khusus juga merupakan bid’ah karena Rasulullah shallahu’alaihi wa sallam tidak pernah memperingatinya melainkan beliau shallahu’alahi wa sallam menghidupkan malam tersebut dengan qiyamul lail dan memperbanyak doa.
  6. Himbauan kepada para penanggung jawab “al-Quran dan Terjemahnya” agar meluruskan catatan kaki atau takwil-takwil dari ayat suci al-Quran yang hanya merupakan anggapan-anggapan yang tidak berdalil atau bahkan tafsiran/takwil yang bathil.

     

    Kultum – Malam Nuzulul Qur’an & Lailatul Qadar

    Marhaban Ya Ramadhan
    Mengapa Tanggal 17 Ramadhan diperingati sebagai malam Nuzulul Qur’an?
    Al-Quran merupakan f irman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pedoman bagi manusia dalam menata kehidupan demi mencapai kebahagiaan lahir dan batin, baik di dunia maupun di akhirat. Konsep-konsep yang dibawa al-Quran selalu relevan dengan problema yang dihadapi manusia, karena itu ia turun untuk mengajak manusia berdialog dengan penafsiran sekaligus memberikan solusi terhadap problema tersebut di manapun mereka berada.
    Pada kenyataannya, al-Quran benar-benar telah mengepung level kecil klasik kesusastraan jahiliyah untuk memperkenalkan pemikiran keagamaan dan konsep-konsep monoteistiknya ke dalam Bahasa Arab. la juga menciptakan design dahsyat dalam Bahasa Arab dengan mengubah instrument-instrument teknis pengungkapannya. Pada satu sisi, ia menggantikan syair metrik dengan bentuk ritmenya sendiri yang tak tertirukan, dan pada sisi lain memperkenalkan konsep-konsep dan tema-tema baru yang mengarah kepada arus besar monoteisme.
    Luas dan keberagaman tema al-Quran merupakan hal yang sangat unik. la menembus sudut pandang paling kabur dalam pikiran manusia, menembus dengan kekuatan nyata jiwa orang beriman bahkan orang yang tanpa iman sekalipun untuk merasakan sesuatu dalam gerak-gerik jiwanya.
    Al-Quran juga mengalihkan perhatiannya kepada masa lalu yang jauh dalam sejarah perjalanan ummat manusia sekaligus mengarah ke masa depannya dengan tujuan mengajarkan tugas-tugas masa kini. la melukiskan gambaran dan tanda-tanda yang mengundang manusia untuk segera menarik pelajaran darinya. Setelah pelajaran dapat ditarik kesimpulannya, ternyata jiwa manusia tanpa disadari terseret serta terpesona oleh kedalaman dan keluasan makna al-Quran. Hal ini menunjukkan bahwa al-Quran sebagai mukjizat terbukti menjadi modal kehidupan dunia dan akhirat.
    Melalui risalah Nabi Muhammad.SAW, Allah SWT menurunkan al-Quran saat manusia sedang mengalami kekosongan para rasul, kemunduran akhlak dan kehancuran problem kemanusiaan, sosial politik dan ekonomi. Pada setiap problem itu, al-Quran meletakkan sentuhannya yang mujarrab dengan dasar-dasar yang umum yang dapat dijadikan landasan untuk langkah-langkah manusia selanjutnya yang relevan di setiap zaman. Sejak diturunkannya sampai dengan sekarang al-Quran tidak pernah terlepas dari suatu tradisi yang sedang berjalan. Dengan kata lain, pesan-pesan al-Quran selalu berhubungan dengan pribadi atau masyarakat yang mengganggapnya sakral atau sebagai sentralitas etika universal.
    Tentang bagaimana Al Qur’an itu diturunkan dari Lauh Mahfuzh maka ada beberapa pendapat dikalangan para ulama.
    Al Qur’an diturunkan sekaligus ke langit dunia pada malam Lailatul Qodr kemudian diturunkan dengan cara berangsur-angsur sepanjang kehidupan Nabi saw setelah beliau diutus di Mekah dan Madinah. Banyak para ulama yang mengatakan bahwa pendapat inilah yang paling benar berdasarkan suatu riwayat dengan sanad yang shahih dari Ibnu Abbas yang telah dikeluarkan oleh Hakim dan Baihaqi serta yang lainnya, dia mengatakan bahwa Al Qur’an diturunkan pada suatu malam ke langit dunia yaitu Lailatul Qodr kemudian diturunkan setelah itu selama dua puluh tahun kemudian dia membaca :
    وَلا يَأْتُونَكَ بِمَثَلٍ إِلا جِئْنَاكَ بِالْحَقِّ وَأَحْسَنَ تَفْسِيرًا
    Artinya : “Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik .” (QS. Al Furqon : 33)
    وَقُرْآنًا فَرَقْنَاهُ لِتَقْرَأَهُ عَلَى النَّاسِ عَلَى مُكْثٍ وَنَزَّلْنَاهُ تَنْزِيلا
    Artinya : “Dan Al Quran itu telah kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan kami menurunkannya bagian demi bagian.” (QS. Al Isra : 106)
    Hakim dan Ibnu Abi Syaibah mengeluarkan dari Ibnu Abbas yang mengatakan,”… maka Al Qur’an diletakkan di Baitul Izzah dari langit dunia lalu Jibril turun dengan membawanya kepada Nabi saw.’
    Terdapat beberapa riwayat lain dari Ibnu Abbas dengan sanad-sanad yang tidak bermasalah yang menguatkan makna itu.
    Al Qur’an diturunkan ke langit dunia pada malam 20 Lailatul Qodr atau 23 atau 20 atau 25 sebagaimana adanya perbedaan pendapat tentang lamanya Rasulullah saw menetap di Mekah setelah diutus di setiap malam lailatul qodr diturunkan sejumlah tertentu sesuai dengan ketetapan Allah swt setiap tahunnya lalu turun setelah itu secara berangsur-angsur di seluruh tahunnya, demikianlah pendapat Fakhrur Rozi dan dia sendiri tidak berpendapat tentang apakah pendapat ini atau pendapat pertama yang lebih utama.
    Al Qur’an diturunkan pertama kali pada malam Lailatul Qodr kemudian diturunkan setelah itu dengan cara berangsru-angsur pada waktu yang berbeda-beda, demikianlah pendapat Sya’bi.
    Al Qur’an diturunkan dari Lauh Mahfuz sekaligus dan malaikat-malaikat penjaga menurunkannya secara berangsur-angsur kepada jibril selama 20 malam lalu Jibril menurunkannya secara berangsur-angsur kepada Nabi saw selama 20 tahun. Ini adalah pendapat yang aneh. (Fatawa al Azhar juz VII hal 469)
    Adapun yang menjadi dasar kaum muslimin didalam memperingati Nuzulul Qur’an pada tanggal 17 Ramadhan dimungkinkan karena pada tanggal itu diturunkannya ayat pertama dari surat al Alaq kepada Nabi Muhammad saw,
    اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ
    خَلَقَ الإنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ
    اقْرَأْ وَرَبُّكَ الأكْرَمُ
    الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ
    عَلَّمَ الإنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ
    Artinya : ”Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Maksudnya: Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca.” (QS. Al A’laq : 1 – 5)
    Sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Katsir didalam kitabnya ”Al Bidayah wa an Nihayah” menukil dari al Waqidiy dari Abu Ja’far al Baqir yang mengatakan bahwa awal diturunkannya wahyu kepada Rasulullah saw adalah pada hari senin tanggal 17 Ramadhan akan tetapi ada juga yang mengatakan tanggal 24 Ramadhan.
    Dalam sebuah riwayat disebutkan, Ibnu Abbas RA menjelaskan bahwa Al-Qur’an yang diturunkan pada Lailatul Qadar keseluruhnya; baru kemudian secara berangsur diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. (HR. Ath-Thabrani).
    Sementara itu Nuzulul Qur’an sering diperingati pada tanggal 17 Ramadhan, dengan mengadakan pengajian atau tabligh akbar, dan bukan pada malam Lailatul Qadar. Hal ini didasarkan pada pendapat yang menyatakan bahwa pada tanggal tersebut Rasulullah SAW pada umur 41 tahun mendapatkan wahyu pertama kali. Yaitu surat Al-‘alaq ayat 1-5 ketika beliau berkonteplasi (berkhalwat) di gua Hira, Jabal Nur, kurang lebih 6 km dari Mekkah.
    Nuzulul Qur’an yang diperingati oleh umat Islam dimaksudkan itu adalah sebagai peringatan turunnya ayat Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW yakni ayat 1-5 Surat Al-Alaq.
    Adapun Lailatul Qadar merujuk kepada malam diturunkannya Al-Qur’an dari Lauhil Mahfudz ke Baitul Izzah atau langit dunia. Dikisahkan bahwa pada malam itu langit menjadi bersih, tidak nampak awan sedikitpun, suasana tenang dan sunyi, tidak dingin dan tidak panas.

Jumat, 26 Juni 2015


Dakwah merupakan kewajiban bagi setiap muslim dewasa yang berilmu. Yang dimaksud ilmu di sini adalah ilmu ad diinul islam, yaitu suatu ilmu yang berpegang teguh pada Quran dan Hadith sebagai pedoman untuk hidupnya.

Nabi Muhammad S.A.W bersabda :

"Sampaikanlah walaupun satu ayat."

Nah sekarang bagaimana cara berdakwah menurut ajaran yang ada di dalam Al Quran.

Tidak boleh menghina / memaki / mengejek agama lain dan selayaknya kita saling harga menghargai walaupun berbeda agama [QS. Al Anam 6:107-108].
dan apabila ingin berdakwah maka harus berdakwah dengan cara yang baik-baik [QS. An Nahl 16:125]. Gunakan bahasa yang jelas yang mudah di pahami oleh orang lain [QS. Ya Sin 36:17].
Tidak boleh memaksa [QS. Al Baqarah 2:256], kewajiban seorang muslim hanya menyampaikan pesan Allah swt yang ada di dalam Al Quran (sebagai pemberi peringatan) dengan jelas [QS. Ya Sin 36:17] dan apabila mereka berpaling (tetap tidak mau beriman) tidak boleh mengotot [QS. Al Anam 6:91], [QS. Al Anam 6:107], [QS. Ya Sin 36:10] dan [QS Al Baqarah 2:7]
Allah menyuruh untuk berpaling dari orang-orang bodoh (acuh tak acuh/tidak mau tahu) [QS. Al Araf 7:199] akan tetapi menyuruh kita untuk tetap memberi peringatan karena peringatan itu penting/bermanfaat bagi orang-orang yang mau beriman (untuk kehidupan akhirat yaitu kehidupan setelah kematian agar tidak terjerumus ke dalam neraka) [Qs. Adh-Dhāriyāt 51:50-56].



Pesan yang terdapat di dalam Quran dan Hadith mesti benar-benar di mengerti/pahami secara mendalam oleh seorang muslim sebelum di berikan kepada orang lain. Alangkah baiknya seorang muslim mengingatkan dirinya sendiri sebelum mengingatkan kepada orang lain.

Dakwah yang baik adalah di mulai dari :

Bagaimana cara kita memperlakukan diri kita sendiri
Bagaimana kita memperlakukan keluarga kita dan
Bagaimana kita memperlakukan tetangga kita. 


keutamaan Menuntut Ilmu dan Kedudukan Ulama
Tidak diragukan lagi bahwasanya pengetahuan para penuntut ilmu terhadap kemuliaan yang besar yang akan mereka dapati dengan menuntut ilmu dan kedudukan yang tinggi yang akan mereka peroleh, akan menjadikan mereka paling bersemangat dalam menempuh jalannya ilmu dan belajar, dan beradab dengan adab-adab yang syar'i yang akan menambah kedudukan dan keutamaan mereka di sisi Allah Subhaanah, serta akan meninggikan kemuliaan mereka dan akan terbuktilah kemanfaatan mereka terhadap manusia.

Ayat-ayat Al-Qur`an yang Menjelaskan Keutamaan Menuntut Ilmu dan Kedudukan Ulama
Allah Ta'ala berfirman menerangkan keutamaan ulama dan apa-apa yang mereka miliki dari kedudukan dan ketinggian:

قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لاَ يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الأَلْبَابِ
"Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran." (Az-Zumar:9)
Dan Allah juga berfirman:

يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
"Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu (agama) beberapa derajat." (Al-Mujaadilah:11)
Ditinggikannya derajat dengan beberapa derajat, ini menunjukkan atas besarnya keutamaan, dan ketinggian di sini mencakup ketinggian maknawiyyah di dunia dengan tingginya kedudukan dan bagusnya suara (artinya dibicarakan orang dengan kebaikan) dan mencakup pula ketinggian hissiyyah (yang dirasakan oleh tubuh dan panca indera) di akhirat dengan tingginya kedudukan di jannah. (Fathul Baarii 1/141)
Di antara dalil yang menunjukkan atas keutamaan ilmu dan wajibnya meminta tambahan darinya adalah firman Allah Ta'ala yang memerintahkan Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam:
وَقُلْ رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا
"Dan katakanlah: "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu (agama)." (Thaahaa:114)
Allah Subhaanahu Wa Ta'ala tidaklah memerintahkan Nabi-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam untuk meminta tambahan dari sesuatu kecuali meminta tambahan dari ilmu dan ilmu yang dimaksudkan di sini adalah ilmu syar'i yang akan menjadikan seorang hamba mengenal Rabbnya Subhaanah dan mengetahui apa-apa yang diwajibkan atas seorang mukallaf dari perkara agamanya dalam ibadah dan muamalahnya. (Fathul Baarii 1/141)
Sungguh Allah telah memuliakan ilmu dan ulama dengan memberikan kepada mereka kebaikan yang umum dan menyeluruh sebagaimana diterangkan dalam firman-Nya:
يُؤْتِي الْحِكْمَةَ مَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوتِيَ خَيْرًا كَثِيرًا وَمَا يَذَّكَّرُ إِلاَّ أُولُو الأَلْبَابِ
"Allah menganugrahkan Al-Hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al-Qur`an dan As-Sunnah) kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa yang dianugrahi Al-Hikmah itu, ia benar-benar telah dianugrahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran." (Al-Baqarah:269)
Berkata Mujahid: Allah menganugrahkan Al-Hikmah, yaitu ilmu dan pemahamannya. (Akhlaaqul 'Ulamaa`, Al-Imam Abu Bakr Al-Ajurriy hal.9)

Demikian juga di antara dalil-dalil yang menguatkan akan pentingnya ilmu dan keharusan mencarinya adalah firman Allah Ta'ala yang artinya:
"Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang berhak diibadahi) melainkan Allah, dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan." (Muhammad:19)
Maka (seseorang) harus memulai dengan ilmu sebelum beramal sebagaimana dikatakan oleh Al-Imam Al-Bukhariy. (Shahiihul Bukhaariy, Kitaabul 'Ilmi, Baabul 'Ilmi Qablal 'Amal)
Adapun ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang mempunyai buah yang agung, dan yang paling menonjolnya adalah adanya rasa khasy-yah kepada Allah Subhaanah dari pemiliknya. Maka ulama adalah manusia yang paling takut kepada Rabbnya, karena apa yang telah mereka pelajari dari ilmu yang akan menambah pengetahuan mereka kepada Rabbnya dan akan mengokohkan keimanan yang ada pada hati-hati mereka. Allah Ta'ala berfirman:
إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ
"Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama." (Faathir:28)
Ulama adalah orang-orang yang mempunyai pengetahuan yang lurus dan pemahaman yang mendalam, Allah Ta'ala berfirman:
وَتِلْكَ الأَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ وَمَا يَعْقِلُهَا إِلاَّ الْعَالِمُونَ
"Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu." (Al-'Ankabuut:43)

Hadits-hadits yang Menerangkan Keutamaan Menuntut Ilmu dan Kedudukannya
Terdapat kitab-kitab yang mengandung beratus-ratus hadits yang mulia, di mana dalam hadits-hadits tersebut Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan kepada ilmu dan menganjurkan atasnya serta menerangkan kedudukan ulama dan kemuliaannya dan apa-apa yang selayaknya dimiliki oleh mereka agar berakhlak dengannya dan bersemangat atasnya.
Di dalam Shahiihul Bukhaariy, misalnya, terdapat lebih dari seratus hadits yang menjelaskan masalah ilmu, mencarinya dan anjuran atasnya, dan sungguh Al-Imam Al-Bukhariy telah menyendirikan pembahasan ilmu dengan membuat satu kitab khusus (yaitu Kitabul 'Ilmi) dalam Shahih-nya dan beliau tempatkan setelah Kitabul Iman.
Demikian juga kitab-kitab sunnah lainnya yang padanya terdapat sejumlah hadits yang banyak dari hadits-hadits yang marfu' dan atsar-atsar yang mauquf kepada shahabat dan tabi'in, yang semuanya mengisyaratkan kepada kedudukan yang agung yang kembalinya kepada ulama, dan kedudukan yang tinggi yang Allah muliakan penuntut ilmu dengannya.
Di antara hadits-hadits tersebut adalah:

1. Dari Mu'awiyah radhiyallahu 'anhu berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّيْنِ
"Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan kepadanya, niscaya Allah akan pahamkan dia tentang agama(nya)." (Muttafaqun 'alaih)
Pemahaman terhadap agama merupakan di antara kebaikan yang terbesar yang Allah berikan kepada hamba-hamba-Nya. Dan orang yang tidak mau tafaqquh fiddiin (mempelajari dan memahami agamanya) berarti telah diharamkan dari berbagai kebaikan.

2. Dari Abu Musa Al-Asy'ariy radhiyallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda:
"Perumpamaan apa yang aku bawa dari petunjuk dan ilmu adalah seperti air hujan yang banyak yang menyirami bumi, maka di antara bumi tersebut terdapat tanah yang subur, menyerap air lalu menumbuhkan rumput dan ilalang yang banyak. Dan di antaranya terdapat tanah yang kering yang dapat menahan air maka Allah memberikan manfaat kepada manusia dengannya sehingga mereka bisa minum darinya, mengairi tanaman dengannya dan bercocok tanam dengan airnya. Dan air hujan itu pun ada juga yang turun kepada tanah/lembah yang tandus, tidak bisa menahan air dan tidak pula menumbuhkan rumput-rumputan. Itulah perumpamaan orang yang memahami agama Allah dan orang yang mengambil manfaat dengan apa yang aku bawa, maka ia mengetahui dan mengajarkan ilmunya kepada yang lainnya, dan perumpamaan orang yang tidak perhatian sama sekali dengan ilmu tersebut dan tidak menerima petunjuk Allah yang aku diutus dengannya." (HR. Al-Bukhariy)
Di dalam hadits ini terdapat pengarahan dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam agar bersemangat terhadap ilmu dan belajar, yaitu beliau shallallahu 'alaihi wa sallam memberikan perumpamaan terhadap apa yang beliau bawa dengan hujan yang menyeluruh di mana manusia mengambil dan memanfaatkan air hujan tersebut untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Kemudian beliau shallallahu 'alaihi wa sallam menyerupakan orang yang mendengar ilmu yang beliau bawa dengan bumi/tanah yang bermacam-macam yang air hujan turun padanya:
- Di antara mereka ada orang yang berilmu, beramal dan mengajarkan ilmunya kepada yang lainnya, maka orang ini seperti tanah yang baik, yang menyerap air lalu memberikan manfaat pada dirinya dan menumbuhkan tanaman dan rumput-rumputan sehingga memberikan manfaat bagi yang lainnya.
- Di antara mereka ada yang mengumpulkan ilmu yang dia sibuk dengannya, di mana ilmu tersebut dimanfaatkan pada masanya dan masa setelahnya dalam keadaan dia belum bisa mengamalkan sebagian darinya atau belum bisa memahami apa yang dia kumpulkan, akan tetapi dia sampaikan kepada yang lainnya, maka orang ini seperti tanah yang menahan air sehingga manusia dapat mengambil manfaat darinya.
- Dan di antara mereka ada orang yang mendengar ilmu tetapi tidak menghafalnya, tidak beramal dengannya dan tidak pula menyampaikannya kepada yang lainnya, maka orang ini seperti tanah lumpur atau tanah tandus yang tidak dapat menerima/menampung air.
Tidaklah dikumpulkan dalam perumpamaan tersebut antara dua kelompok yang pertama kecuali karena kebersamaan mereka dalam kemanfaatan dari ilmu yang mereka miliki walaupun derajat kemanfaatannya bertingkat-tingkat. Dan disendirikanlah kelompok ketiga yang tercela karena tidak adanya kemanfaatan darinya. (Fathul Baarii 1/177)
Dan tidak diragukan lagi bahwasanya terdapat perbedaan yang besar antara orang yang menempuh jalannya ilmu lalu dia memberikan manfaat pada dirinya dan manusia pun mengambil manfaat darinya dan antara orang yang rela dengan kebodohan dan hidup dalam kegelapannya sehingga dia tidak mendapat bagian sedikit pun dari warisannya para Nabi.

3. Dari Abud Darda` radhiyallahu 'anhu berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَطْلُبُ فِيْهِ عِلْمًا، سَلَكَ اللهُ بِهِ طَرِيْقًا مِنْ طُرُقِ الْجَنَّةِ، وَإِنَّ الْمَلاَئِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا لِطَالِبِ الْعِلْمِ، وَإِنَّ الْعَالِمَ لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَمَنْ فِي الأَرْضِ، وَالْحِيْتَانُ فِي جَوْفِ الْمَاءِ، وَإِنَّ فَضْلَ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ، وَإِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الأَنْبِيَاءِ، وَإِنَّ الأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوْا دِيْنَارًا وَلاَ دِرْهَمًا، إِنَّمَا وَرَّثُوا الْعِلْمَ، فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
"Barangsiapa menempuh suatu jalan yang padanya dia mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan dia menempuh jalan dari jalan-jalan (menuju) jannah, dan sesungguhnya para malaikat benar-benar akan meletakkan sayap-sayapnya untuk penuntut ilmu, dan sesungguhnya seorang penuntut ilmu akan dimintakan ampun untuknya oleh makhluk-makhluk Allah yang di langit dan yang di bumi, sampai ikan yang ada di tengah lautan pun memintakan ampun untuknya. Dan sesungguhnya keutamaan seorang yang berilmu atas seorang yang ahli ibadah adalah seperti keutamaan bulan pada malam purnama atas seluruh bintang, dan sesungguhnya ulama adalah pewaris para Nabi, dan para Nabi tidaklah mewariskan dinar ataupun dirham, akan tetapi mereka hanyalah mewariskan ilmu, maka barangsiapa yang mengambilnya maka sungguh dia telah mengambil bagian yang sangat banyak." (HR. Abu Dawud no.3641, At-Tirmidziy no.2683, dan isnadnya hasan, lihat Jaami'ul Ushuul 8/6)
Di dalam hadits ini terdapat keterangan tentang pemuliaan yang besar yang akan didapatkan oleh penuntut ilmu, di mana para malaikat meletakkan sayap-sayapnya untuknya sebagai sikap tawadhu' dan penghormatan kepadanya, demikian juga makhluk-makhluk yang banyak baik yang di langit, di bumi maupun di lautan dan makhluk lainnya yang tidak ada yang mengetahui jumlahnya kecuali Allah Subhaanah, semua makhluk tadi memintakan ampun kepada Allah untuk penuntut ilmu dan mendo'akan kebaikan untuknya.
Cukuplah bagi seorang penuntut ilmu sebagai kebanggaan bahwasanya dia adalah orang yang sedang berusaha untuk mendapatkan warisannya para Nabi, dan dia meninggalkan ahli dunia terhadap dunianya yang telah dikumpulkan di atas hidangannya oleh para pecintanya di mana mereka sibuk dengan perhiasannya dan berebutan kepadanya.

4. Dari 'Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu dia berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
نَضَّرَ اللهُ امْرَءًا سَمِعَ مِنَّا شَيْئًا فَبَلَّغَهُ كَمَا سَمِعَهُ، فَرُبَّ مُبَلَّغٌ أَوْعَى مِنْ سَامِعٍ
"Semoga Allah memuliakan seseorang yang mendengar sesuatu dari kami lalu dia menyampaikannya (kepada yang lain) sebagaimana yang dia dengar, maka kadang-kadang orang yang disampaikan ilmu lebih memahami daripada orang yang mendengarnya." (HR. At-Tirmidziy no.2659 dan isnadnya shahih, lihat Jaami'ul Ushuul 8/18)
Keutamaan ini, tidak diragukan lagi merupakan keutamaan yang besar bagi penuntut ilmu, di mana Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mendo'akannya dengan kemuliaan dan kecerdasan karena apa yang dia lakukan dari mempelajari ilmu, menghapal hadits, mengajarkannya dan menyampaikannya kepada yang lainnya, dan dia tetap akan diberi pahala terhadap apa yang disampaikan walaupun terluput atasnya sebagian makna-makna riwayat yang dia sampaikan, karena dia telah menjaganya dan menyampaikannya dengan jujur.

5. Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda:
إِذَا مَاتَ ابْنُ آدَمَ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثٍ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُوْ لَهُ
"Apabila seorang keturunan Adam meninggal dunia maka terputuslah amalnya kecuali dari tiga hal: shadaqah jariyyah, atau ilmu yang bermanfaat, atau seorang anak shalih yang mendo'akannya." (HR. Muslim no.1631)
Betapa besarnya kebaikan yang akan didapatkan oleh orang yang berilmu berupa pahala dan kebaikan-kebaikan yang banyak. Dan pahala tadi akan terus mengalir kepadanya tanpa terputus selama ilmunya disampaikan oleh murid-muridnya dari generasi ke generasi berikutnya, dan selama kitab-kitabnya dan tulisan-tulisannya dimanfaatkan oleh para hamba di berbagai negeri.
Dan seperti inilah pahala dan ganjaran orang yang berilmu akan tetap sampai kepadanya setelah kematiannya dengan sebab ilmu yang telah dia tinggalkan untuk manusia, di mana mereka mengambil manfaat terhadap ilmunya tersebut.

Kamis, 25 Juni 2015

Penyakit Hati : Buruk Sangka

Allah Swt berfirman,
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka, tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Hujurât [49]: 12).
Hati yang jernih, bening, dan bersih akan terpancar dari perilaku sehari-hari. Tidak ada buruk sangka, yang ada kasih sayang terhadap sesama, berbaik sangka terhadap Allah Swt, juga terhadap sesama saudara. Sebaliknya, jika hati kotor, maka yang ada adalah penyakit-penyakit hati yang mengerikan. Salah satunya adalah buruk sangka.
Buruk sangka dalam istilah Al Quran dikenal dengan “Su’udhan” dan sebaliknya, istilah untuk baik sangka adalah “husnudhan”. Keduanya merupakan prasangka terhadap sesuatu atau seseorang.
Jika kita mengawali hari dengan buruk sangka, bukannya dengan do’a-do’a yang Rasulullah Saw ajarkan, maka yang akan terjadi adalah banyaknya kesalahan yang akan kita lakukan di sepanjang hari tersebut.
Pasangan suami istri yang saling berburuk sangka, keduanya akan sibuk dengan pikiran masing-masing, hati tidak menentu. Akhirnya berpengaruh pada kualitas hidup rumah tangga mereka hingga mengabaikan anak-anak mereka. Tugas dan kewajiban yang seharusnya menjadi prioritas utama menjadi terbengkalai karena sangkaan yang bukan-bukan dan tidak ada buktinya.
Islam mengajarkan kepada kita untuk tidak berburuk sangka. Namun, bukan berarti Islam melarang kita untuk bersikap waspada atau berhati-hati dalam menyikapi situasi. Jika kita berada di dalam lingkungan orang-orang shaleh, kenapa kita harus berburuk sangka terhadap mereka. Jika ada yang mengetuk pintu rumah kita dan kita yakin bahwa yang mengetuk itu adalah saudara kita yang baik akhlaknya, kenapa tidak kita ajak mereka untuk masuk dan berbincang di dalam rumah kita?
Begitu juga sebaliknya. Jika lingkungan sekitar kita terkenal dengan kejahatan dan kemaksiatan, maka sebaiknya kita mewaspadai segala bentuk situasi yang ada. Bersikap hati-hati itu perlu, tapi tidak berarti kita harus berburuk sangka pada orang di sekitar kita. Namun, Kita pun perlu berhati-hati, jangan sampai kita beranggapan bahwa orang lain telah berburuk sangka kepada kita. Karena jika demikian, maka kitalah yang telah berburuk sangka kepadanya.
Siapapun bisa terjangkit penyakit hati ini. Oleh karenanya, jika kita ingin terhindar dari kebiasaan berprasangka buruk terhadap sesuatu atau seseorang, bahkan berprasangka buruk terhadap Allah Swt, cara terbaik yang bisa kita lakukan adalah berbaik sangka.
Tidak ada yang mustahil bagi Allah Swt. Jika niat kita untuk memperbaiki diri itu kuat, disertai dengan usaha maksimal, maka bukan mustahil kita akan hidup dalam kebahagiaan tanpa ada prasangka buruk. Melatih diri untuk mencari seribu satu alasan positif dalam memaklumi sikap atau perilaku orang lain adalah salah satu cara agar kita terhindar dari buruk sangka.
Saat ucapan salam kita tidak dijawab oleh orang lain, maka berbaik sangkalah, siapa tahu mereka tidak mendengar ucapan salam kita. Atau, ketika ada imam shalat yang membaca surat selain surat-surat dari Juz ‘Amma dengan lantunan suara yang sangat bagus, maka jangan berburuk sangka bahwa dia berbuat riya’. Tanamkanlah dalam hati dan pikiran kita bahwa dia melakukan hal itu karena memang itulah yang patut dia lakukan dan bahwa dia melakukannya dengan niat ikhlas karena Allah Swt.
Jadi, latihlah hati dan pikiran kita untuk memikirkan segala hal yang positif. Kita mendengar ceramah di masjid, jika hati dan pikiran kita jernih, maka kita akan bertambah ilmu dan akhlak kita akan semakin baik. Kita pun tidak disibukkan dengan prasangka yang bukan-bukan terhadap penceramah. Pikiran dan hati kita menjadi tenang.
Kalaupun kita ada dalam kesulitan ekonomi, jika kita tidak berburuk sangka kepada Allah Swt dan orang-orang di sekitar kita, maka kita tidak akan merasa dunia ini sempit. Kita mampu melewatinya dengan tetap menjaga perilaku kita. Selain akhlak kita terpelihara, kemuliaan kita juga akan tetap terjaga. Dengan menghindari kebiasaan berburuk sangka, selain akan baik dalam pandangan manusia, yang utama adalah baik dalam pandangan Allah Swt.


4 Cara Mudah Hidup Bahagia

Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuhu,
Sahabat-sahabatku, sahabat Az-Zikra. Hidup di dunia yang hanya sebentar ini tidak akan pernah lepas dari goncangan dan godaan. Karena goncangan, kita bisa jadi menangis. Karena godaan, kita bisa jadi terlena. Dan selama kita masih hidup di dunia, maka kita tidak akan pernah bisa mengharapkan untuk tidak pernah merasakan sakit. Tapi karena sakit itulah, maka kita bisa menemukan indahnya kenikmatan Allah.
Ikhwah fillah rahimakumullah, orang beriman bukanlah orang yang tidak pernah sedih. Orang beriman bukan orang yang tidak pernah marah. Orang beriman bukan orang yang tidak mungkin tergelincir. Tapi orang beriman adalah orang yang selalu berusaha menyandarkan segala permasalahan dan kebutuhannya hanya kepada Allah.
Orang beriman selalu bahagia dan enteng menjalani hidup karena dia TAAT, ISTIQOMAH, RENDAH HATI, dan BAIK SANGAdapun hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih itu adalah orang-orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati, dan apabila orang-orang bodoh menghina mereka, mereka membalas dengan ucapan doa ‘Salam’ (QS Al Furqon 63).”

Sahabat, sesungguhnya setan tidak pernah dan tidak akan pernah mampu menguasai orang-orang yang beriman dan bertawakal kepada Allah Jala Jalalluh (Q.S. An-Nahl : 99).
Ada orang yang taat, tapi menjalani ketaatannya tidak istiqomah. Apalagi buruk sangkanya selalu dituruti. Sudah pasti hidupnya menderita. Kenapa? Karena orang yang buruk sangka maka dunia seluas ini seakan menjadi sempit baginya. Jalan ke sana, ketemu orang yang wajahnya kusut sedikit, dia sudah mikir, “pasti dia begini, pasti dia begitu”. Melihat orang yang tiba-tiba tertawa di depannya, mendadak hatinya langsung kemrungsung, “dia pasti begini, dia pasti begitu”. Orang yang kerjanya buruk sangka itu capek, ikhwah.
Kalau dia taat, istiqomah, baik sangka, tapi tidak rendah hati, maka hidupnya juga tidak mungkin bahagia. Bagaimana mungkin orang yang sombong bisa bahagia? Orang yang sombong, tidak tahan celaan. Tidak tahan hinaan. Terlebih lagi, dia tidak tahan pujian.
Oleh karena itu, marilah kita selalu berusaha untuk mengucapkan, “Alhamdulillah ‘ala kullihaal…” Sesungguhnya hanya Allah sajalah yang bisa memberi dan mencabut kenikmatan. Kadang, saat Allah kasih kita sakit gigi. Bisa sampai berhari-hari kita mengeluhkan sakit giginya saja. Berobat kemana-mana. Muka dan hati kusut berhari-hari. Seakan-akan kalau giginya itu gak sembuh, maka hidupnya sudah gak nyaman, gak betah, gak suka, gak ridho.
Dia lupa, bahwa Allah masih menjaga jantungnya, agar tetap berdegub, jadi dia masih bisa hidup, darahnya masih bisa mengalir. Dia lupa, bahwa Allah masih menyehatkan kaki dan tangannya, agar bisa berjalan ke dokter dan tangannya masih bisa ngusapin pipinya yang lagi sakit gigi itu. Dia lupa sama nikmat Allah yang lain.
SubhaanAllah… Semoga Allah selalu kasih kita nikmat sehat yang manfaat. Aamin Allahumma aamin.

Ditulis Oleh : KH. Muhammad Arifin Ilham
Pimpinan Majelis Az-Zikra

Kembalikan Semua Urusan Kepada Allah

Tidak ada satupun yang tidak disaksikan Allah
Tidak ada satupun yang tidak didengar Allah
Tidak ada satupun yang  lepas dari Kekuasaan Allah
Tidak ada satupun yang dapat terjadi tanpa izin Allah
Oleh karena itu, siapapun yang punya keinginan, punya harapan, punya ketakutan
Tapi tidak kembali kepada Allah, maka itulah persoalan terbesar kita.
Apapun yang kita inginkan pasti dalam kekuasaan Allah
Apapun yang kita cemaskan, pasti dalam genggaman Allah
Seharusnya kepada Allah lah kembalinya segala urusan, baik harap maupun takut.


Bila Hati Sedang Galau

Bila hati Sedang GALAU
Bila hati terasa resah gelisah dan gundah gulana,
Silakan periksa
Siapa/ apa yg mendominasi hati ini ?
Semakin kuat harap atau takut kepada makhluk, atau semakin suka/ cinta kepada makhluk/ benda
Sehingga mendominasi hati dan pikiran, maka itulah penyebabnya.
Tak selayaknya. Makhluk dan benda yang tak daya dan upaya jadi sandaran ataupun ditakuti, karena segala Kekuasaan dan Ketentuan hanya milik Allah semata.
Segera kembalikan kepada Yang Maha Kuasa atas segalanya.
Semakin cepat dikembalikan, semakin dipasrahkan, semakin yakin akan segala kesempurnaan takdirnya,
Niscaya hati akan jadi lega, nyaman, mantap mengarungi episode apapun
Allah Maha Tau isi hati kita
Bila hati ini dipenuhi oleh selain-Nya, Dia tak akan suka,
Bila hati ini dipenuhi oleh-Nya
Segala urusan kita menjadi tanggungan-Nya.
Niscaya akan mendapatkan sebaik-baik takdir yang memuaskan dunia akhirat kita.


Hal-Hal yang Bisa Memalingkan Hati dari Cinta Kepada Allah – Bag.2

3.  Saudara dan pasangan
Dalam ayat yang disebutkan di atas juga Allah Swt memperingatkan tentang saudara-saudara kita dan pasangan kita. Berhati-hatilah dalam menyikapi kehadiran pasangan hidup. Apalagi untuk mereka yang menjalin hubungan namun belum resmi dengan pernikahan. Berhati-hatilah dengan hubungan yang belum resmi karena di sana terdapat jebakan syaitan yang besar sekali.
Periksalah diri ketika mencintai pasangan kita. Jangan mudah terhipnotis dengan lagu-lagu zaman sekarang yang banyak sekali mengumbar asmara dan hawa nafsu. Apalagi jika kita perhatikan, anak-anak muda zaman sekarang yang seolah hidupnya tak lengkap jika tidak berpacaran, mereka punya lagu-lagu yang sudah seperti lagu kebangsaannya. Lagu-lagu tersebut banyak sekali dipenuhi dengan syair-syair kemusyrikan. Pemujaan terhadap pasangan yang sangat berlebihan, seolah-olah kehidupan tak akan berjalan tanpa kehadirannya. Seolah-olah kerugian besar akan datang jika pasangannya meninggalkannya. Perhatikan kalimat-kalimat ini, “Hidupku hanya untukmu,” atau “cintaku hanya padamu”, atau “tanpa dirimu hidupku hampa tak bermakna”, atau “engkau adalah denyut jantungku”, dan kalimat-kalimat lainnya. Kalimat-kalimat yang menjadi wujud sikap berlebihan. Ini adalah sikap yang sia-sia bahkan membahayakan.
Demikian juga bagi mereka yang sudah terikat dengan tali pernikahan, hendaklah tidak berlebihan dalam menunjukkan rasa cinta dan sayang. Hendaklah tidak pula memamerkan romantisme di hadapan banyak orang. Karena sesungguhnya keharmonisan dan romantisme itu justru akan terpancar dengan sendirinya secara natural. Kehangatan dalam kehidupan berumah tangga dengan sendirinya akan berpengaruh juga dalam kehidupan bertetangga. Keharmonisan di dalam rumah akan berpengaruh pada hubungan yang baik dengan sesama di luar rumah.
Kemesraan adalah hal yang tidak memerlukan akting. Kemesraan bukanlah hal yang perlu dipamerkan dengan begitu demonstratif di hadapan orang lain. Karena Allah sungguh Maha Tahu mana sikap yang sebenarnya dan mana sikap pura-pura. Malah, orang lain pun sebenarnya bisa merasakan mana sikap yang apa adanya dan mana sikap yang hanya dihiasi dengan kepura-puraan. Justru sikap yang berlebihan biasanya dilakukan karena untuk menutupi sesuatu.
Kebahagiaan, termasuk kebahagiaan di dalam rumah tangga, tidaklah datang dari banyaknya cumbu rayu, banyaknya pujian, penampilan, atau bergelimangnya harta kekayaan. Kebahagiaan itu datang dari Allah Swt bagi orang yang senantiasa bersikap menjaga kebersihan hati.
Jangan berlebihan jika memuji pasangan. Teladanilah bagaimana ketika Rasullah Saw memuji istrinya, Aishah RA dengan panggilan “Humaira” karena memang pipi Aisyah RA yang merona kemerah-merahan. Pujian Rasulullah Saw kepada isterinya adalah pujian yang sederhana namun bersahaja dan meninggalkan kesan mendalam di hati istrinya.
Hati-hati, janganlah jadikan pasangan kita terlalu mendominasi hati dan pikiran kita. Jangan biarkan diri kita dipenuhi dengan sikap gelisah dan cemburu yang berlebihan. Kita tentu tak jarang menemukan atau mengalaminya sendiri, pasangan yang sangat pencemburu bahkan selalu curiga kepada pasangannya. Handphone-nya selalu diperiksa, sms-nya dibaca satu persatu, jika sedang di luar berkali-kali ditanya sedang di mana dan dengan siapa. Siapapun yang mengalami hal ini tentu tidak akan merasa nyaman.
Kita memiliki pasangan bukanlah untuk membuat hati menjadi berpaling. Bukankah pasangan itupun pemberian dari Allah Swt. Maka, tidak sepatutnya pasangan malah menjadikan kita jadi tidak lebih ingat kepada pasangan daripada ingat kepada Allah Swt. Tidak sepatutnya kita malah jadi lebih cinta kepada pasangan daripada kepada Dzat Yang memberi kita pasangan.
Jika kita menempatkan hati hanya untuk Allah Swt, maka Allah akan menempatkan makhluk-Nya di hati kita dengan porsi yang pas. Sedangkan jika kita menempatkan hati untuk makhluk, maka makhluk itu akan merusak hati kita dan membuatnya kering hampa karena jauh dari Allah.
Cinta kepada Allah Swt itu wujudnya adalah jika kita mencintai makhluk maka kita mencintainya dengan kadar yang Allah sukai. Cinta kepada Allah itu buktinya adalah apabila kita mencintai makhluk, maka cinta kita itu dilatarbelakangi oleh rasa cinta kepada Allah. Sehingga apapun yang kita lakukan adalah dalam rangka memenuhi apa yang Allah ridhai. Tidak boleh kecintaan kita kepada makhluk itu mengalahkan kadar kecintaan kita kepada Allah Swt.
Jangan biarkan shalat berjamaah di awal waktu terganggu hanya karena lebih ingin ngobrol dengan orang yang kita sayangi. Jangan biarkan tadarrus Al Quran kita terganggu hanya karena lebih mementingkan untuk menjawab telepon dari orang yang kita cintai. Sungguh tidaklah patut kita melakukan hal yang demikian. Karena orang yang kita cintai itu hanyalah makhluk, dia tak bisa memberikan apapun kepada kita. Hanya Allah Swt yang semestinya selalu kita utamakan. Karena Dia-lah Dzat Yang Maha Memiliki segalanya.
Untuk mereka yang belum menikah, berhati-hatilah terhadap hubungan yang dinamakan “pacaran”. Karena orang yang berpacaran itu belum tentu jodoh. Mungkin saja jodoh itu adalah orang yang tidak pernah kita sangka-sangka. Berhati-hatilah terhadap hubungan pacaran. Karena mengumbar cinta kepada pacar yang belum tentu jodoh malah membuat boros pulsa, boros waktu, boros biaya dan boros dosa. Jika ada fotonya di dalam dompet, buang saja, apalagi foto selalu cenderung berdusta karena berbeda dengan yang aslinya. Foto selalu dibuat-buat dengan menampilkan penampilan terbaik saja.
Mungkin ini terlihat seperti urusan yang remeh-temeh. Tapi sesungguhnya ini adalah hal yang sangat penting. Apapun urusan yang bisa lebih mendominasi hati kita sehingga memalingkan kita dari mengingat Allah Swt, maka itu adalah urusan yang sangat serius, termasuk urusan pacaran. Sudahlah, kesampingkan urusan “pacaran”, hal yang hanya menguras waktu, tenaga dan pikiran secara sia-sia dan malah semakin menambah dosa. Toh, jodoh itu jika sudah waktunya pasti datang juga. Semakin kita memperbaiki kualitas diri, maka kita akan semakin dekat dengan jodoh yang senantiasa memperbaiki kualitas dirinya pula.
Usahakanlah sekuat tenaga untuk menekan perasaan. Tekanlah sekuat mungkin rasa cinta terhadap makhluk hingga mencapai titik di mana perasaan cinta kepadanya itu tidak mendominasi hati. Tekanlah sekuat mungkin hingga mencapai kondisi di mana Allah Swt lebih besar kita cintai secara sadar ketimbang dirinya. Karena sekuat apapun rasa cinta kita kepada manusia, Allah tidaklah bisa dipaksa oleh kita untuk menjadikan orang yang kita cintai itu menjadi jodoh kita. Apa yang bisa kita lakukan adalah sungguh-sungguh mencintai Allah Swt sehingga Allah mempertemukan dan mempersatukan kita dengan seseorang yang dipilihkan oleh-Nya untuk kita. Hingga Allah Swt memilihkan sosok terbaik menurut-Nya untuk kita. Sungguh, Allah Swt Maha Mengetahui apa yang terbaik untuk hamba-Nya.
Untuk para suami, hendaknya mencintai istrinya secara tidak berlebihan, melainkan cintailah ia sekadarnya saja. Cintailah istri sesuai dengan batasan yang dibenarkan oleh syariat, sehingga tidak terus-menerus memenuhi pikiran siang dan malam. Cintai istri sekadarnya saja sehingga pikiran-pikiran tentangnya tidak mengganggu konsentrasi dalam shalat. Cintailah istri sekadarnya sehingga tidak mengganggu kualitas ibadah kita. Cintailah istri sekadarnya sehingga tidak mengganggu aktifitas jihad kita.
Untuk para istri pun demikian. Cintailah suami dengan sekadarnya saja. Suami bukanlah segala-galanya. Ia hanya pasangan yang dititipkan oleh Allah Swt sebagai mitra untuk beribadah kepada-Nya. Jika seorang istri mencintai suaminya secara berlebihan pasti tidak akan bahagia. Hanya akan menimbulkan perasaan-perasaan yang menggelisahkan. Cemburu yang berlebihan, sensitif yang tidak karuan, curiga yang kelewatan, dan lain sebagainya.
Tekanlah rasa cinta kepada makhluk hingga titik di mana ia tidak lagi mendominasi hati dan perasaan kita. Tekanlah hingga titik di mana hanya Allah Swt saja yang mendominasi hati kita.
Ada satu cerita tentang seorang suami yang tuna netra memiliki istri yang berpenglihatan normal. Ada satu hal yang mengherankan di dalam keseharian rumah tangga pasangan ini. Yaitu, sang istri senantiasa berdandan dan menjaga penampilannya di dalam rumah. Padahal sang suami tidak bisa melihatnya. Suatu ketika teman dari sang istri bertanya kepadanya, “Mengapa kamu berdandan, bukankah suamimu tidak bisa melihatmu?!” Kemudian wanita itu menjawab, “Suamiku memang tidak bisa melihat. Tapi, bukankah Allah selalu melihat kita?! Mudah-mudahan Allah suka kepadaku karena apa yang aku lakukan ini. Aku yakin, kelak Allah yang akan menjelaskan kepada suamiku tentang hal ini.”
Sikap-sikap seperti ini harus kita latih agar kita terbiasa menjadikan Allah Swt yang selalu lebih banyak hadir di dalam hati kita ketimbang yang lain selain-Nya. Karena terlalu mencintai sesuatu selain Allah Swt tidak akan menimbulkan kebahagiaan di dalam hati kita. Justru hal itu hanya akan membuat waktu atau kesempatan ibadah kita terbuang percuma. Sungguh tidak akan nyaman ketika hati kita didominasi oleh sesuatu yang selain Allah Swt. Rasa resah, gelisah dan takut akan menghantui hati kita dari waktu ke waktu.


4.  Harta kekayaan
Allah Swt berfirman,
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ ٱلشَّهَوَٲتِ مِنَ ٱلنِّسَآءِ وَٱلۡبَنِينَ وَٱلۡقَنَـٰطِيرِ ٱلۡمُقَنطَرَةِ مِنَ ٱلذَّهَبِ وَٱلۡفِضَّةِ وَٱلۡخَيۡلِ ٱلۡمُسَوَّمَةِ وَٱلۡأَنۡعَـٰمِ وَٱلۡحَرۡثِ‌ۗ ذَٲلِكَ مَتَـٰعُ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا‌ۖ وَٱللَّهُ عِندَهُ ۥ حُسۡنُ ٱلۡمَـَٔابِ
Audio Player
00:00
00:00
Artinya: “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (QS. Ali ‘Imran [3]: 14).
Hal lain yang bisa menyita rasa cinta kita dan memalingkan hati kita dari Allah Swt adalah harta kekayaan. Sehingga tidak heran jika ujian dengan harta kekayaan itu jauh lebih berat dibandingkan ujian dengan kefakiran. Hal ini karena harta kekayaan mudah sekali menjebak manusia kepada sikap sombong, pamer, boros dan lupa kepada Allah Swt yang telah menganugerahkan harta kekayaan itu.
Apabila kita sedang dianugerahi harta kekayaan yang berlebih, maka berhati-hatilah menggunakannya, sikapilah dengan wajar-wajar saja. Jangan biarkan diri larut di dalam keasyikan berbelanja hal-hal yang tidak perlu atau barang-barang yang sifatnya kemewahan semata. Selain itu, waspadai juga sikap diri ketika mulai muncul rasa takut harta kekayaannya itu berkurang. Karena sikap ini akan menjauhkan kita dari semangat untuk bersedekah dan berderma.
Lantas bagaimana seharusnya kita menyikapi harta kekayaan kita?
Pertama, jagalah selalu kesadaran diri bahwasanya harta kekayaan yang kita miliki adalah titipan Allah Swt. Jangan biarkan perhatian kita terhadap harta kekayaan itu menyibukkan hati dan pikiran kita sehingga tak ada lagi tempat untuk mengingat Allah di dalam hati. Bersikaplah zuhud, hanya meletakkan harta dunia di tangan, tidak meletakkannya di dalam hati.
Kedua, tidak hanyut dalam memburu harta duniawi hingga mengakibatkan kita lupa dan lalai pada kewajiban beribadah kepada Allah Swt. Jangan sampai kita menjadi lalai dalam ibadah karena alasan sibuk mengelola bisnis perusahaan. Jangan sampai kita jadi menomorsekiankan Allah Swt dan menomorsatukan harta kita. Contohlah ‘Utsman bin Affan dan Abdurrahman bin Auf RA, dua sahabat Rasulullah Saw yang sangat terkenal kaya raya tetapi selalu mempergunakan harta kekayaannya itu untuk mengejar keridhaan Allah Swt semata.
Ketiga, tidak menumpuk-numpuk harta duniawi. Jadikanlah harta kekayaan dunia sebagai jalan dan bukan tujuan. Jangan berikan kesempatan kepada syetan untuk menang dalam berusaha merayu dan membujuk kita untuk terus memburu, menimbun dan menumpuk harta tanpa menginfakkannya di jalan Allah Swt.
Keempat, latihlah terus diri kita agar gemar berinfak, bersedekah di jalan Allah Swt. Jangan menunggu bergelimang harta untuk melakukan sedekah atau berinfak. Ini adalah salah satu bentuk sikap bersyukur atas karunia harta duniawi. Rasulullah Saw bersabda, “Hai anak Adam, sesungguhnya jika engkau memberikan kelebihan untuk berinfak adalah lebih baik bagimu. Dan jika engkau kikir adalah lebih buruk bagimu. Dan janganlah kamu boros terhadap kekayaanmu. Dan bantulah kepada orang-orang yang membutuhkan pertolongan. Dan tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah.” (HR. Muslim dan Turmudzi).
Harta kekayaan itu seperti jebakan. Ada seseorang yang memiliki mobil mewah. Dia sangat sayang kepada mobilnya itu karena harganya yang mahal juga karena bentuk dan penampilannya yang memukau. Ia selalu merasa bangga jika bepergian dengan mobil tersebut, terutama ketika ada orang yang melihatnya dan terkagum-kagum. Namun, ada hal yang membuat hatinya tidak pernah tenang, yaitu ia selalu merasa was-was seandainya ada seseorang yang mencuri mobilnya. Ia pun merasa takut jika body mobilnya itu tergores. Akhirnya, hati dan pikirannya lebih disibukkan dengan pikiran dan ingatan kepada mobil daripada kepada Allah Swt.
Ada juga seseorang yang diberi kelebihan dalam harta kekayaan. Ia gemar sekali mengoleksi guci dan ukiran-ukiran. Hampir setiap hari semua koleksinya itu dibersihkan. Ia senang sekali jika ada teman-temannya yang berkunjung ke rumahnya karena dengan begitu, ia bisa memamerkan semua koleksinya itu. Ada rasa kepuasan tersendiri jika teman-temannya terkagum-kagum pada koleksinya itu.
Namun, ternyata hampir setiap saat pula hati dan pikirannya tidak tenang. Mengapa? Karena rasa takut guci-guci dan ukiran-ukirannya itu tersenggol sehingga pecah atau patah. Demikianlah, kepemilikian harta kekayaan berupa ukiran dan guci-guci itu membuat dirinya sibuk mengingat-ingat dan memikirkannya.
Bukan tidak boleh memiliki mobil bagus. Bukan tidak boleh memiliki guci atau ukiran. Bukan dilarang memiliki perhiasan emas perak atau batu permata. Apa yang dilarang adalah jika semua benda-benda itu membuat diri kita melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak diridhai oleh Allah Swt. Bukan tidak boleh menjadi orang yang kaya raya. Apa yang tidak boleh adalah kekayaan kita itu menjadi berhala yang kita ingat-ingat setiap waktu hingga mengalahkan ingatan kita kepada Allah Swt. Na’udzubillahi mindzalik.

Selasa, 23 Juni 2015

Terputusnya Amalan Selain Tiga Perkara


Ilmu agama yang bermanfaat, anak sholeh yang selalu mendoakan ortunya dan sedekah jariyah adalah di antara amalan yang bermanfaat bagi mayit walaupun ia sudah di alam kubur. Simak sajian singkat berikut.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)
Faedah dari hadits di atas:
Pertama: Jika manusia itu mati, amalannya terputus. Dari sini menunjukkan bahwa seorang muslim hendaklah memperbanyak amalan sholeh sebelum ia meninggal dunia.
Kedua: Allah menjadikan hamba sebab sehingga setelah meninggal dunia sekali pun ia masih bisa mendapat pahala, inilah karunia Allah.
Ketiga: Amalan yang masih terus mengalir pahalanya walaupun setelah meninggal dunia, di antaranya:
a. Sedekah jariyah, seperti membangun masjid, menggali sumur, mencetak buku yang bermanfaat serta berbagai macam wakaf yang dimanfaatkan dalam ibadah.
b. Ilmu yang bermanfaat, yaitu ilmu syar’i (ilmu agama) yang ia ajarkan pada orang lain dan mereka terus amalkan, atau ia menulis buku agama yang bermanfaat dan terus dimanfaatkan setelah ia meninggal dunia.
c. Anak yang sholeh karena anak sholeh itu hasil dari kerja keras orang tuanya. Oleh karena itu, Islam amat mendorong seseorang untuk memperhatikan pendidikan anak-anak mereka dalam hal agama, sehingga nantinya anak tersebut tumbuh menjadi anak sholeh. Lalu anak tersebut menjadi sebab, yaitu ortunya masih mendapatkan pahala meskipun ortunya sudah meninggal dunia.
Keempat: Di antara kebaikan lainnya yang bermanfaat untuk mayit muslim setelah ia meninggal dunia yang diberikan orang yang masih hidup adalah do’a kebaikan yang tulus kepada si mayit tersebut. Do’a tersebut mencakup do’a rahmat, ampunan, meraih surga, selamat dari siksa neraka dan berbagai do’a kebaikan lainnya.
Kelima: Sabda nabi shallallahu ‘alaihi wa sallamatau anak sholeh yang mendo’akannya”, tidaklah dipahami bahwa do’a yang manfaat hanya dari anak saja. Bahkan do’a kebaikan orang lain untuk si mayit tersebut tetap bermanfaat insya Allah. Oleh karena itu, kaum muslimin disyari’atkan melakukan shalat jenazah terhadap mayit lalu mendo’akan mayit tersebut walaupun mayit itu bukan ayahnya.
Keenam: Dalam hadits terdapat isyarat adanya keutamaan menikah, juga terdapat dorongan untuk menikah dan memperbanyak keturunan supaya mendapatkan keturunan sholeh (sehingga bermanfaat nantinya ketika kita telah meninggal dunia, pen).
Sangat baik sekali jika pembaca membaca artikel terkait, yaitu amalan bermanfaat bagi mayit di sini.
Semoga sajian singkat ini bermanfaat.  

Cara Mendidik Anak Agar Soleh Dan Soleha Ads Cara Mendidik Anak perempuan Menjadi Anak soleha - Setiap orang tua pasti menginginkan anak perempuannya menjadi anak yang baik, menurut sama orang tua dan menjadi anak yang solehah dan pintar dalam masalah agama. Namun tidak dipungkiri, kalau jaman sekarang sudah menjadi rahasia umum jika banyak anak perempuan yang perilakunya menyimpang dari ajaran agama, bahkan tidak sedikit yang melakukan perzinahan dan hamil diluar nikah, apalagi saat ini anak perempuan yang memiliki prilaku aneh ini sudah memiliki sebutan yang aneh yaitu sebutan dengan kata "cabe-cabean" tentu hal ini akan tidak enak rasanya jika anak Bunda yang mendapatkan julukan seperti itu. Dan sekarang juga sudah menjadi rahasia umum kalau banyak wanita muda yang sering keluyuran malam tanpa mengenal waktu. Hal tersebut bisa jadi karena sejak kecil orang tuanya tidak memperhatikan pendidikan agamanya, serta membiarkan bergaul terlalu bebas. mendidik anak jadi sholeha Oleh karena itu Bunda, sebagai orang tua yang tidak menginginkan anak perempuannya menjadi cabe-cabean, ada baiknya bunda mendidik anak bunda sejak dini. Karena perlu kita ketahui budaya barat sudah meracuni otak generasi muda Indonesia, jadi jika bukan orang tua, siapa lagi yang akan membendung tingkah laku budaya barat ini. Sebaiknya langsung saja Bunda Tips ampuh mendidik anak perempuan menjadi anak yang sholeha, sebagai berikut. 1. Ciptakan suasana islami melalui pergaulan dan pendidikan Salah satu faktor terpenting untuk mendidik anak perempuan Bunda menjadi anak yang solehah adalah dengan memberikan pendidikan islami, pendidikan islami akan membangun karakter anak menjadi lebih baik dan berwawasan islam. untuk cara ini Bunda bisa mendaftarkan Anak perempuan bunda ke sekolah islam seperti TPA, MTs, bahkan bisa ditambah dengan pengajian dirumah. Jika anak Bunda sering bergaul dalam lingkungan islami, Insya Allah setiap tutur kata dan sikap akan lebih santun, tapi Bunda juga perlu memperhatikan pergaulannya sejak dini. 2. Biasakan membangunkan anak pada waktu subuh Seseorang yang bangun di waktu subuh merupakan orang-orang yang identik dengan orang yang rajin dan taat agama, bahkan orang dewasa saja belum tentu bisa untuk bangun di waktu subuh secara rutin. maka itu membangunkan anak perempuan pada waktu subuh merupakan hal yang wajib Bunda lakukan agar anak bunda terbiasa melakukan kegiatan ini sejak kecil, setelah itu suruhlah anak bunda sholat subuh. maka lama-lama anak Bunda akan terbiasa dengan kegiatan yang sering dia lakukan. 3. Berikan contoh baik Biasanya orang tua hanya bisa memerintah anaknya untuk menjadi anak yang baik, rajin sholat, rajin mengaji dan sebagainya, namun hal ini tidak pernah dilakukan juga oleh orang tua itu sendiri. perlu Bunda ketahui, kalau orang tua merupakan teladan yang baik untuk anaknya. maka itu jika orang tua memerintah anak untuk berbuat baik, harusnya sikap itu juga dilakukan oleh orang tua, namun jika orang tua hanya menyuruh tanpa dipraktekan jangan salahkan anak jika anak bunda akan membangkang. Karena alasan kuat anak untuk membangkang sama orang tua adalah prilaku orang tuanya sendiri. 4. Wisata islami Jangan sering membawa anak Bunda ke mall-mall atau tempat yang terdapat banyak contoh yang tidak baik, sekali-kali ajak anak bunda untuk berwisata islami contohnya bersafari ke masjid-masjid. 5. Kenalkan batas-batas aurat sejak kecil Biasanya seorang anak akan berpakaian mengikuti perkembangan jaman, jadi tidak aneh jika sekarang ini banyak wanita yang masih anak-anak menggunakan pakaian ketat hingga buah dadanya hampir terlihat, bahkan tidak malu menggunakan celana ketat yang sangat pendek, Jika pakaian tersebut sudah biasa mereka kenakan. Maka Bunda akan sulit untuk mengubah gaya pakaiannya jika Ia sudah beranjak besar, untuk itu sejak dini Bunda harus memperkenalkan batas-batas aurat pada anak perempuan Bunda, dan jelaskan apa dosa yang akan didapat jika ia membuka batas-batas aurat tersebut. Insya Allah dengan niat yang baik, anak bunda akan terhindar dari gaya busana barat atau cabe-cabean. 6. Ajarkan untuk membawa alat sholat Agar sejak kecil anak bunda rajin sholat, ada baiknya ingatkan dan siapkan perlengkapan sholat anak didalam tasnya, kemana pun anak Bunda pergi sediakanlah alat sholat tersebut, hal ini akan membuat kebiasaan yang baik pada anak. 7. Hindari mendengarkan lagu-lagu dewasa perlu Kita ketahui Bunda, jaman sekarang musik dewasa sangat mendominasi. bahkan ada beberapa penyanyi artis cilik yang sudah menyanyikan lagu-lagu cinta, nah lagu-lagu ini juga akan membentuk pola pikir yang tidak baik buat anak Bunda, mulai dari sekarang cegahlah untuk mendengarkan lagu-lagu dewasa, paling tidak Bunda bisa meminimalisir. Ada baikya Bunda memberikan musik-musik islami contohnya seperti lagu hadad alwi, shalawat, dan masih banyak lagi.

Sumber : http://bunda-lita.blogspot.com/2014/05/cara-mendidik-anak-agar-soleh-dan-soleha.html
Mohon untuk sobat yang copy paste artikel ini untuk mencantumkan link sumber ,thanks!!..

Alhamdulillah.
Pendidikan anak merupakan kewajiban orang tua. Allah Ta'ala telah memerintahkan dalam Al-Quran, begitupula Rasululllah shallallahu alaihi wa sallam dalam haditsnya.
Firman Allah Ta'ala,
يا أيها الذين آمنوا قوا أنفسكم وأهليكم ناراً وقودها الناس والحجارة عليها ملائكة غلاظ شداد لا يعصون الله ما أمرهم ويفعلون ما يؤمرون (سورة التحريم: 6)
"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (QS. At-Tahrim: 6)
Imam Ath-Thabari dalam tafsirnya tentang ayat ini berkata,
"Wahai orang yang benar keimanannya terhadap Allah dan Rasul-Nya, 'Peliharalah diri kalian,' Hendaklah satu sama lain saling mengajarkan sesuatu yang membuat kalian dapat berlindung dan terhindar dari neraka, yaitu apabila mereka beramal dalam ketaatan kepada Allah. Sedangkan firman-Nya 'Dan (lindungi) keluarga kalian dari neraka.' Maksudnya adalah ajarkan keluarga kalian amal ketaatan kepada Allah yang dapat melindungi mereka dari api neraka.
(Tafsir Ath-Thabari, 28/165)
Al-Qurthubi berkata,
"Muqatil berkata, ini merupakan hak yang menjadi kewajiban terhadap dirinya, anaknya, keluarganya dan budaknya. Ilkia berkata, 'Kita wajib mengajakan agama dan kebaikan terhadap anak-anak kita, atau adab apa saja yang tidak dapat mereka tinggalkan. Sebagaimana firman Allah Ta'ala,
وأْمُر أهلك بالصلاة واصطبر عليها (سورة طه: 132)
"Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya." (QS. Thaha: 132)
Atau juga sebagaimana firman Allah Ta'ala kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam,
وأنذر عشيرتك الأقربين (سورة الشعراء: 214)
"Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat," (QS. Asy-Syuara: 214)
Juga terdapat dalam hadits
مروهم بالصلاة وهم أبناء سبع
"Perintahkan mereka (anak-anak kalian) untuk melaksanakan shalat saat mereka berusia tujuh tahun."
(Tafsir Al-Qurthubi, 18/196)
Seorang muslim, siapapun dia, adalah orang yang mengajak kepada jalan Allah Ta'ala, maka jadikanlah orang yang pertama mendapatkan dakwahnya adalah anak-anak dan keluarganya, kemudian orang-orang berikutnya. Allah Ta'ala, saat menugaskan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam untuk berdakwah, Dia berfirman kepadanya, "Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat," (QS. Asy-Syuara: 214), karena mereka adalah orang yang paling berhak mendapatkan kebaikan dan kasih sayangnya.

وجعل الرسول صلى الله عليه وسلم مسؤولية رعاية الأولاد على الوالدين وطالبهم بذلك :
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam juga menjadikan perawatan anak sebagai tanggung jawab orang tua dan menuntut mereka untuk itu.
Dari Abdullah bin Umar, dia berkata, "Aku mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
" كلكم راع وكلكم مسئول عن رعيته الإمام راع ومسئول عن رعيته والرجل راع في أهله وهو مسئول عن رعيته والمرأة راعية في بيت زوجها ومسئولة عن رعيتها والخادم راع في مال سيده ومسئول عن رعيته قال وحسبت أن قد قال والرجل راع في مال أبيه ومسئول عن رعيته وكلكم راع ومسئول عن رعيته " . رواه البخاري ( 853 ) ومسلم ( 1829 )
"Semua kalian adalah pemimpin dan kalian akan ditanya tentang orang-orang yang kalian pimpin. Kepala negara adalah pemimpin, dan akan ditanya tentang kepemimpinannya, seorang bapak pemimpin dalam keluarganya, dan dia akan ditanya tentang yang dipimpinnya. Seorang ibu pemimpin di rumah suaminya. Pembantu pemimpin terhadap harta masjiannya dan akan ditanya akan kepemipinannya. Dan saya mengira telah mengatakan, seseorang peminpin terhadap harta ayahnya dan akan ditanya terhadap kepemimpinannya. Masing-masing kalian adalah pemimpin dan akan ditanya terhadap kepemimpinannya" (HR. Bukhari, no. 853, Muslim, 1829)
Di antara kewajiban anda menumbuhkan sejak dini kecintaan terhadap Allah dan Rasul-Nya serta mencintai ajaran Islam. Hendaknya anda kabarkan bahwa Allah memiliki neraka dan surga. Neraka Allah sangat panas, bahan bakarnya dari manusia dan batu.
Berikut ini sebuah kisah yang memiliki pelajaran;
Ibnu Al-Jauzi berkata,
"Ada seorang raja yang memiliki banyak harta. Dia memiliki anak tunggal wanita, tidak ada lagi anak selainnya, karenanya dia sangat mencintainya dan sangat memanjakannya dengan berbagai mainan. Hal tersebut berlangsung sekian lama. Suatu saat ada seorang ahli ibadah yang bermalam di rumah sang raja. Maka di malam hari dia membaca Al-Quran dengan suara keras, dia membaca, "Wahai orang beriman, peliharalah diri kalian dan keluarga kalian dari neraka, bahan bakarnya dari manusia dan batu." Sang puteri mendengar bacaannya, lalu dia berkata kepada para pembantunya, 'Hentikan dia.' Tapi para pembantunya tidak menghentikannya sehingga orang tersebut terus mengulang-ulang bacanya. Maka dia masukkan tangannya ke bajunya dan merobeknya. Lalu para pembantunya melaporkan kejadian tersebut kepada sang bapak. Maka sang bapak menemuinya seraya berkata dan memeluknya, "Apa yang engkau alami malam ini anakku sayang." Sang anak berkata, "Aku bertanya kepadamu demi Allah wahai ayah, apakah Allah Azza wa Jalla memiliki neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu?" Dia berkata, "Ya," Maka sang anak berkata, "Apa yang menghalangimu untuk memberitahu aku hal ini. Demi Allah, aku tidak akan memakan makanan lezat dan tidur di tempat yang empuk sebelum aku mengetahui dimana tempatku, di surga atau neraka."
(Shofwatu Ash-Shafwah, 4/437-438)
Selayaknya anda menjauhkan mereka dari tempat-tempat keburukan dan kelalaian. Jangan biarkan mereka dididik dengan cara yang buruk, baik melalui televisi atau selainnya dan kemudian anda mengharapkan kesalehannya. Orang yang menanam duri tidak akan memanen anggur. Hendaknya pendidikan tersebut telah ditanam sejak kecil agar mudah baginya ketika dia sudah besar untuk memerintah dan melarangnya, dan mudah baginya untuk mentaati anda.
Dari Abdullah bin Amr bin Ash radhiallahu anhuma, dia berkata, Rasulullah shallallah alaihi wa sallam bersabda, "Perintahkan anak kalian untuk melakukan shalat saat mereka berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka apabila berusia sepuluh tahun, lalu pisahkan ranjang di antara mereka." (HR. Abu Daud, no. 495, dishahihkan oleh Al-Albany dalam Shahih Al-Jami, no. 5868)
Akan tetapi hendaknya bagi pendidik untuk bersikap lembut dan santun, memudahkan dan akrab, tidak berkata kasar, berlaku keras dan mendiskusikan dengan cara yang baik. Hindari celaan dan caci maki hingga pukulan. Kecuali jika sang anak durhaka dan menganggap remeh perintah bapaknya, meninggalkan perkara yang diwajibkan dan melakukan perkara yang diharamkan. Ketika itu diutamakan bersikap namun tidak sampai menimbulkan bahaya.
Al-Manawi berkata,
"Seseorang yang mendidik anaknya ketika dia berusia balig dan telah berakal dengan pendidikan yang dapat mengantarkannya pada akhlak orang-orang saleh dan melindunginya agar tidak bergaul dengan orang-orang rusak, kemudian mengajarkannya Al-Quran, adab, bahasa Arab, kemudian dia memperdengarkan sang anak kisah-kisah dan ucapan para salaf, lalu mengajarkannya ajaran agama yang tidak boleh ditinggalkan, kemudian dia mengancam memukulnya apabila sang anak tidak shalat, semua itu lebih baik baginya daripada dia bersadaqah satu sha'. Karena jika dia mendidiknya, maka perbuatannya termasuk shadaqah jariyah, sementara sadaqah satu sha', pahalanya akan terputus. Sementara yang pertama tetap terus mengalir selama sang anak masih ada. Dan adab adalah makanan jiwa dan pendidikannya untuk akhirat kelak ‘Jagalah diri kamu semua dan keluargamu dari api neraka.’ SQ. At-Tahrim: 6.
Penjagaan anda dan anak anda diantaranya dengan menashati dan mengingatkan api neraka. Meluruskan adabnya dengan berbagai macam pendidikan. Diantara adanya adalah memberi nasehat, hukuman, ancaman, pukulan, menyendirikan, memberikan pemberian, hadian dan kebaikan. Sehingga pendidikan jiwa agar menjadi (jiwa) yang bersih dan mulia bukan mendidik jiwa yang tidak disuka lagi tercela. ‘Faidul Qadir, 5/257.’
Pukulan hanyalah sarana agar anak istiqamah, dia bukan merupakan tujuan, akan tetapi hanya digunakan jika sang anak terus menerus membandel dan menentangnya.
Syariat telah menetapkan peraturan sanksi dalam Islam, dan hal itu banyak dalam Islam, seperti hukum zina, mencuri, menuduh berzina (tanpa bukti) dan sebagainya. Semuanya itu disyariatkan agar manusia istiqamah dan menghindari perbuatan buruk.
Dalam hal inilah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berpesan untuk mengajarkan seorang bapak agar anak menurutinya.
Dari Ibnu Abbas, dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
" علقوا السوط حيث يراه أهل البيت ، فإنه أدب لهم " . رواه الطبراني ( 10 / 248 ) . والحديث : حسّن إسنادَه الهيثمي في " مجمع الزوائد " ( 8 / 106 ) .
"Gantungkan pecut di tempat yang dapat dilihat keluarga, karena itu merupakan pendidik bagi mereka." (HR. Thabrani, 10/248)
Hadits ini dinyatakan hasan oleh Al-Haitsami dalam Majma Zawaid (8/106) Al-Albany menyatakan dalam shahih Al-Jami, no. 4022, hadits ini hasan.
Pendidikan anak hendaknya berimbang antara anjuran dan peringatan. Yang lebih penting dari itu semua adalah memperbaiki lingkungan tempat anak tinggal dengan mewujudkan sebab-sebab hidayah bagi mereka, yaitu dengan komitmennya pendidik dan pengasuh mereka yang tak lain adalah kedua orang tua mereka.
Diantara metoda sukses para pendidik dalam mendidik anaknya adalah dengan mempergunakan alat rekaman untuk mendengarkan nasehat, kaset Al-Qur’an, khutbah, pelajaran para ulama’ dimana hal banyak sekali.
Adapun buku-buku yang anda tanyakan untuk dijadikan referensi dalam mendidik anak, maka kami rekomendasikan beberapa buku berikut;
1-      Tarbiyatul Athfal Fi Rihabil Islam (Pendidikan Anak Dalam Islam), karangan Muhammad Nashir dan Khaulah Abdul Qadir Darwisy.
2-      Kaifa Yurabbi Al-Muslim Waladahu (Bagaimana Seorang Muslim Mendidik Anaknya), karangan Muhammad Said Al-Maulawi)
3-      Tabiyaul Abna Fil Islam (Pendidikan Anak Dalam Islam), karangan Muhamad Jamil Zainu.
4-      Kaifa Nurabbi Athfaalana (Bagaimana Kita Mendidik Anak-anak Kita), karangan Mahmud Mahdi Al-Istambuli.
Wallahua'lam.
Cara Mendidik Anak Agar Soleh Dan Soleha Ads Cara Mendidik Anak perempuan Menjadi Anak soleha - Setiap orang tua pasti menginginkan anak perempuannya menjadi anak yang baik, menurut sama orang tua dan menjadi anak yang solehah dan pintar dalam masalah agama. Namun tidak dipungkiri, kalau jaman sekarang sudah menjadi rahasia umum jika banyak anak perempuan yang perilakunya menyimpang dari ajaran agama, bahkan tidak sedikit yang melakukan perzinahan dan hamil diluar nikah, apalagi saat ini anak perempuan yang memiliki prilaku aneh ini sudah memiliki sebutan yang aneh yaitu sebutan dengan kata "cabe-cabean" tentu hal ini akan tidak enak rasanya jika anak Bunda yang mendapatkan julukan seperti itu. Dan sekarang juga sudah menjadi rahasia umum kalau banyak wanita muda yang sering keluyuran malam tanpa mengenal waktu. Hal tersebut bisa jadi karena sejak kecil orang tuanya tidak memperhatikan pendidikan agamanya, serta membiarkan bergaul terlalu bebas. mendidik anak jadi sholeha Oleh karena itu Bunda, sebagai orang tua yang tidak menginginkan anak perempuannya menjadi cabe-cabean, ada baiknya bunda mendidik anak bunda sejak dini. Karena perlu kita ketahui budaya barat sudah meracuni otak generasi muda Indonesia, jadi jika bukan orang tua, siapa lagi yang akan membendung tingkah laku budaya barat ini. Sebaiknya langsung saja Bunda Tips ampuh mendidik anak perempuan menjadi anak yang sholeha, sebagai berikut. 1. Ciptakan suasana islami melalui pergaulan dan pendidikan Salah satu faktor terpenting untuk mendidik anak perempuan Bunda menjadi anak yang solehah adalah dengan memberikan pendidikan islami, pendidikan islami akan membangun karakter anak menjadi lebih baik dan berwawasan islam. untuk cara ini Bunda bisa mendaftarkan Anak perempuan bunda ke sekolah islam seperti TPA, MTs, bahkan bisa ditambah dengan pengajian dirumah. Jika anak Bunda sering bergaul dalam lingkungan islami, Insya Allah setiap tutur kata dan sikap akan lebih santun, tapi Bunda juga perlu memperhatikan pergaulannya sejak dini. 2. Biasakan membangunkan anak pada waktu subuh Seseorang yang bangun di waktu subuh merupakan orang-orang yang identik dengan orang yang rajin dan taat agama, bahkan orang dewasa saja belum tentu bisa untuk bangun di waktu subuh secara rutin. maka itu membangunkan anak perempuan pada waktu subuh merupakan hal yang wajib Bunda lakukan agar anak bunda terbiasa melakukan kegiatan ini sejak kecil, setelah itu suruhlah anak bunda sholat subuh. maka lama-lama anak Bunda akan terbiasa dengan kegiatan yang sering dia lakukan. 3. Berikan contoh baik Biasanya orang tua hanya bisa memerintah anaknya untuk menjadi anak yang baik, rajin sholat, rajin mengaji dan sebagainya, namun hal ini tidak pernah dilakukan juga oleh orang tua itu sendiri. perlu Bunda ketahui, kalau orang tua merupakan teladan yang baik untuk anaknya. maka itu jika orang tua memerintah anak untuk berbuat baik, harusnya sikap itu juga dilakukan oleh orang tua, namun jika orang tua hanya menyuruh tanpa dipraktekan jangan salahkan anak jika anak bunda akan membangkang. Karena alasan kuat anak untuk membangkang sama orang tua adalah prilaku orang tuanya sendiri. 4. Wisata islami Jangan sering membawa anak Bunda ke mall-mall atau tempat yang terdapat banyak contoh yang tidak baik, sekali-kali ajak anak bunda untuk berwisata islami contohnya bersafari ke masjid-masjid. 5. Kenalkan batas-batas aurat sejak kecil Biasanya seorang anak akan berpakaian mengikuti perkembangan jaman, jadi tidak aneh jika sekarang ini banyak wanita yang masih anak-anak menggunakan pakaian ketat hingga buah dadanya hampir terlihat, bahkan tidak malu menggunakan celana ketat yang sangat pendek, Jika pakaian tersebut sudah biasa mereka kenakan. Maka Bunda akan sulit untuk mengubah gaya pakaiannya jika Ia sudah beranjak besar, untuk itu sejak dini Bunda harus memperkenalkan batas-batas aurat pada anak perempuan Bunda, dan jelaskan apa dosa yang akan didapat jika ia membuka batas-batas aurat tersebut. Insya Allah dengan niat yang baik, anak bunda akan terhindar dari gaya busana barat atau cabe-cabean. 6. Ajarkan untuk membawa alat sholat Agar sejak kecil anak bunda rajin sholat, ada baiknya ingatkan dan siapkan perlengkapan sholat anak didalam tasnya, kemana pun anak Bunda pergi sediakanlah alat sholat tersebut, hal ini akan membuat kebiasaan yang baik pada anak. 7. Hindari mendengarkan lagu-lagu dewasa perlu Kita ketahui Bunda, jaman sekarang musik dewasa sangat mendominasi. bahkan ada beberapa penyanyi artis cilik yang sudah menyanyikan lagu-lagu cinta, nah lagu-lagu ini juga akan membentuk pola pikir yang tidak baik buat anak Bunda, mulai dari sekarang cegahlah untuk mendengarkan lagu-lagu dewasa, paling tidak Bunda bisa meminimalisir. Ada baikya Bunda memberikan musik-musik islami contohnya seperti lagu hadad alwi, shalawat, dan masih banyak lagi.

Sumber : http://bunda-lita.blogspot.com/2014/05/cara-mendidik-anak-agar-soleh-dan-soleha.html
Mohon untuk sobat yang copy paste artikel ini untuk mencantumkan link sumber ,thanks!!..
Cara Mendidik Anak Agar Soleh Dan Soleha Ads Cara Mendidik Anak perempuan Menjadi Anak soleha - Setiap orang tua pasti menginginkan anak perempuannya menjadi anak yang baik, menurut sama orang tua dan menjadi anak yang solehah dan pintar dalam masalah agama. Namun tidak dipungkiri, kalau jaman sekarang sudah menjadi rahasia umum jika banyak anak perempuan yang perilakunya menyimpang dari ajaran agama, bahkan tidak sedikit yang melakukan perzinahan dan hamil diluar nikah, apalagi saat ini anak perempuan yang memiliki prilaku aneh ini sudah memiliki sebutan yang aneh yaitu sebutan dengan kata "cabe-cabean" tentu hal ini akan tidak enak rasanya jika anak Bunda yang mendapatkan julukan seperti itu. Dan sekarang juga sudah menjadi rahasia umum kalau banyak wanita muda yang sering keluyuran malam tanpa mengenal waktu. Hal tersebut bisa jadi karena sejak kecil orang tuanya tidak memperhatikan pendidikan agamanya, serta membiarkan bergaul terlalu bebas. mendidik anak jadi sholeha Oleh karena itu Bunda, sebagai orang tua yang tidak menginginkan anak perempuannya menjadi cabe-cabean, ada baiknya bunda mendidik anak bunda sejak dini. Karena perlu kita ketahui budaya barat sudah meracuni otak generasi muda Indonesia, jadi jika bukan orang tua, siapa lagi yang akan membendung tingkah laku budaya barat ini. Sebaiknya langsung saja Bunda Tips ampuh mendidik anak perempuan menjadi anak yang sholeha, sebagai berikut. 1. Ciptakan suasana islami melalui pergaulan dan pendidikan Salah satu faktor terpenting untuk mendidik anak perempuan Bunda menjadi anak yang solehah adalah dengan memberikan pendidikan islami, pendidikan islami akan membangun karakter anak menjadi lebih baik dan berwawasan islam. untuk cara ini Bunda bisa mendaftarkan Anak perempuan bunda ke sekolah islam seperti TPA, MTs, bahkan bisa ditambah dengan pengajian dirumah. Jika anak Bunda sering bergaul dalam lingkungan islami, Insya Allah setiap tutur kata dan sikap akan lebih santun, tapi Bunda juga perlu memperhatikan pergaulannya sejak dini. 2. Biasakan membangunkan anak pada waktu subuh Seseorang yang bangun di waktu subuh merupakan orang-orang yang identik dengan orang yang rajin dan taat agama, bahkan orang dewasa saja belum tentu bisa untuk bangun di waktu subuh secara rutin. maka itu membangunkan anak perempuan pada waktu subuh merupakan hal yang wajib Bunda lakukan agar anak bunda terbiasa melakukan kegiatan ini sejak kecil, setelah itu suruhlah anak bunda sholat subuh. maka lama-lama anak Bunda akan terbiasa dengan kegiatan yang sering dia lakukan. 3. Berikan contoh baik Biasanya orang tua hanya bisa memerintah anaknya untuk menjadi anak yang baik, rajin sholat, rajin mengaji dan sebagainya, namun hal ini tidak pernah dilakukan juga oleh orang tua itu sendiri. perlu Bunda ketahui, kalau orang tua merupakan teladan yang baik untuk anaknya. maka itu jika orang tua memerintah anak untuk berbuat baik, harusnya sikap itu juga dilakukan oleh orang tua, namun jika orang tua hanya menyuruh tanpa dipraktekan jangan salahkan anak jika anak bunda akan membangkang. Karena alasan kuat anak untuk membangkang sama orang tua adalah prilaku orang tuanya sendiri. 4. Wisata islami Jangan sering membawa anak Bunda ke mall-mall atau tempat yang terdapat banyak contoh yang tidak baik, sekali-kali ajak anak bunda untuk berwisata islami contohnya bersafari ke masjid-masjid. 5. Kenalkan batas-batas aurat sejak kecil Biasanya seorang anak akan berpakaian mengikuti perkembangan jaman, jadi tidak aneh jika sekarang ini banyak wanita yang masih anak-anak menggunakan pakaian ketat hingga buah dadanya hampir terlihat, bahkan tidak malu menggunakan celana ketat yang sangat pendek, Jika pakaian tersebut sudah biasa mereka kenakan. Maka Bunda akan sulit untuk mengubah gaya pakaiannya jika Ia sudah beranjak besar, untuk itu sejak dini Bunda harus memperkenalkan batas-batas aurat pada anak perempuan Bunda, dan jelaskan apa dosa yang akan didapat jika ia membuka batas-batas aurat tersebut. Insya Allah dengan niat yang baik, anak bunda akan terhindar dari gaya busana barat atau cabe-cabean. 6. Ajarkan untuk membawa alat sholat Agar sejak kecil anak bunda rajin sholat, ada baiknya ingatkan dan siapkan perlengkapan sholat anak didalam tasnya, kemana pun anak Bunda pergi sediakanlah alat sholat tersebut, hal ini akan membuat kebiasaan yang baik pada anak. 7. Hindari mendengarkan lagu-lagu dewasa perlu Kita ketahui Bunda, jaman sekarang musik dewasa sangat mendominasi. bahkan ada beberapa penyanyi artis cilik yang sudah menyanyikan lagu-lagu cinta, nah lagu-lagu ini juga akan membentuk pola pikir yang tidak baik buat anak Bunda, mulai dari sekarang cegahlah untuk mendengarkan lagu-lagu dewasa, paling tidak Bunda bisa meminimalisir. Ada baikya Bunda memberikan musik-musik islami contohnya seperti lagu hadad alwi, shalawat, dan masih banyak lagi.

Sumber : http://bunda-lita.blogspot.com/2014/05/cara-mendidik-anak-agar-soleh-dan-soleha.html
Mohon untuk sobat yang copy paste artikel ini untuk mencantumkan link sumber ,thanks!!..