Senin, 28 September 2015

Wirid Doa Nurbuwat (Nurun-Nubuwah) Dan Khasiat Yang Luar Biasa

Advertisement
Doa Nurbuat-Nurbuwat-Nurun-Nubuwah-Cahaya Kenabian – Itulah beberapa penyebutan doa yang sangat luar biasa ini. Kenapa luar biasa? Karena doa ini mengandung khasiat yang sangat banyak dan dahsyat sekali. Banyak orang yang sudah membuktikan khasiat, fadhilah dan manfaat dari doa Nurbuwat ini. Apa saja khasiat wirid doa ini? Mengutip dari apa yang ditulis di blog kampus Wong Alus, paling tidak ada 17 khasiat.
Sebelum membicarakan khasiatnya, kita  lihat dulu bacaan doa nurbuwat ini beserta cara pengamalannya seperti yang ditulis di KWA:
wirid doa nurbuwat dan khasiatnya
 Doa dimulai dengan bacaan BISMILLAAHIR RAHMAANIR RAHIIM. Diteruskan dengan ALLAAHUMMA DZIS SULTHAANIL ‘AZHIM, WA DZIL MANNIL QADIIM, WA DZIL WAJHIL KARIIM, WA WALIY YIL KALIMAATI TAAMMAATI WAD DA’AWAATIL MUSTA JAABAH, ‘AAQILIL HASANI WAL HUSAINI MIN ANFUSIL HAQQI ‘AINIL QUDRATI WAN NAAZHIRIINA WA’AINIL INSI WAL JINN, WA IN YAKAADUL LADZIINA KAFARUU LI YUZLIQUUNAKA BI ABSHAARIHIM LAMMAA SAMI’UDZ DZHIKRA, WAYAQUULUUNA INNAHUU LAMAJNUUN, WA MAA HUWA ILLAA DZIKRUL LIL ‘AALAMIIN. WA MUSTAJAABU LUQMAANIL HAKIIM. WA WARITSU SULAIMAANABNI DAAWUDA ‘ALAIHI WAS SALAAM.
AL-WADUUD (tujuh kali AL WADUUD) …………………….(Sebutkan keinginan dalam hati kepada Allah s.w.t.)
Lanjutkan dengan membaca…. DZUL’ARSYIL MAJIID. THAWWIL ‘UMRII WA SHAHHIH AJSAADII WAQDHI HAAJATII WAKTSIR AMWAALII WA AULAADII WAJ ALNI HABBIBAN LIN NAASI AJMA’J IN. WA TABBA’ADIL’ADAAWATA KULLA MIMBANII AADAMA ‘ALAIHIS SALAAM. MAN KAANA HAYYAUW WA YAHIQQAL QAULU ‘ALAL KAAFIRIIN. WA QUL JAA AL HAQQU WA ZAHAQAL BAATHIL, INNA BAATHILA KAANA ZAHUUQAA. WA NUNAZZI LU MINAL QUR’AANI MAA HUWA SYIFAAUW WARAHMATUL LIL MUKMINIIN. WA LAA YAZIIDUZH ZHAALIMIINA ILLAA KHASAARAA. SUBHAANA RABBIKA RABBIL ‘IZZATI ‘AMMAA YASHIFUUN, WA SALAAMUN ‘ALAL MURSALIIN, WAL HAMDU LIL LAAHI RABIIL ‘AALAMIIN”.
“Ya Allah, Zat Yang memiliki kekuasaan yang agung, yang memiliki anugerah yang terdahulu, memiliki wajah yang mulia, menguasai kalimat-kalimat yang sempurna, dan doa-doa yang mustajab, penanggung Hasan dan Husain dari jiwa-jiwa yang haq, dari pandangan mata yang memandang, dari pandangan mata manusia dan jin. Dan sesungguhnya orang-orang kafir benar-benar akan menggelincirkan kamu dengan pandangan mereka, ketika mereka mendengar Al-Quran dan mereka berkata: “Sesungguhnya (Muhammad) benar-benar orang yang gila, dan al-Quran itu tidak lain hanyalah peringatan bagi seluruh umat. Dan yang mengijabahi Luqmanul hakim, dan Sulaiman telah mewarisi Daud a.s. Alwadud (Allah adalah Zat Yang Maha Pengasih) (tujuh kali Alwadud)………………(sebutkan hajat di hati kepada Allah) yang memiliki singgasana yang Maha Mulia, panjangkanlah umurku, sihatlah jasad tubuhku , kabulkan hajatku, perbanyakkanlah harta bendaku dan anakku (pengikutku), cintakanlah semua manusia dan jauhkanlah permusuhan dari anak cucu Nabi Adam a.s., orang-orang yang masih hidup (dihatinya) dan semoga tetap ancaman siksa bagi orang-orang kafir. Dan katakanlah : “Yang haq telah datang dan yang batil telah musnah, sesungguhnya perkara yang batil itu pasti musnah”. Dan Kami turunkan dari Al-Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman, dan Al-Quran tidak akan menambah kepada orang-orang yang berbuat aniaya melainkan hanya kerugian. Maha Suci Allah Tuhanmu Tuhan Yang Maha Mulia dari sifat-sifat yang di berikan oleh orang-orang kafir. Dan semoga keselamatan bagi para Rasul. Dan segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam.”
Doa ini disampaikan kepada Nabi oleh Malaikat Jibril pada suatu pagi ketika Nabi sedang duduk bersama para sahabat selepas solat subuh. Doa Nurbuwat atau disebut juga doa Nurun Nubuwwah ini banyak sekali faedahnya bila dibaca dan diamalkan. Dan apabila tidak dapat membaca atau tidak hafal, maka cukuplah ditulis, kemudian tulisan tersebut disimpan dalam rumah, maka Allah akan senantiasa memberikan perlindungan kepada penghuni rumah itu.
Ini bisa disebut doa multifungsi karena memiliki khasiat yang sangat banyak. Manfaat lainnya adalah:
1. Rasulullah s.a.w. bersabda: “Barangsiapa yang ingin berjumpa dengan para nabi, bacakan 100 kali doa ini, kemudian tidur, insya-Allah akan bermimpi berjumpa dengan para nabi dan siapa yang rajin mengamalkan doa ini, maka orang yang memandangnya akan timbul kasih dan sayang. Jika kamu ingin di muliakan orang lain, bacalah doa ini.”
2. Jika dibaca pada malam hari, seluruh malaikat akan turun dari langit memohonkan ampun untuk orang yang membacanya. Sehingga doa ini akan menjadi penyelamat siksa neraka, selamat dunia akhirat dan terhindar dari godaan syaitan.
3. Doa memohon kekayaan. Kepada orang yang ingin banyak kekayaan, doa ini hendaklah baca 100 kali pada malam Jumat. Tanamkan kunyit dalam tanah di suatu tempat yang tersembunyi dan sepi yang Anda sendiri yang mengetahuinya.
4. Doa untuk memohon kenaikan level atau tingkatan spiritual. Misalnya, seseorang awam yang ingin jadi waskita dalam soal agama bahkan yang ingin menjadi wali Allah. Dengan membaca doa ini insya-Allah mendapatnya. Dan jika ada jin yang ingin menjadi manusia, dengan berkat doa ini insya-Allah jadilah dia manusia.
5. Jika ada binatang piaraan yang liar, dengan dibacakan padanya, insya-Allah binatang itu akan menjadi jinak dan sempurna sifatnya. Jika dibaca pada binatang buas, insya-Allah ia akan tunduk.
6. Siapa membaca sekali ketika matahari hampir terbenam, Allah akan mengampuni segala dosanya dan melindunginya dari tenung dan sihir.
7. Jika anda ada musuh, bacakan doa ini, insya-Allah musuh akan berubah menjadi teman yang menyayangi kita. Jika akan berangkat ke medan perang, bacakan doa ini, insya-Allah tidak di kejar musuh, sebaliknya musuh akan bercerai-berai.
8. Jika ada orang yang diganggu hantu, syaitan, jin, kerasukan makluk halus, pingsan “semaput” atau gila, bacakan doa ini pada minyak dan sapukan pada orang tersebut. Bilamana doa Nurun Nubuwwah ini ditulis pada kertas lalu tulisan tersebut di letakkan pada tanaman, Insya Allah tanaman tersebut akan selamat dari hama, apabila di letakkan pada tempat-tempat yang menakutkan atau pada tempat-tempat yang ditempati syaitan atau iblis, jin atau hantu dan segala macam jenis makhluk halus, maka dalam waktu singkat mereka akan bubar dan minggat tanpa kembali lagi.
9. Bilamana anda ingin mendatangkan raja jin, maka bacalah doa ini sebanyak seratus kali dalam keadaan tidak berhadas (suci), baik suci badan dan tempat, kemudian masuk ditempat yang sepi pada malam Jumaat. Insya’ Allah anda akan dijumpai oleh si raja jin itu.
10. Untuk menyembuhkan orang sakit, baca doa ini pada minyak (minyak kelapa / sawit wijen), kemudian sapukan pada tempat yang sakit, Insya’ Allah akan lekas sembuh. Jika ada wanita yang sukar bersalin, bacakan doa ini pada dalam mangkuk putih, minumkan itu, insya-Allah bayinya akan cepat lahir. Jika ada orang sakit mata, bacakan doa ini dan hembuskan pada matanya, insya- Allah lekas sembuh. Apabila ada orang digigit ular, kena bisa, racun atau penyakit lain, bacakan doa ini pada tempat yang luka atau tempat yang sakit, insya-Allah lekas sembuh.
11. Andainya anda ingin mendekati pembesar negara/orang berkedudukan tinggi baca doa ini, insya-Allah semua keperluan anda akan dikabulkan.
12. Jika ingin kuat berjalan, bacakan pada daun sirih, kemudian usapkan daun itu dari kepala sampai ke ujung kaki, insya-Allah anda akan kuat berjalan.
13. Jika anda dalam perjalanan dan ada tanda akan hujan, bacakan doa ini, insya- Allah tidak jadi hujan.
14. Jika anda hendak melamar seseorang wanita, berpuasalah sehari dan jangan tidur pada malamnya. Bacakan doa ini terus-menerus di tempat sunyi. Insya-Allah lamaran anda diterima.
15. Air asin menjadi tawar. Bilamana pergi belayar naik perahu, kemudian disitu anda kehabisan minum, maka bacalah doa ini pada laut, Insya’Allah laut yang asin itu berubah menjadi tawar dan bisa diminum.
16. Terhindar dari kekufuran. Bilamana anda membaca doa ini pada malam Jumat sebanyak lima puluh kali, Insya’Allah akan terhindar dari kekufuran, bid’ah dan dijauhkan dari perbuatan buruk.
17. Bila dibacakan 100 kali pada malam Sabtu, anda akan diperlihatkan keajaiban. Apabila dibaca pada malam minggu, insya-Allah akan awet muda. Apabila dibaca pada malam Senin, Allah akan memberikan keselamatan. Bila dibaca pada malam Selasa, akan menjadi kuat. Kalau dibaca pada malam Rabu, gigi menjadi teguh. Apabila dibaca pada malam Kamis akan mempercantik wajah.

Itulah beberapa khasiat dari wirid doa Nurbuat yang sangat luar biasa dahsyatnya. Silahkan diamalkan dengan ikhlas, semoga manfaat dari doa ini akan memberi efek yang positif pada diri anda. Amin…

Senin, 21 September 2015

Guru Non-PNS Kena Dampak Alih Status TK

28 Agustus 2015 11:25 WIB Category: Suara Banyumas Dikunjungi: kali A+ / A-
Foto: Istimewa
Foto: Istimewa
PURWOKERTO, suaramerdeka.com – TK Pertiwi Kelurahan Kober Kecamatan Purwokerto Barat beralih status menjadi TK Negeri.  Alih status ini ternyata berdampak terhadap keberadaan guru non PNS yang bertugas di lembaga tersebut.
Rahita Utama, Kasi Pengembangan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPTK) Pendidikan Non Formal (PNF) Dinas Pendidikan Banyumas, mengungkapkan sebagian guru non PNS yang bertugas di TK tersebut merupakan guru yang diangkat dengan Surat Keputusan (SK) dari yayasan TK Pertiwi.
”Jumlah mereka ada sebanyak empat orang.  Selama ini mereka sudah mendapatkan tunjangan sertifikasi,” jelas dia, Jumat (28/8).
Maka dari itu, lanjut dia, dengan adanya perubahan status tersebut, maka mereka dihadapkan pada dua pilihan.
Pilihan pertama mereka tetap bertugas di TK yang telah berubah status sebagai TK negeri tersebut, sedangkan pilihan kedua mereka pindah atau kembali mengikuti yayasan, tempat di mana mereka menerima SK tugas.
Bila mereka tetap bertugas di TK tersebut, maka otomatis tunjangan sertifikasi yang selama ini mereka terima akan dihentikan. Alasannya mereka tidak memiliki SK dari Bupati, tetapi hanya mempunyai SK yayasan.
Padahal, lanjut dia, salah satu syarat guru non PNS yang bertugas di sekolah negeri agar bisa memeroleh tunjangan sertifikasi adalah harus memiliki SK dari Bupati. Adapun SK Bupati hanya diberikan bagi mereka yang bertugas sebelum keluarnya PP No 48/2005.
”Sehingga tidak mungkin ada guru yang bertugas setelah keluarnya PP tersebut memiliki SK Bupati, sebab aturannya memang tidak membolehkan,” jelas dia.
Sementara bila mereka kembali ikut bertugas di TK milik yayasan, maka tunjangan tersebut masih tetap akan diberikan.  ”Jika mereka tetap mengajar di TK milik yayasan (swasta), maka mereka tetap akan menerima tunjangan sertifikasi tersebut,” terangnya.
Terkait dengan dua pilihan tersebut, dinas telah menyerahkan sepenuhnya kepada para guru tersebut.

Minggu, 20 September 2015

Dasar penyelenggaraan pendidikan taman kanak kanak
1.         Dasar Penyelenggaraan Pendidikan TK
  1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak;
  2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;
  3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1990 tentang  Pendidikan Prasekolah.

2.         Kebijakan Penyelenggaraan TK
a.    Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002, Pasal 9 ayat 1 : “Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai minat dan bakatnya”.
b.    Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
1.    Pasal 28 (1) : “Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar”.
2.    Pasal 28 (2) : “Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan/atau informal”.
3.  Pasal 28 (3) : “Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-Kanak  (TK), Raudhatul Athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat”.
c.    Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1990
1. Pasal 1.1 : “Pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak didik di luar lingkungan keluarga sebelum memasuki pendidikan dasar, yang diselenggarakan di jalur pendidikan sekolah atau di jalur pendidikan luar sekolah”.
2. Pasal 1.2 : “Taman Kanak-Kanak adalah salah satu bentuk pendidikan prasekolah yang menyediakan program pendidikan dini bagi anak usia empat tahun sampai memasuki pendidikan dasar”.
3.    Tujuan Pendidikan TK
a.       Membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (Pasal 1.14 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003);
b.   Mengembangkan kepribadian dan potensi diri sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik (Penjelasan Pasal 28 ayat 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2003);
c.     Membantu meletakkan dasar kearah perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan, dan daya cipta yang diperlukan oleh anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya (Pasal 3 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1990).
4.    Bentuk dan Program Pendidikan TK
a.     TK merupakan satuan pendidikan pada jalur formal bagi anak usia 4 s.d 6 tahun (Pasal 1.14 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 jo. Pasal 4 ayat 4 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1990);
 b.    Lama pendidikan : 1 atau 2 tahun (Pasal 4 ayat 5 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1990);
 c.          Pendidikan di TK dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
1.       Kelompok A untuk anak usia 4-5 tahun;
2.       Kelompok B untuk anak usia 5-6 tahun.
 d.    Pengelompokan sebagaimana dimaksud pada butir di atas bukan merupakan jenjang yang harus diikuti oleh setiap anak didik. Dengan kata lain, bahwa setiap anak didik dapat berada selama 1 (satu) tahun pada Kelompk A atau Kelompok B, atau selama 2 (dua) tahun pada Kelompok A dan Kelompok B.
5.    Pelaksanaan Pendidikan TK
a.        Pengertian
Sebutan “Taman” pada Taman Kanak-Kanak mengandung makna “tempat yang aman dan nyaman (safe and comportable) untuk bermain” sehingga pelaksanaan pendidikan di TK harus mampu menciptakan lingkungan bermain yang aman dan nyaman sebagai wahana tumbuh kembang anak. Oleh karena itu, guru harus memperhatikan tahap tumbuh kembang anak didik, kesesuaian dan keamanan alat dan sarana bermain, serta metode yang digunakan dengan mempertimbangkan waktu, tempat, serta teman bermain.
b.       Penataan Lingkungan
Penataan lingkungan tempat anak bermain perlu diperhatikan dan dipersiapkan sebaik-baiknya, agar tercipta rasa aman dan nyaman, sehingga akan menumbuhkan keberanian anak untuk memenuhi rasa ingin tahunya (self curiousity) dan keinginan untuk menjalin hubungan social dengan lingkungannya.
Lingkungan yang bersih, tertata rapi dengan sentuhan estetika, menarik dan teratur akan menumbuhkan sikap dan perilaku anak yang konsisten. Lingkungan yang kaya akan sentuhan nilai-nilai religious, social-budaya, pengenalan abjad, angka, bentuk, gambar, dan aneka warna akan mampu menumbuhkan minat anak secara lebih signifikan. Perpustakaan hendaknya dilengkapi dengan buku-buku cerita, gambar-gambar dan rak dengan berbagai permainan, model, peralatan untuk bermain peran yang ada di lingkungan anak juga akan memperkaya imajinasi, kreatifitas dan mental anak dalam mengekspresikan diri.
c.        Prinsip
Pelaksanaan pendidikan di TK menganut prinsip : “Bermain sambil Belajar dan Belajar seraya Bermain”. Bermain merupakan cara terbaik untuk mengembangkan potensi anak didik. Sebelum bersekolah, bermain merupakan cara alamiah untuk menemukan lingkungan, orang lain dan dirinya sendiri.
Melalui pendekatan bermain, anak-anak dapat mengembangkan aspek psikis dan fisik meliputi moral dan nilai-nilai agama, social emosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik, kemandirian dan seni. Pada prinsipnya bermain mengandung makna yang menyenangkan, mengasyikkan, tanpa ada paksaan dari luar diri anak, dan lebih mementingkan proses mengeksplorasi potensi diri daripada hasil akhir.
Pendekatan bermain sebagai metode pembelajaran di TK hendaknya disesuaikan dengan perkembangan usia dan kemampuan anak didik, yaitu secara berangsur-angsur dikembangkan dari bermain sambil belajar (unsure bermain lebih dominan) menjadi belajar seraya bermain (unsure belajar mulai dominan). Dengan demikain anak didik tidak merasa canggung menghadapi pendekatan pembelajaran pada jenjang pendidikan selanutnya.  
d.        Pengenalan Membaca, Menulis dan Berhitung
Pengenalan membaca, menulis dan berhitung (calistung) dilakukan melalui pendekatan yang sesuai dengan tahap perkembangan anak. Oleh karena itu pendidikan di TK tidak diperkenankan mengajarkan materi calistung secara langsung sebagai pembelajaran sendiri-sendiri (fragmented) kepada anak-anak. Konteks pembelajaran calistung di TK hendaknya dilakukan dalam kerangka pengembangan seluruh aspek tumbuh kembang anak, dilakukan melalui pendekatan bermain dan disesuaikan dengan tugas perkembangan anak.
Menciptakan lingkungan yang kaya dengan “keaksaraan” akan lebih memacu kesiapan anak untuk memulai kegiatan calistung.
e.         Pengenalan Bahasa Asing
Kegiatan berbahasa pada anak dimulai dari konteks lingkungan terdekat. Penggunaan bahasa ibu merupakan awal perkembangan kemampuan berkomunikasi secara lisan atau verbal dan tulisan.
Apabila akan melakukan pengenalan bahasa asing di TK perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
o  Dilakukan dalam situasi alamiah, bukan situasi kelas, bersifat individual atau kelompok kecil,
o  Bersifat pengenalan kosa kata dan pengucapannya,
o  Tidak mengurangi kecintaan terhadap bahasa Indonesia, bahasa ibu atau bahasa daerah,
o  Sesuai dengan situasi dan kondisi wilayah setempat.
o Penggunaan bahasa asing dengan maksud hanya untuk mencari ‘prestise’ dan mengabaikan kepatutan pada perkembangan anak tidak diperkenankan.
f.          Pekerjaan Rumah (PR)
Pada usia 4 s.d 6 tahun, kebutuhan anak untuk bermain dan bersosialisasi lebih penting dibandingkan dengan kemampuan skolastik. Oleh karena itu, pendidikan di TK tidak diperkenankan memberikan pekerjaan rumah (PR) kepada anak didik dalam bentuk apapun.
g.        Perpisahan
Perpisahan TK seyogyanya dimanfaatkan untuk menjalin komunikasi dan menciptakan lingkungan yang mendukung bagi tumbuh kembang anak. Perpisahan hendaknya dimanfaatkan sebagai media silaturrahmi antara anak didik, guru, orang tua dan masyarakat. Perpisahan bukan untuk meningkatkan prestise TK maupun orang tua. Oleh karena itu kegiatan seremonial seperti wisuda dengan menggunakan toga tidak perlu dilakukan.
6.    Pembinaan Kelembagaan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal 28 ayat 3 jo. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1990 pasal 4 ayat 2 menetapkan, bahwa TK merupakan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal.
Oleh karena itu, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota diharapkan :
a.     Tidak mengubah status kelembagaan pendidikan TK yang merupakan jalur pendidikan formal menjadi jalur pendidikan non formal,
b.   Memastikan bahwa pengelolaan dan pembinaan pendidikan TK tetap berada di jalur pendidikan formal.
Sumber : Surat Edaran Nomor:1839/C.C2/TU/2009 Perihal Penyelenggaraan Pendidikan Taman Kanak-Kanak dan Penerimaan Siswa Baru Sekolah Dasar, tanggal 23 April 2009 ditandatangani oleh Direktur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Prof. Suyanto, Ph.D

Rabu, 16 September 2015

SENI BACAAN AL QUR'AN

Seni Bacaan Al-Quran





Seni baca Al Qur’an ialah bacaan Al Qur’an yang bertajwid diperindah oleh irama dan lagu.
Al Qur’an tidak lepas dari lagu. Di dalam melagukan Al Qur’an atau taghonni dalam membaca Al Qur’an akan lebih indah bila diwarnai dengan macam-macam lagu. Untuk melagukan Al Qur’an , para ahli qurro di Indonesia membagi lagu atas 7 ( tujuh ) macam bagian. Antara lain sebagai berikut :

1. Bayati
2. Shoba
3. Hijaz
4. Nahawand
5. Rost
6. Jiharkah
7. Sikah

Dari 7 ( tujuh ) macam lagu di atas masih dibagi dalam beberapa cabang. Macam – macam lagu dan cabangnya
antara lain :

1. Bayati
a. Qoror
b. Nawa
c. Jawab
d. Jawabul jawab
e. Nuzul ( turun )
 f. Shu’ud ( naik )
2. Shoba
a. Dasar
b. Ajami/Ala Ajam
Quflah Bustanjar/Qofiyah
3. Hijaz
a. Dasar
b. Kard
c. Kurd
d. Kard-Kurd
e. Variasi
4. Nahawand
a. Dasar
b. Jawab
c. Nakriz
d. Usysyaq
5. Rost
a. Dasar
b. Nawa/Rost ala Nawa
6. Jiharkah
a. Nawa
b. Jawab
7. Sikah
a. Dasar
b. Iraqi
c. Turki
d. Ramal (fales)

Dalam MTQ ( Musabaqoh Tilawatil Qur’an ) ada beberapa materi penilaian. Antara lain :
1. Materi penilaian bidang tajwid, terdiri dari :
a. Makharijul huruf
b. Shifatul huruf
c. Ahkamul huruf
d. Ahkamul mad wal qoshr
2. Materi penilaian bidang fashohah dan adab, terdiri dari :
a. Al Waqf wal – ibtida
b. Muroatul kalimat wal kharokat
c. Muroatul kalimat wal ayat
d. Adabut tilawah
3. Materi penilaian bidang irama dan suara, terdiri dari :
a. Suara
b. Irama dan variasi
c. Keutuhan dan tempo lagu
d. Pengaturan nafas

Kesalahan dalam bidang suara dan irama
1. Kesalahan dalam suara terdiri dari :
a. Suara kasar
b. Suara pecah
c. Suara parau
d. Suara lemah
2. Kesalahan dalam irama terdiri dari :
a. lagu yang tidak utuh
b. tempo lagu yang terlalu cepat atau terlalu lambat
c. irama dan variasi yang tidak indah
d. pengaturan nafas yang tidak terkendali

Taushih Bayati:

نُوْرٌ النَّبِيِّ عَلَى الْعَوَالِمِ أَسْفَارًا

فَأَبَانَ أَسْبَابًا رَّشَادِ وَأَظْهاَرَ

وَشَرِيْعَةُ الْإِسْلَامِ

وَشَرِيْعَةُ الْإِسْلَامِ

وَشَرِيْعَةُ الْإِسْلَامِ رَاقَ رُوَاعُهَا

رَاقَ رُوَاعُهَا وَالْكُفْرُ أَصْبَحَ جَيْشُهُ مُتَقَهْقِرًا

لَمَّا أَتَى لَمَّا أَتَى خَيْرُ الْأَنَامِ بِدِيْنِهِ وَانْحَلَّ مَا عَقَدَ الْغُوَاةَ مِنَ الْعُرَى

هاَمُوْا جَمِيْعًا بِّالنَّبِيِّ وَدِيْنِهِ وَالْكُفْرُ بَعْدَ الْعُرْفِ صَارَ مُنَكَّرَ

وَاسْتَبْشَرُوا وَاسَتَبْشَرُوا بِالْمُصْطَفَى وَبِنُوْرِهِ

وَالْكُلُّ صَاحَ مُهَلِّلًا وَّمُكَبِّرًا

وَالْكُلُّ صَاحَ مُهَلِّلًا وَّمُكَبِّرًا

وَالْكُلُّ صَاحَ مُهَلِّلًا وَّمُكَبِّرًا

Taushih Shaba:

أَرَى طَيْرًا عَلَى غُصْنٍ يُنَادِ

أَتَتْ بُشْرَى لِمَجْرُوْحِ الْفُئَادِ

بَدَتْ لَيْلاً فَأَضْحَى شِقُهَا

رُكُوْعًا سُجُوْدًا فِي كُلِّ وَادٍ

Taushih Hijaz:

يَا وَرْدَةً وَاسْطَ الرِّيَاضِ مُطِلَّةً

تُجْرِى بِوَجْهِ ذَاتِ خُضْرٍ عَاطِرًا

اَللهُ زَادَ مُحَمَّدًا تَعْظِيْمًا وَهَبَهُ فَضْلاً مِنْ لَدُنْهُ عَمِيْمًا

صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيْمًا

يَا مَنْ سَمَا السَّبْعَ الطِّبَاقَ مِنَ الْأُولَى

وَدَنَا وَكَلَّمَ رَبَّهُ وَتَشَرَّفَ

أَنْتَ الَّذِى وَطِئَ الْبِشَاطَ بِنَعْلِهِ وَبِخَلْعِهِ

فِى الطُّوْرِ مُوْسَى كُلِّفَ

Taushih Ras’t:

يَا سَيِّدًا, يَا سَيِّدَ الْكَوْنَيْنِ يَا عَلَّمَ الْهُدَى يَا بَدْرَتَيْمٍ فِى الْوُجُوْدِ عَلَى الْمَدَى يَا كَوْكَبًا, يَا كَوْكَبًا فَوْقَ الْبُدُوْرِ بِحُسْنِهِ يَا مُرْسَلًا, يَا مُرْسَلًا بِالْحَقِّ دَوْمًا سَرْمَدًى


Mengenal Nagham (Irama) Al Quran dan Kilasan Sejarahnya


Kognisi dan psikomotorik umat Islam terhadap nagham tidak selazim ilmu tajwid. Kata nagham secara etimologi paralel dengan kata ghina yang bermakna lagu atau irama. Secara terminologi nagham dimaknai sebagai membaca Al Quran dengan irama (seni) atau suara yang indah dan merdu atau melagukan Al Quran secara baik dan benar tanpa melanggar aturan-aturan bacaan.

Keberadaan ilmu nagham, tidak sekedar realisasi dari firman Allah dalam suroh Al Muzzammil ayat 4,”Bacalah Al Quran itu secara tartil”, akan tetapi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari eksistensi manusia sebagai makhluk yang berbudaya yang memiliki cipta, rasa, dan karsa. Rasa yang melahirkan seni (termasuk nagham) merupakan bagian integral kehidupan manusia yang didorong oleh adanya daya kemauan dalam dirinya. Kemauan rasa itu sendiri timbul karena didorong oleh karsa rohaniah dan pikiran manusia.

Nagham merupakan salah satu dari sekian ekspresi seni yang menjadi bagian integral hidup manusia. Bahkan nagham ini telah tumbuh sejak lama. Ibnu Manzur menyatakan bahwa ada dua teori tentang asal mula munculnya nagham Al Quran. Pertama, nagham Al Quran berasal dari nyanyian nenek moyang bangsa Arab. Kedua, nagham terinspirasi dari nyanyian budak-budak kafir yang menjadi tawanan perang. Kedua teori tersebut menegaskan bahwa lagu-lagu Al Quran berasal dari khazanah tradisional Arab (tentu saja berbau padang pasir). Dengan teori ini pula ditegaskan bahwa lagu-lagu Al Quran idealnya bernuansa irama Arab. Sehingga apa yang pernah ditawarkan Mukti Ali dalam sebuah kesempatan pertemuan ilmiah tentang pribumisasi lagu-lagu Al Quran (misalnya menggunakan langgam es lilin dan dandang gulo) tidak dapat diterima. Pada Masa akhir ini sesuai dengan perkembangan maka melalui teori konvergensi asal bersesuaian dengan nahga arab klasik.

Meski kedua teori tersebut hampir benar adanya tapi tetap saja muncul permasalahan. Jika memang benar nagham Al Quran berasal dari seni Arab lalu siapakah yang pertama kali mengkonversikannya untuk lagu Al Quran ? Sampai di sini ketidakjelasan. Dan lagi, jika memang benar nagham Al Quran berasal dari nyanyian tentu dapat direpresentasikan dalam not balok atau oktaf tangga nada. Tapi kenyataannya tidaklah demikian, nagham Al Quran sangat sulit ditransfer ke dalam notasi angka atau nada. Dan karena sifat eksklusifisme inilah kemudian yang “memaksa” bahwa metode sima’i, talaqqi, dan musyahafah merupakan satu-satunya cara dalam mentransmisikan lagu-lagu Al Quran

Pada zamannya, Rasulullah SAW adalah seorang qari’ yang membaca Al Quran dengan suara indah dan merdu. Abdullah bin Mughaffal pernah mengilustrsikan suara Rasulullah dengan terperanjatnya unta yang ditunggangi Nabi ketika Nabi melantunkan suroh Al Fath. Para sahabat juga memiliki minta yang besar terhadap ilmu nagham ini. Sejarah mencatat sejumlah sahabat yang berpredikat sebagai qari’, diantaranya adalah : Abdullah Ibnu Mas’ud dan Abu Musa Al Asy’ari. Pada periode tabi’in, tercatat Umar bin Abdul Aziz dan Safir Al Lusi sebagai qari’ kenamaan. Sedangkan periode tabi’ tabi’in dikenal nama Abdullah bin Ali bin Abdillah Al Baghdadi dan Khalid bin Usman bin Abdurrahman.

Kendati di masa awal Islam sudah tumbuh lagu-lagu Al Quran, namun perkembangannya tak bisa dilacak karena tak ada bukti yang dapat dikaji. Hal ini dimungkinkan karena pada saat itu belum ada alat perekam suara. Transformasi seni baca Al Quran berlangsung secara sederhana dan turun temurun dari generasi ke generasi. Sejarah juga tak mencatat perkembangan pasca tabi’in. Apresiasi terhadap seni Al Quran semakin tenggelam seiring dengan semakin maraknya umat Islam melakukan olah akal (berfilsafat), olah batin (tasawwuf), dan olah laku ibadah (berfiqh). Selain itu, barangkali ini yang paling mendasar bahwa dibutuhkan kemampuan khusus untuk masuk dalam kualifikasi qari’, terumata menyangkut modal suara. Modal ini lebih merupakan hak perogratif Allah untuk diberikan kepada yang dikehendaki-Nya.

Pada abad ke-20, kedua model lagu tersebut masuk ke Indonesia. Transmisi lagu-lagu tersebut dilakukan oleh ulama-ulama yang mengkaji ilmu-ilmu agama di sana yang pulang ke tanah air untuk mengembangkan ilmunya, termasuk seni baca Al Quran. Lagu Makkawi sangat digandrungi di awal perkembangannya di Indonesia karena liriknya yang sangat sederhana dan relatif datar. Lagu Makkawi mewujud dalam barzanji. Beberapa qari’ yang menjadi eksponen aliran ini adalah : KH Arwani, KH Sya’roni, KH Munawwir, KH Abdul Qadir, KH Damanhuri, KH Saleh Ma’mun, KH Muntaha, dan KH Azra’i Abdurrauf.

Memasuki paruh abad 20, seiring dengan eksebisi qari’ Mesir ke Indonesia, mulai marak berkembangan lagu model Mishri. Pada tahun 60-an pemerintah Mesir mensuplai sejumlah maestro qari’ seperti Syeikh Abdul Basith Abdus Somad, Syeikh Musthofa Ismail, Syeikh Mahmud Kholil Al Hushori, dan Syeikh Abdul Qadir Abdul Azim. Animo dan atensi umat Islam Indonesia terhadap lagu-lagu Mishri demikian tinggi. Hal ini disebabkan karakter lagu Mishri yang lebih dinamis dan merdu. Keadaan ini cocok dengan kondisi alam Indonesia. Sejumlah qari’ yang menjadi elaboran lagu Mishri adalah : KH Bashori Alwi, KH Mukhtar Lutfi, KH Aziz Muslim, KH Mansur Ma’mun, KH Muhammad Assiry, dan KH Ahmad Syahid.

Seni baca Al Quran baru menampakkan geliatnya pada awal abad 20 M yang berpusat di Makkah dan Madinah serta di Indonesia sebagai negeri berpenduduk mayoritas Muslim yang sangat aktif mentransfer ilmu-ilmu agama (termasuk nagham) sejak awal 19 M. Hingga hari ini Makkah dan Mesir merupakan kiblat nagham dunia. Masing-masing kiblat memiliki karakteristik tersendiri. Dalam makkawi dikenal lagu Banjakah, Hijaz, Mayya, rakby, Jiharkah, Sikah, dan Dukkah. Sementara pada Misri terdapat Bayyati, Hijaz, Shoba, Rashd, Jiharkah, Sikah, dan Nahawand.

Nagham Yang sangat sering ditampilkan Qari /Qari’ah dimasa kini:

1. Nagham bayati yang terdiri dari  bayati qoror, bayati  nawa, bayati jawab, bayati jawabul jawab

2. Nagham shaba yang terdiri dari shoba Asli, shoba jawab, shoba ajami salalim su’ud, shoba ajami salalim nuzul. Shoba bastanjar

3. nagham Hijaz yang terdiri dari hijaz asli, hijas kard, hijaz kard-kurd, hijaz kurd

4.Nagham nahawand yang terdiri nahawand asli , nahawand usysyaq

5. Naghan sikka yang terdiri diri sikka asli,sikka ramal, sikka misri, sikka turki

6. nagham ras yang terdiri dari ras asli, ras alan nawa, ras syabir

Nagham ini bisa dikembangkan dengan bermacam variasi, yang dikembangkan dengan banyak mendengarkan bacaan syeh Mustopha Ismail,syeh mustopa Ghalwas  dan lainnya dan juga dengan banyak mendengarkan lagu-lagu padang pasir dari sumber aslinya, seperti lagu-lagu ummi kulsum, Muhammad Abdul Wahhad dan lannya. Kita dapat mengembangkan sendiri dan bisa juga dengan memasukkan irama lainya yang munasabah(sesuai).


Qiraat Sab'ah dan Seni Baca Alquran

Sedikitnya, ada tujuh macam bacaan yang berkembang di dunia Islam dalam membacakan ayat-ayat Alquran sesuai dengan dialek umat di suatu daerah.

Istilah qiraat yang biasa digunakan adalah cara pengucapan tiap kata dari ayat-ayat Alquran melalui jalur penuturan tertentu. Jalur penuturan itu meskipun berbeda-beda karena mengikuti aliran (mazhab) para imam qiraat, tetapi semuanya mengacu kepada bacaan yang disandarkan oleh Rasulullah SAW.

Perbedaan qiraat ini berkisar pada lajnah (dialek), tafkhim (penyahduan bacaan), tarqiq (pelembutan), imla (pengejaan), madd (panjang nada), qasr (pendek nada), tasydid (penebalan nada), dan takhfif (penipisan nada). Contoh perbedaan qiraat yang paling sering kita jumpai adalah imaalah. Pada beberapa lafal Alquran, sebagian orang Arab mengucapkan vocal 'e' sebagai ganti dari 'a'. Misalnya, ucapan 'wadl-dluhee wallaili idza sajee. Maa wadda'aka rabuka wa maa qolee'.

Kendati masing-masing imam punya beberapa lafal bacaan yang berbeda, dalam mushaf yang kita pakai sehari-hari tidak terdapat tanda perbedaan bacaan itu. Perbedaan lafal bacaan ini hanya bisa kita temui dalam kitab-kitab tafsir yang klasik. Biasanya, dalam kitab-kitab klasik tersebut, akan ditemukan penjelasan tentang perbedaan para imam dalam membaca masing-masing lafal itu.

Menurut berbagai literatur sejarah, perbedaan dalam melafalkan ayat-ayat Alquran ini mulai terjadi pada masa Khalifah Usman bin Affan. Ketika itu, Usman mengirimkan mushaf ke pelosok negeri yang dikuasai Islam dengan menyertakan orang yang sesuai qiraatnya dengan mushaf-mushaf tersebut. Qiraat ini berbeda satu dengan lainnya karena mereka mengambilnya dari sahabat yang berbeda pula. Perbedaan ini berlanjut pada tingkat tabiin di setiap daerah penyebaran. Demikian seterusnya sampai munculnya imam qurra'.

Begitu banyaknya jenis qiraat sehingga seorang imam, Abu Ubaid al-Qasim ibn Salam, tergerak untuk menjadi orang pertama yang mengumpulkan berbagai qiraat dan menyusunnya dalam satu kitab. Menyusul kemudian ulama lainnya menyusun berbagai kitab qiraat dengan masing-masing metode penulisan dan kategorisasinya.

Demi kemudahan mengenali qiraat yang banyak itu, pengelompokan dan pembagian jenisnya adalah cara yang sering digunakan. Dari segi jumlah, ada tiga macam qiraat yang terkenal, yaitu qiraat sab'ah, 'asyrah, dan syadzah. Sedangkan, Ibn al-Jazari membaginya dari segi kaidah hadis dan kekuatan sanadnya. Namun demikian, kedua pembagian ini saling terkait satu dengan lainnya.

Jenis qiraat yang muncul pertama kali adalah qiraat sab'ah. Qiraat ini telah akrab di dunia akademis sejak abad ke-2 H. Namun, pada masa itu, qiraat sab'ah ini belum dikenal secara luas di kalangan umat Islam. Yang membuat tidak atau belum memasyarakatnya qiraat tersebut adalah karena kecenderungan ulama-ulama saat itu hanya memasyarakatkan satu jenis qiraat dengan mengabaikan qiraat yang lain, baik yang tidak benar maupun dianggap benar.

Abu Bakar Ahmad atau yang dikenal dengan Ibnu Mujahid menyusun sebuah kitab yang diberi nama Kitab Sab'ah. Oleh banyak pihak, kitab ini menuai kecaman sebab dianggap mengakibatkan kerancuan pemahaman orang banyak terhadap pengertian 'tujuh kata' yang dengannya Alquran diturunkan.

Kitab Sab'ah disusun Ibnu Mujahid dengan dengan cara mengumpulkan tujuh jenis qiraat yang mempunyai sanad bersambung kepada sahabat Rasulullah SAW terkemuka. Mereka adalah Abdullah bin Katsir al-Dariy dari Makkah, Nafi' bin Abd al-Rahman ibn Abu Nu'aim dari Madinah, Abdullah al-Yashibiyn atau Abu Amir al-Dimasyqi dari Syam, Zabban ibn al-Ala bin Ammar atau Abu Amr dari Bashrah, Ibnu Ishaq al-Hadrami atau Ya'qub dari Bashrah, Ibnu Habib al-Zayyat atau Hamzah dari Kufah, dan Ibnu Abi al-Najud al-Asadly atau Ashim dari Kufah.

Ketika itu, Ibnu Mujahid menghimpun qiraat-qiraat mereka. Ia menandakan nama Ya'qub untuk digantikan posisinya dengan al-Kisai dari Kufah. Pergantian ini memberi kesan bahwa ia menganggap cukup Abu Amr yang mewakili Bashrah. Sehingga, untuk Kufah, ia menetapkan tiga nama, yaitu Hamzah, Ashim, dan al-Kisai. Meskipun di luar tujuh imam di atas masih banyak nama lainnya, kemasyhuran tujuh imam tersebut semakin luas setelah Ibnu Mujahid secara khusus membukukan qiraat-qiraat mereka.

Nazam
Kendati ilmu qiraat berhubungan dengan pelafalan ayat-ayat Alquran, ia tidak memiliki kaitan dengan melagukan bacaan Alquran. Khusus untuk masalah melagukan Alquran, biasanya dijelaskan dalam nazam, yaitu seni membaca Alquran. Keberadaan ilmu nazam diterangkan secara jelas dalam firman Allah dalam surat Almuzzammil ayat 4, ''Bacalah Alquran itu secara tartil.''

Di berbagai wilayah negeri Islam, berkembang aneka ragam seni membaca Alquran. Dalam pelajaran nazam, dikenal berbagai jenis seni membaca Alquran, seperti Nahawan, Bayati, Hijaz, Shaba, Ras, Jiharkah, Syika, dan lainnya. Semua jenis lagu atau irama itu tidak ada kaitannya dengan ilmu qiraat sab'ah. Semata-mata hanya seni membaca secara tartil (indah) dan tak ada kaitannya dengan bagaimana melafalkan ayat Alquran.

Umumnya, para pembaca Alquran dari Mesir yang membawa seni baca Alquran ke Indonesia. Mereka mengajarkan berbagai macam lagu dan memberikan beragam variasinya serta membuat harmoni yang khas. Seni seperti itulah yang sering kali diperlombakan dalam acara musabaqah tilawatil quran (MTQ). Meski bukan satu-satunya jenis perlombaan, biasanya yang paling mencuat memang masalah seni membaca.

Sedangkan, bacaan qiraat sab'ah justru merupakan cabang ilmu Alquran yang bersifat syar'i. Bahkan, dalam banyak hal, perbedaan qiraat ini pun berpengaruh kepada perbedaan makna dan kesimpulan hukum. Sedangkan, seni baca Alquran sama sekali di luar hal ini. Sebab, tujuannya adalah menyuguhkan bacaan Alquran seindah mungkin.

Nazam merupakan salah satu bentuk ekspresi seni dalam Islam. Nazam ini telah tumbuh sejak lama. Ibnu Manzur menyatakan bahwa ada dua teori tentang asal mula munculnya nazam Alquran. Pertama, nazam Alquran berasal dari nyanyian nenek moyang bangsa Arab. Kedua, nazam terinspirasi dari nyanyian budak-budak kafir yang menjadi tawanan perang. Kedua teori tersebut menegaskan bahwa lagu-lagu Alquran berasal dari khazanah tradisional Arab. Dengan teori ini pula, ditegaskan bahwa lagu-lagu Alquran idealnya bernuansa irama Arab.

Seni baca Alquran baru menampakkan geliatnya pada awal abad ke-20 M yang berpusat di Makkah dan Madinah serta di Indonesia sebagai negeri berpenduduk mayoritas Muslim yang sangat aktif mentransfer ilmu-ilmu agama (termasuk nazam) sejak awal abad ke-19 M. Hingga hari ini, Makkah dan Mesir merupakan kiblat nazam dunia. Masing-masing kiblat nazam memiliki karakteristik tersendiri. Dalam Makkawi, dikenal lagu Banjakah, Hijaz, Mayya, Rakby, Jaharkah, Syikah, dan Dukkah. Sementara itu, pada Misri terdapat Bayyati, Hijaz, Shoba, Ras, Jiharkah, Sikah, dan Nahawan.

Pada abad ke-20, kedua model lagu tersebut masuk ke Indonesia. Transmisi lagu-lagu tersebut dilakukan oleh ulama-ulama yang mengkaji ilmu-ilmu agama di sana yang pulang ke tanah air untuk mengembangkan ilmunya, termasuk seni baca Alquran. Lagu Makkawi sangat digandrungi di awal perkembangannya di Indonesia karena liriknya yang sangat sederhana dan relatif datar. Lagu Makkawi mewujud dalam Barzanji. Beberapa qari yang menjadi eksponen aliran ini adalah KH Arwani, KH Sya'roni, KH Munawwir, KH Abdul Qadir, KH Damanhuri, KH Saleh Ma'mun, KH Muntaha, dan KH Azra'i Abdurrauf.

Memasuki paruh abad ke-20, seiring dengan eksebisi qari Mesir ke Indonesia, mulai marak berkembang lagu model Misri. Pada tahun 60-an, Pemerintah Mesir menyuplai sejumlah maestro qari, seperti Syekh Abdul Basith Abdus Somad, Syekh Musthofa Ismail, Syekh Mahmud Kholil Al Hushori, dan Syekh Abdul Qadir Abdul Azim.

Animo dan atensi umat Islam Indonesia terhadap lagu-lagu Misri demikian tinggi. Hal ini disebabkan oleh karakter lagu Misri yang lebih dinamis dan merdu. Keadaan ini cocok dengan kondisi alam Indonesia. Sejumlah qari yang menjadi elaboran lagu Misri adalah KH Bashori Alwi, KH Mukhtar Lutfi, KH Aziz Muslim, KH Mansur Ma'mun, KH Muhammad Assiry, dan KH Ahmad Syahid.


Baca dan  Pahami Kandungan Alquran
Haji Muammar ZA tentu dikenal banyak orang. Dia adalah qari internasional asal Indonesia yang menjadi juara MTQ tingkat internasional. Selain H Muammar ZA, masih terdapat beberapa nama lain yang juga indah dan merdu dalam membaca Alquran, di antaranya H Nanang Qosim, Maria Ulfa, dan H Khumaedi.

Sebagai seorang qari yang sangat fasih daam membaca Alquran, H Muammar berusaha menularkan ilmu membaca Alquran kepada generasi muda Muslim masa kini. Bahkan, di beberapa pesantren, sering diadakan pelatihan membaca Alquran secara tartil (indah) dengan menggunakan seni baca Alquran. Mereka ini umumnya bergabung dalam organisasi yang bernama Jam'iyyatul Qurra wa al-Huffazh, organisasi yang membina pelajaran membaca indah dan menghafal Alquran.

Banyak orang yang ingin membaca Alquran dengan baik dan benar serta mampu melafalkannya dengan seni yang indah. Menurut H Muammar ZA, ada beberapa hal yang harus diperhatikan bagi seorang qari dalam melafalkan ayat-ayat Alquran.

Pertama, hendaknya Alquran dibaca secara fasih dan dengan memerhatikan tajwid. Menurut Muammar, kedua hal ini merupakan syarat utama dalam seni baca Alquran. Sehingga, kedua-duanya harus berjalan secara harmonis. ''Kalau kita hanya mengejar lagu tanpa memerhatikan tajwid, ini merupakan satu kesalahan yang sangat besar. Membaca dengan bertajwid, membaca dengan fasih, kemudian dilagukan secara harmonis,'' sebagaimana diungkapkannya dalam kaset bimbingan membaca Alquran dengan tartil.

Kedua, seorang qari harus mempunyai bakat dan juga hobi. Menurutnya, kalau membaca Alquran sudah menjadi sebuah hobi, itu dapat memberikan satu jaminan bahwa seseorang dapat berlatih secara kontinu (istikamah). Sedangkan, dengan bakat yang dimiliki, berarti yang bersangkutan memiliki suara yang khas dan dibutuhkan dalam membaca Alquran dengan baik, benar, dan indah. Begitu juga dengan pernafasan, hendaknya sering dilatih agar panjang.

Ketiga, yang tidak kurang pentingnya, menurut Muammar, seorang qari harus memiliki sifat sabar dan ikhlas. Pelajaran seni baca Alquran dinilainya betul-betul memerlukan kesabaran. Dalam mempelajari seni baca Alquran ini, seseorang akan banyak menghadapi kesulitan-kesulitan. Sebab, pada seni baca Alquran, banyak hal yang terkait di dalamnya, baik dari segi tajwidnya maupun qiraatnya. Kita perlu mempelajari bagaimana pernafasan yang baik, bagaimana seluk-beluk lagu, dari lagu A, B, C, dan sebagainya. Semua itu betul-betul memerlukan kesabaran. Kemudian, kita juga harus ikhlas. Ikhlas dalam arti betul-betul mempelajari seni baca Alquran ini karena Allah SWT semata.

Lebih jauh Muammar menuturkan bahwa lagu-lagu yang dianggap sebagai lagu pokok dalam seni baca Alquran ini ada tujuh jenis. Yaitu, Bayyati, Shaba, Hijaz, Nahawan, Ros, Jiharkah, dan Syika. Di luar ketujuh jenis lagu ini, dianggap sebagai lagu cabang yang nantinya akan dipergunakan sebagai variasi dalam membentuk susunan atau komposisi lagu. Di antara lagu-lagu yang dianggap sebagai lagu cabang, misalnya lagu Nakriz, Awsaq, Zinjiran, Raml, Karqouk, dan sebagainya.

Ketujuh jenis lagu pokok dalam seni baca Alquran ini biasanya dibawakan dalam beberapa tahap tingkatan nada, dari mulai nada yang paling rendah sampai nada yang paling tinggi. Dalam tatanan seni baca Alquran, tingkatan nada dikenal ada empat tahap, yakni qarar (rendah), nawa (sedang), jawab (tinggi), dan jawabul jawab (sangat tinggi). Jenis lagu inilah yang 'wajib' dipergunakan pada saat diselenggarakan musabaqah Alquran.

7 Maqam Tilawah Seni Baca al-Quran

Sabtu, 23 Maret 2013


Lagu al-Quran adalah alunan intonasi atau membaca yang disuarakan dalam raga nada, variasi dan ipmrovisasi selaras dengan pesan-pesan yang diungkapkan oleh ayat yang dibaca. Lagu yang disuarakan dalam bacaan kitab suci al-Quran harus tunduk dan mengikuti kaidah-kaidah tartil yang tertuang dalam disiplin ilmu tajwid.[1] Lagu-lagu al-Quran semakin berkembang dan terus berjalan selain sebagai cara ibadah dan juga da'wah dan syi'ar.[2]

Upaya syi'ar tersebut berkembang diberbagai penjuru dunia Islam, Indonesia misalnya secara akademis melalui Perguruan Tinggi Ilmu al-Quran (PTIQ) Jakarta dan Institut Ilmu al-Quran (IIQ) Jakarta yang berbasiskan al-Quran turut andil dalam memasyaratkan al-Quran melalui pembinaan Tilawah, mengkaji isinya dan mendorong setiap mahasiswa/i-nya untuk menghafalkannya.

Sobat SQ yang berbahagia, lanjut saja sesuai pembahasan kita mengenai 7 Maqom Tilawah Seni Baca al-Quran. Lagu-lagu tersebut dikemas melalui sejumlah Tausyih, yaitu: Bayyati, Shoba, Nahawand, Hijaz, Rost, Sika dan Jiharka.[3] Sekilas uraiannya berikut:

1. BAYYATI, download tausyihnya [mp3]

Tradisi melagukan al-Quran selalu menempatkan maqom bayyati sebagai lagu pertama. Bayyati memiliki 4 tingkatan nada (scale):
  • Qoror (Dasar)
  • Nawa (Menengah)
  • Jawab (Tinggi)
  • Jawabul Jawab (Tertinggi)
Selain variasi diatas, terdapat variasi khusus pada Bayyati, yaitu Husaini dan Syuri. Berikut Tausyihnya:



2. SHOBA, download tausyihnya [mp3]

Shoba memiliki 4 tingkatan/variasi nada (scale):

  • Awal Maqom Shoba
  • Asyiron (nawa)
  • Ajami (jawab)
  • Quflah Bustanjar
Berikut Tausyihnya:






3. NAHAWAND, download tausyihnya [mp3]

Tingkatan/variasi nada pada Nahawand:

  • Awal Maqom Nahawand
  • Nawa
  • Jawab
  • Quflah Mahur
Berikut Tausyihnya:


4. HIJAZ, download tausyihnya [mp3]



Tingkatan/variasi nada pada Hijaz:

  • Awal Maqom
  • Hijaz Kar
  • Hijaz Karkur
  • Alwan Hijaz
Berikut Tausyihnya:




5. ROST, download tausyihnya [mp3]
Tingkatan/variasi nada pada Rost:
  • Awal Maqom Rost
  • Nawa
  • Jawab
  • Kuflah Zinjiron
  • Syabir Alarrost
  • Alwan Rost
Berikut Tausyihnya:



6. SIKA, download tausyihnya [mp3]
Tingkatan/variasi nada pada Sika:
  • Awal Maqom
  • Iraqi (nawa)
  • Turki (jawab)
  • Variasi Raml
Berikut Tausyihnya:

7. JIHARKA, download tausyihnya [mp3]
Tingkatan/variasi nada pada Jiharka:
  • Awal Maqom
  • Nawa
  • Jawab
Berikut Tausyihnya: