Syiar
Islam menempatkan ibadah ritual pada waktu-waktu tertentu dalam sehari
dari siang hingga malam dan pada waktu-waktu tertentu dalam setahun.
Shalat lima waktu diwajibkan dari memulai hingga mengakhiri aktivitas
dalam sehari, dan waktu-waktunya selaras dengan perjalanan hari. Agar
menjadi panduan dan sistem yang baku dan cermat dalam menata kehidupan
islami.
Dalam
ajaran Islam, ciri-ciri seorang muslim yang ideal adalah pribadi yang
menghargai waktu. Seorang Muslim tidak patut menunggu dimotivasi oleh
orang lain untuk mengelola waktunya, sebab hal itu sudah merupakan
kewajiban bagi setiap Muslim. Ajaran Islam menganggap pemahaman terhadap
hakikat menghargai waktu sebagai salah satu indikasi keimanan dan bukti
ketaqwaan, sebagaimana tersirat dalam surah Al-Furqan ayat 62 yang
berbunyi: “Dan Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti
bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin
bersyukur.”
Di samping itu, juga berfungsi untuk mengukur detik-detik sejak
terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari. Bahwa siang itu untuk
bekerja dan malam untuk istirahat. Dan setiap siang hari dan malam yang
kita jalani adalah untuk ibadah semata-mata karena Allah swt.
Dalam
sejarah Rasulullah saw. dan orang-orang Muslim generasi pertama,
terungkap bahwa mereka sangat memerhatikan waktu dibandingkan generasi
berikutnya, sehingga mereka mampu menghasilkan sejumlah ilmu yang
bermanfaat dan sebuah peradaban yang mengakar kokoh dengan panji yang
menjulang tinggi. Jika kita sadar bahwa pentingya manajemen waktu, maka
tentu kita akan berbuat untuk dunia ini seolah-olah akan hidup abadi,
dan berbuat untuk akhirat seolah-olah akan mati esok hari. Di dalam
surah Al-Mu'minuun ayat 1-3 Allah menyatakan: “Sesungguhnya beruntunglah
orang-orang yang beriman, yaitu orang-orang yang khusyu' dalam
shalatnya dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan
perkataan) yang tidak berguna”. Sementara itu, dalam haditsnya,
Rasulullah selalu menanamkan bahwa, “Salah satu kebaikan seseorang
adalah meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat.”
Dari
perintah-perintah Allah saw. dan sejarah perjalanan hidup Rasulullah
terkandung hikmah yang dalam bagaimana kita sebagai orang muslim harus
menata waktu dengan sebaik-baiknya. Allah swt. telah menunjukkan kepada
kita dengan penataan waktu shalat, perjalanan siang dan malam yang sudah
tertata dengan baik dan terencana. Itu semua menjadi petunjuk bagi kita
bagaimana harus menata waktu ini dengan satu perencanaan dan
pelaksanaannya dilakukan dengan sungguh-sungguh. Dan kemudian melakukan
muhasabah sesudah pelaksanaannya, yaitu evaluasi diri atas apa yang
telah kita lakukan.
Yang Harus Diperhatikan dalam Perencanaan
Sebelum membuat perencanaan, ada enam hal yang harus kita perhatikan, yaitu:
1. Niat yang Kuat
Niat
sama artinya dengan motivasi yang kuat. Tanpa adanya niat, kita tidak
akan pernah berhasil dalam beramal. Tahun, bulan, atau hari tidak akan
pernah menjadi tahun, bulan, atau hari yang berprestasi, seandainya kita
tidak berniat untuk mengisinya dengan amal terbaik. Dan niat seorang
muslim adalah melakukan amal ibadah setiap waktu karena Allah swt. Jika
itu yang kita lakukan, semuanya akan memiliki nilai ibadah.
2. Memiliki Tujuan yang Jelas
Tujuan,
cita-cita, atau segala sesuatu yang ingin kita capai. Tanpa adanya
tujuan yang jelas, kita tidak akan fokus melangkah. Makin tidak jelas
tujuan dan waktu pencapaiannya maka peluang gagalnya rencana kita akan
makin besar. Dan tujuan kita melakukan amal ibadah dalam mengisi
waktu-waktu kita adalah berharap ridha Allah swt.
Pelajari
pula teknik membuat rencana dan segera membuat rencana yang matang dan
teruji. Buat program dalam bentuk rencana harian, mingguan, dan bulanan.
Di
sini penting pula memahami skala prioritas, mana yang harus
didahulukan, dan mana pula yang bisa ditunda, mana yang harus di
kerjakan, mana pula yang tidak. Dr. Yusuf Al-Qardhawi dalam Fikih
Prioritas, mengungkapkan urutan amal yang terpenting diantara yang
penting. Patokannya :
-Sangat Penting dan Sangat Mendesak dikerjakan pada urutan Pertama.
-Tidak Penting dan Sangat Mendesak dikerjakan pada urutan Kedua.
-Sangat Penting dan Tidak Mendesak dikerjakan pada urutan Ketiga.
-Tidak Penting dan Tidak mendesak dikerjakan pada urutan Keempat.
3. Buat Rencana Cadangan
Kita
pun harus selalu siap dengan segala kemungkinan tak terduga. Kita
merencanakan, tapi Allah yang menentukan. Karena itu, buat rencana B dan
C sebagai rencana cadangan jika rencana utama mengalami kegagalan.
Insya Allah kita tidak akan kehilangan waktu untuk panik.
4. Rencana atau Program Harus Realistis, Terukur, dan Adil
Hindari
membuat rencana yang terlalu tinggi, tidak realistis, dan terlalu sulit
dicapai. Program kita pun harus adil dan seimbang. Sebab kita harus
menunaikan banyak hak, di mana setiap hak menuntut pemenuhan. Ada hak
Allah, hak keluarga, dan hak akal, hak tetangga, hak badan, hak diri.
5. Disiplin dalam Rencana.
Sehebat
apapun program dan rencana, tidak akan berarti sama sekali jika kita
tidak disiplin melaksanakannya. Karena itu, jangan tergiur oleh
kegiatan, kesenangan spontan, atau apa saja yang akan menjauhkan kita
dari rencana yang telah disusun.
Selain
itu, yang tak kalah penting, lawan dan kalahkan rasa malas. Tidak ada
amal yang terlaksana jika kita malas. Malas adalah kendaraan setan.
Malas tidak akan mendatangkan apapun, selain kerugian dan kesengsaraan.
Ada satu prinsip, “Tiada Prestasi tanpa Disiplin”. Siapa lagi yang dapat
memaksa kita untuk sukses selain diri kita sendiri.
6. Sempurnakan Setiap Kali Beramal.
Penyempurnaan
adalah tahap akhir yang akan menentukan berkualitas tidak amal ibadah
yang kita lakukan. Kita akan mendapatkan yang 'terbaik', jika melakukan
yang terbaik pula.
Dengan
merencanakan apa yang akan kita lakukan hari ini, kita akan berjalan di
hari-hari ini dengan baik. Sehingga waktu yang terlewati akan
bermanfaat sebagai amal ibadah kita hari ini.
Sumber : fsi-mipa.blogspot.com